Pariwisata dunia saat ini mengalami penurunan kunjungan wisata karena Pandemi Corona. Industri pariwisa termasuk di Indonesia tidak lagi bergairah. Masyarakat pariwisata menunggu pandemi ini berlalu. Sambil waktu menunggu itu berakhir, strategi memajukan pariwusata tetap menjadi perhatian.
Pengalaman dari kesan para turis yang datang juga bisa menjadikan masukan. Turis asal Jerman Uwe Handschae dalam suatu kunjungan wisata di Sungailiat beberapa waktu lalu ketika belum pandemi Corona menilai kabupaten Bangka  belum maju dan geliat pariwisatanya masih rendah.
" Bulenya belum banyak terlihat berkunjung di sini," ujar Uwe yang beristrikan orang Indonesia, asal Sumatera Barat..
Ia membandingkan dengan beberapa daerah yang sudah maju industri pariwisata di Indonesia, yang pernah ia kunjungi. Menurut Uwe, mudah saja mengukurnya dapat dilihat dari banyak atau tidak orang asing, khususnya banyaknya bule yang lalu-lalang di daerah tersebut. Mendengarkan kesan-kesan turis dari Eropa ini setelah berada di Sungailiat, menjadi sangat menarik untuk mengetahui apa yang dirasakan para turis setelah berada di daerah ini guna menambah pemahaman dan masukan, apa yang diinginkan setelah berkunjung ke suatu destinasi wisata.
Pengalaman Uwe menginap di dua hotel berbintang di Sungailiat, ia menyoroti sajian roti saat sarapan pagi bahwa, bukan roti yang biasa bagi orang-orang berasal dari negaranya sehingga tidak enak disantap. Selain itu, kurang nyaman ketika berjalan kaki di seputar kota Sungailiat karena tatapan orang-orang masih terlihat asing terhadap ia dan istrinya.Â
Ini sebagai bukti orang di sini jarang melihat bule, semakin memastikan belum banyak wisatawan mancanegara ( wisman ) yang berwisata ke daerah ini. Ia menilai panorama alam di daerah ini sangat indah, saat memposting foto-foto di sosial media suasana keindahan pantai di Sungailiat direspon positif teman-teman asal negaranya bahwa pantai di Sungailiat sangat indah. Namun teman-temannya yang juga ada keinginan berkunjung ke Sungailiat setelah membuka internet untuk mendapatkan informasi tentang hotel, mereka menilai sewa kamar hotel di Bangka lebih mahal bila dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Tidak lama setelah iUwe dan istrinya ke Sungailiat, beberapa bulan kemudian putri bungsu Uwe berkunjung ke Sungailiat. Ia sempat menginap disalah satu hotel berbintang. Ketertarikan Yasmin, nama putri bungsu Uwe ke Sungailiat karena info yang didapat dari orang tuanya bahwa panorama alam di Sungailiat sangat indah.Â
Paling berkesan bagi Yasmin dan tak pernah dilupakannya yakni keramahtamahan warganya. Ia berulang kali menceritakan pengalamannya saat berada di salah satu pantai bertemu sepasang muda-mudi yang menawarkan makanan dan mengajaknya makan bersama, baginya ini jarang ia temukan keramahan seperti itu.
Inilah sebuah realita bahwa belum bayaknya kunjungan wisata di daerah ini. Banyak tidaknya wisatawan baik Wisman maupun Wisatawan Nusantara ( Wisnu ) yang datang sebagai tolak ukur berhasil tidaknya pembangunan pariwisata. Lengkap dan tidaknya infrastruktur itu hanyalah pendukung, karena wisatawan yang datang ke suatu tempat yang lebih penting dirasakan kenyamanannya, kondisi yang aman menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tujuan wisata.
Banyaknya event budaya dan event lainnya tidak menjamin berdampak kepada banyaknya kunjungan wisata setelah event itu selesai, ini hanyalah sebagian kecil upaya untuk meningkatkan kunjungan wisata. Tanpa promosi yang luas melalui berbagai media, termasuk media massa nasional maupun internasional dapat meningkat informasi masyarakat pariwisata dunia. Namun promosi dengan menggunakan media massa baik televisi maupun cetak biayanya mahal menjadi salah satu kendala, apakah daerah kita ini pelit mengeluarkan uang untuk biaya promosi miliaran rupiah melalui media nasional maupun media internasional ataukah anggaran yang kita miliki terbatas ?
