Untuk olahraga yang memacu jantung dengan pengaturan napas yang teratur, masker sangat menghalangi.
Begitu pula dengan cuci tangan, ini bertambah repot. Latihan di tengah pandemi tidak akan maksimal. Prestasipun tidak akan maksimal.Â
Bagi provinsi yang sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) izin berkumpulpun sangat ketat seperti halnya kontingen yang sedang bersiap diri menghadapi PON 2020 di Papua pasti akan menghadapi kendala.Â
Bila pelaksanaan PON di Papua akhir Oktober 2020 baru rasanya baru tahap pemulihan dari penyebaran virus Covid-19.
Bila salah memprediksi akan berbahaya di saat baru akan pulih namun belum pulih sesungguhnya, bukankah akan memunculkan penularan Covid-19 kembali. Laksanakan PON di Papua ketika Indonesia benar-benar steril dari Covid-19.
Pengalaman mengikuti PON
Atlet dan pelatih yang sudah berlatih akan sangat berharap bisa bertanding di arena PON. Bagi saya yang pernah sebagai atlet dan mendapat kesempatan bertanding di PON merupakan kebanggaan tersendiri. Berbeda ketika mengikuti event nasional lainnya.Â
Di PON seorang atlet bisa bertanding harus melalui babak pra kualifikasi PON. Ditentukan melalui babak pra kualifikasi dengan target waktu dan jarak minimal untuk cabang olahraga terukur seperti atletik, renang, balap sepeda dan lain-lain.
Sedangkan cabang olahraga pemainan, bela diri, ketangkasan dan lain harus juara di wilayah maupun kejuaraan nasional yang diakui sebagai babak kualifikasi oleh PB PON.
POWIL waktu itu masih diikuti atlet se Sumatera dan Kalbar, sekarang hanya kontingen Provinsi se Sumatera.
Saya turun di cabang atletik nomor Jalan Cepat 20 km mewakili Sumatera Selatan. Saya tidak meraih medali, namun berada di urutan ke 4 tapi catatan waktu saya lebih cepat dari waktu yang di tetapkan PB PON.Â