Bila ada kontribusi bagi daerah bisa saja jalan yang merupakan tanah merah menuju ke pantai Batu Berakit bisa diaspal. Jalan ini bila musim hujan sangat becek dan lincin. Saya tidak akan berani memasuki kawasan ini.
Saya tiba di tepi pantai yang sudah disambut bunyi ombak yang tidak begitu kuat. Hamparan pasir putih pantai dan laut membuat ketenangan seketika.
Saya melihat ada beberapa saung sederhana dengan atap asbes. Ingin duduk di saung, tapi saya urungkan nanti diminta biaya sewa. Sayapun menuju tepi pantai, setelah sepeda motor saya kunci. Semoga aman.
Saya berjalan dari tepi pantai menuju beberapa batu dengan melalui air laut yang tidak begitu dalam. Batu granit yang digenangi air laut membuat dinding batu licin, selain itu ada beberapa karang yang menempel di dinding batu yang lumayan tajam sehingga harus berhati-hati.
Sebelumnya kawasan laut ini ada aktifitas tambang inkonfensional apung yang menambang timah di lokasi itu. Termasuk juga terlihat kapal isap. Kegiatan penambangan di laut telah dikeluhkan para pengusaha bidang pariwisata di Bangka.
Pantainya yang landai dengan pasir putih menjadi tempat bermain yang mengasyikkan. Namun untuk berhati-hati bagi para pengunjung untuk bisa menjaga diri masing-masing bila ingin mandi di pantai Batu Berakit karena di sini tidak ada fasilitas apapun termasuk petugas pengamanan pantai yang bisa segera memberikan pertolangan bila terjadi kecelakaan.
Saya sudah menginjakkan kaki di pantai Batu Berakit, yang pengunjungnya baru sedikit. Pantai ini tepat dipilih sebagai tempat berlibur di masa new normal, tidak ada kerumunan massa. Ada beberapa keluarga yang menikmati keindahan pantainya yang tenang.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori