“ Ayah boleh ya beli buku, ada empat buku bagus.”
Telepon putriku dari toko buku di Pangkalpinang
" Boleh, ada uangnya kan?"
“Ada.”
Saya tidak ikut serta. Ia dengan ibunya pergi ke toko buku, mengisi waktu liburan semester. Minat membaca buku, juga diikuti kesukaan membeli buku dari menyisihkan sebagian uang saku yang ditabungnya.
Sudah menjadi kebiasaan termasuk membeli buku, tak lupa meminta izin dahulu. Kesukaannya membaca tampak setelah SMA. Sulit memang untuk mmbisakan anak - anak membaca. Semangat literasi itu sudah harus dimulai sejak dini.
Pengalaman saya, ketika anak - anak masih duduk di Pendidikan Usia Dini ( PAUD ) sering dibawa ke toko buku, ada baiknya setelah dirasakan sekarang ini. Dimulai dengan suka buku bergambar ketika anak - anak, hingga beranjak dewasa sudah mulai suka membaca buku sastra.
Utamanya, ketika anak - anak ingin membeli buku bacaan jangan pernah ditolak. Mau dibaca atau tidak, pokoknya beli dahulu. Secara pelahan setelah sering berada di toko buku.
Begitu pula sudah dibiasakan suka memilih sendiri buku yang ia suka, kebiasaan itu terbawa hingga dewasa. Apa lagi sudah duduk dibangku perguruan tinggi, ia harus membaca. Membaca bukalah sesuatu yang asing dan tidak membosankan baginya karena sudah terbiasa sejak usia dini.
Menjadi teladan itu memang susah. Karena aku sering membaca, mungkin ini juga menjadi motivasinya untuk membaca. Ketika saya masih menjadi reporter radio, saat melakukan siaran langsung untuk dapat berkata - kata lebih lama dalam durasi yang panjang tidak masalah karena manfaat dari sering membaca.
Saya selalu katakan kepada anak - anakku, "membacalah maka akan banyak perbendaharaan kata sehingga akan mudah untuk bicara (retorika) maupun menulis." Hal itu telah dirasakan putri sulungku, ia telah melakukan. Literasi itu, tidak hanya menulis, namun dimulai dari membaca dan bicara ( bercerita, diskusi, dan lain - lain ).
Kebiasaan membaca menjadi sangat penting sebagai bekal diri. Dalam Islam sudah diajarkan dan menjadi rutinitas setiap hari yakni membaca Al Quran, ini juga sebagai modal utama bagi anak - anak untuk membaca hingga terbawa ke usia dewasa.
Tidak hanya membaca buku ilmu pengethuan, juga membaca buku sastra. Manfaat membaca buku sastra bukan sekedar untuk hiburan, namun membaca buku sastra juga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam menulis dan juga berkata - kata ( pidato).
Seorang junalis juga dianjurkan untuk membaca buku sastra, demikian dikatakan Ashadi Siregar dosen jurnalistik UGM yang terkenal dengan novelnya Kampus Biru itu. Terbukti sejumlah jurnalis yang memiliki latar belakang sebagai sastrawan juga dikenal sebagai jurnalis handal seperti Muhtar Lubis, Gunawan Muhammad, Hamka dan lain - lain.
Begitu pula ketika putriku membeli 4 buku sastra sekaligus, bukanya buku pelajaran untuk menunjang perkuliahannya aku tidak melarang. Membaca buku sastra juga penting, tidak sekedar hanya untuk hiburan. Jadi jangan pernah menolak ketika anak minta dibelikan buku bacaan.
Salam dari pulau Bangka
Rustian Al Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H