Keinginannya dipenuhi walaupun tidak naik pesawat terbang, karena harga tiket terlalu mahal. Ia menyanggupi melalui darat saja dengan bus. Istri dan putra-putrinya sudah berkumpul di rumah sakit dengan terus berdoa agar ia segera siuman dari komanya.Â
Menjelang berbuka puasa, hujan turun sangat deras. Ia berada di ruang ICU, dengan kelengkapan alat medis. Tak tampak tanda-tanda tubuhnya bergerak.Â
"Apakah keinginan pulang, bukan sekedar pulang mudik lebaran? " kata anak sulungnya.Â
Anak-anaknya yang lain menepis pirasat kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Diisi dengan banyak do'a, agar ayah mereka dapat kembali pulih.Â
Hujan terus turun dengan deras. Sesekali terdengar petir menggelegar. Langit sepertinya menumpahkan segala beban sehingga mencurahkan dengan lepas. Bisa saja beberapa tempat sudah terendam banjir petang ini.Â
Menjelang berbuka puasa dokter yang merawat mengabar ia telah berpulang. Ia telah pergi untuk selamanya. Ternyata benar, pirasat putri sulungnya keinginan ayahnya pulang bukan sekadar pulang mudik, tapi pulang untuk selamanya. Ayah mereka ingin dimakamkan di tanah kelahirannya.Â
Tangispun pecah. Duka diakhir Ramadan, membuat Idul Fitri terasa hambar tanpa kehadiran ayah. Ia telah pulang ketika hujan.Â
Sungailiat, 1 Juni 2019Â
Rustian Al AnsoriÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H