Pastinya anggaran kita sedikit. Di Bangka Belitung seperti di Belitung, promosi pariwisata karena keberuntungan adanya momentum besar sehingga tidak mengeluarkan biaya besar untuk promosi. Ketika bumingnya novel Laskar Pelanggi hingga diangkat ke layar lebar juga membuat terkenal Bangka Belitung, terutama pulau Belitung.Â
Dampak film Laskar Pelangi secara tidak langsung sangat positif bagi promosi pariwisata khususnya Pulau Belitung. Setelah itu kunjungan wisata pun meningkat, termasuk media massa nasional sering menayangkan tentang keindahan alam pulau Belitung. Promosi gratis pun di dapat daerah ini. Demikian pula  brand Negeri Lascar Pelangi yang dipakai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didapat dengan gratis tidak ada kompensasi hak cipta dari penciptanya Andrea Hirata. Ini semua berkat kebaikan hati Andrea.
Event besar dengan biaya mahal tidak menjamin meningkatkan kunjungan wisata. Bila tidak ada daya tarik dan kenyaman tidak akan dapat menggugah wisatawan kembali mengunjungi Bangka Belitung. Kunjungan wisatawan baik wisman maupun wisnu yang sudah ke Bangka Belitung seharusnya sebagai modal promosi, khususnya kesan positif mereka sampaikan diantaranya melalui sosial media baik berupa tulisan maupun foto. fakta ini tidak dilirik, khususnya terhadap potensi penggunaan sosial media, para vloger, bloger dan media internet lainnya di Bangka Belitung.Â
Belum ada dukungan khusus kepada pengguna sosial media yang telah mempromosikan potensi pariwisata daerah. Masyarakat sosial media menjadi bagian yang berperan penting dapat mempromosikan pariwisata. Untuk menggalakkan peran sosial media dalam mempromosikan pariwisata dapat dilakukan diantaranya melalu kompetisi yang terkait dengan sosial media, juga mendorong para vloger, bloger melalui Yutobe, blog-blog yang dikelolanya untuk menyampaikan pesan tentang pariwisata daerah ini, yang selama ini telah mempromosikan pariwisata secara gratis bagi daerah Bangka Belitung.
Masyarakat yang telah memulai promosi pariwisata melalui sosial media, diikuti pelaku pariwisata dan kalangan birokrasi di pemerintahan, individu-individu yang memiliki sosial media bila digerakkan akan menjadi kekuatan guna mempromosikan pariwisata. Gerakan promosi parwisata tidak mesti mahal dapat dilakukan dengan menggerakkan kekuatan tersebut.
Kesan positif terhadap daerah ini dari informasi yang sudah disebarluaskan, menjadi modal untuk mempromosikan pariwisata di Bangka Belitung, diantaranya seperti diungkapkan Yasmin sebelumnya bahwa masyarakat disini ramah-tamah. Mewujudkan semua itu dilakukan untuk kembali menguatkan dan menanamkan pentingnya Sapta Pesona meliputi aman, tertib. bersih, sejuk, indah, ramah tamah
dan kenangan. Turis asal Jerman Uwe dan keluarganya, sebagai bukti memiliki kesan positif yang di dapat setelah berkunjung ke Sungailiat ia pun akan bercerita positif tentang daerah ini kepada teman-teman, kerabat yang ada di Jerman.
Belajar dari Belitung dengan film Laskar Pelangi membuktikan bahwa promosi itu paling penting. Setelah memperkenalkan baru menyiapkan segala yang dibutuhkan wisatawan. Setelah orang ramai berkunjung ke Belitung, diikuti pula dengan melakukan pembangunan kelengkapan yang dibutuhkan wisatawan. Destinasi wisata yang trawst dengan baik dan air laut yang membiru dan bersih menjadi daya tarik. Selain itu tanpa isu kerusakan lingkungan yakni ancaman dari kegiatan penambangan juga untuk menjaga citra  sebagai daya tarik wisata Belitung.
Banyak cara yang murah dapat dilakukan untuk mempromosikan pariwisata Bangka Belitung, diantaranya dengan melibatkan masyarakat. Pemda terus mendorong masyarakat lebih meningkatkan sadar wisata.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al'Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H