Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pulang Ketika Hujan

1 Juni 2019   23:58 Diperbarui: 2 Juni 2019   00:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja menyelesaikan perjalanan panjang dari Padang ke pulau Bangka melalui jalan darat dengan bus antar Provinsi. Keinginan yang kuat untuk mudik lebaran telah menjadi tekad sehingga ia bisa pulang. Kelelahan sangat terasa lamanya diperjalanan lebih 24 jam. Setelah tiba di Palembang langsung menuju pelabuhan penyebarangan menuju pulau Bangka.

Sebelum ada kepastian pulang, hampir setiap hari ia berucap, "aku ingin pulang." Hingga anak-anaknya luluh mengizinkan ia yang sudah berusia lebi 70 tahun itu.

Tiga hari menjelang Idul Fitri ia didampingi putri dan istrinya tiba di Bangka. Kelelahan tak mampu membuatnya bisa bertahan. Ia terjatuh dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Dalam kesadaranya yang tidak lagi sempurna, terdengan gumamnya.

"Aku ingin pulang."

" Bapak sudah pulang," kata salah seorang anaknya.

"Aku ingin pulang." Katanya lagi

Berulang kali kata-kata itu ia utarakan. Sepertinya ia tidak menyadari sudah tiba di tempat tujuan. Ia sudah kehilangan kesadaran.

" Aku ingin pulangan," kembali terdengan ucapannya yang semakin pelan. 

Hingga akhirnya ia dipindahkan ke ruang ICU. Ia tidak lagi bersuara. Ia koma. Semua putra-putrinya sudah berkumpul. Ada yang karena mudik lebaran, ada pula yang memang menetap di pulau Bangka, ada juga yang terpaksa ikut mudik ke Bangka karena mendengar ayahnya sudah koma. 

Ia kelahiran Bangka. Ia di Padang karena ikut istri dan seorang putrinya. Namun jauh-jauh hari sebelum memasuki bulan Ramadan ia ingin pulang. Setiap hari istri dan putrinya mendengar kata-katanya ingin pulang. 

Keinginannya dipenuhi walaupun tidak naik pesawat terbang, karena harga tiket terlalu mahal. Ia menyanggupi melalui darat saja dengan bus. Istri dan putra-putrinya sudah berkumpul di rumah sakit dengan terus berdoa agar ia segera siuman dari komanya. 

Menjelang berbuka puasa, hujan turun sangat deras. Ia berada di ruang ICU, dengan kelengkapan alat medis. Tak tampak tanda-tanda tubuhnya bergerak. 

"Apakah keinginan pulang, bukan sekedar pulang mudik lebaran? " kata anak sulungnya. 

Anak-anaknya yang lain menepis pirasat kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Diisi dengan banyak do'a, agar ayah mereka dapat kembali pulih. 

Hujan terus turun dengan deras. Sesekali terdengar petir menggelegar. Langit sepertinya menumpahkan segala beban sehingga mencurahkan dengan lepas. Bisa saja beberapa tempat sudah terendam banjir petang ini. 

Menjelang berbuka puasa dokter yang merawat mengabar ia telah berpulang. Ia telah pergi untuk selamanya. Ternyata benar, pirasat putri sulungnya keinginan ayahnya pulang bukan sekadar pulang mudik, tapi pulang untuk selamanya. Ayah mereka ingin dimakamkan di tanah kelahirannya. 

Tangispun pecah. Duka diakhir Ramadan, membuat Idul Fitri terasa hambar tanpa kehadiran ayah. Ia telah pulang ketika hujan. 

Sungailiat, 1 Juni 2019 

Rustian Al Ansori 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun