Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Safari Ramadhan "Dihadang" Corona

18 April 2020   19:09 Diperbarui: 19 April 2020   12:06 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pekan depan kita akan memasuki bulan suci Ramadhan 1441 H. Ada satu rutinitas yang selalu dilaksanakan pejabat pemerintah yakni melakukan Safari Ramadhan.

Ramadhan tahun ini sepertinya tidak ada Safari Ramadhan karena dihadang pandemi Corona. Kita selama pandemi ini dianjurkan untuk berada di rumah aja. Begitu pula salat Tarawih di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Himbauan para ulama dan pengurus masjid di tempat saya tinggal juga sudah disampaikan kepada jemaah.

Safari Ramadhan telah menjadi tradisi pejabat pemerintah sejak era Orde Baru. Safari dalam kamus bahasa Indonesia diartikan berpergian jauh, lawatan dan perjalanan jarak jauh. Demikian pula yang dilakukan jajaran Pemerintahan dari Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota maupun anggota legeslatif selama bulan suci Ramdhan mereka melakukan perjalanan jauh dari kota hingga desa. 

Sebutan Safari Ramadhan sudah sangat populer ketika pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto dan para menterinya melakukan Safari Ramadhan. Tradisi itu bertahan hingga saat ini. Pemerintah pusat, termasuk Presiden hingga Pemeritah Daerah, Gubernur, Bupati dan Walikota serta para wakilnya dengan terjadwal melakukan kunjungan ke masjid, pondok pesanteren dan lain - lain dengan tidak lupa membawa buah tangan untuk membantu masjid maupun anak yatim dan kaum dhuafa. 

Warisan Orde Baru itu yakni Safari Ramadhan menjadi moment untuk mendekatkan para pimpinan pemerintahan dengan rakyatnya. Safari Ramadhan juga dilakukan secara perseorangan, khususnya para politisi baik yang sudah menduduki jabatan di legeslatif maupun tidak, yang memanfaatkan momentum Ramadhan untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat.

Perkenalan diri semata tidaklah menarik kalau tidak disertai buah tangah. Bersadaqoh di bulan Ramadan dan menjalin silaturahmi yang dilakukan dengan ikhlas. Semata mengharapkan rido Allah SWT. Selama ini Safari Ramadan telah dijadikan media komunikasi politik pejabat pemerintah. Untung saja pelaksanaan Pilkada diundur bila tidak akan dijadikan ajang safari politik melakukan kampanye terselubung.

Selain itu ada ketertarikan media untuk meliputnya juga Humas Pemerintah akan mengirim Press Release kegiatan pimpinanya apakah Presiden, Bupati maupun Walikota ke media massa baik cetak, penyiaran maupun daring.

Komunikasi politik melalui syiar agama selama ini merupakan cara yang efektif dilakukan kepada masyarakat oleh par politisi dan pejabat pemerintah. Termasuk buah tangan yang diberikan dengan tidak lupa memajang foto mereka. Buah tangan yang diberikan  bernuasa keagamaan ( khususnya Islam ) seperti tasbih, peci, mukenah hingga jilbab. 

Momentum Ramadhan dipergunakan dengan sebaik - baik mungkin, dalam Safari Ramdhan juga diisi dengan  berbuka puasa bersama anak yatim piatu serta kaum dhuafa. Namun untuk tahun ini suasana seperti itu tidak dilakukan, karena akan beresiko tinggi rentan terjadinya penularan Covid-19.

Begitu pula berbuka puasa bersama wartawan sudah menjadi tradisi oleh sejumlah politisi. Termasuk juga dilakukan para pejabat pemerintah. Sebaiknya buah tangan, makanan dibungkus saja untuk diberikan kepada mereka yang berbuka puasa. Lebih aman karena tidak ada kerumunan.

Safari Ramdhan pada masa Orde Baru, juga dimanfaat partai berkuasa waktu itu yakni Golkar sebagai kegiatan politiknya. Jadi Safari Ramdhan tidak hanya kegiatan spiritual dibulan suci Ramadhan juga dapat disusupi dengan hal - ha yang bernuansa politik. Untuk tahun ini Ramadhan bila tidak menjaga diri sesuai anjuran akan disusupi Covid-19

Nama Safari Ramdhan sampai saat in belum diganti, masih dipakai Pemda yang masih memiliki program ini. Padahal kalau mau diubah banyak nama lain yang bisa dipakai, diantaraya dapat menggunakan bahasa daerah sehingga mengangkat kearifan lokal. Kendati memanfaatkan momentum Safari Ramadhan sebagai alat komunikasi politik, secara spiritual para komunikator politik itu juga memanfaatkan barokah dan Ridho dari Allah SWT. 

Sepertinya nama Safari Ramadhan tidak ingin diubah. Untuk kegiatan yang sudah dianggarkan Pemda juga bernama Safari Ramadan. Untuk tahun ini anggaran yang tersedia tidak digunakakan karena pandemi Corona. Kebijakanpun sudah dikeluarkan yakni anggaran dialihkan untuk kegiatan terkait pencegahan penularan Covid-19. 

Memang Ramadhan tahun ini dengan nuansa yang berbeda, karena pandemi Corona. Tapi tidak mengurangi niat kita untuk beribadah.

Salam hangat dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun