Eko Maulana Ali adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung 2 priode. Priode 1 tahun  2007 - 2012, dan priode ke 2 tahun 2012 - 2017. Namun pada priode ke 2 belum sempat 1 tahun ia telah meninggal dunia karena sakit. Posisinya digantikan wakilnya Rustam Efendi hingga berakhir masa jabatan.
Sebelumnya Eko Maulana Ali juga menjabat Bupati Bangka 2 priode. Memasuki bulan Agustus 2018 ini kembali terkenang Eko Maualana Ali dengan buku - bukunya. Saya dapat mengatakan, almarhum yang sekarang terbaring di Taman Makam Pahlawan Pawitralaya Pangkalpinang adalah sosok pemimpin daerah yang rajin menerbitkan buku. Setiap kali ulang tahunnya ia selalu menerbitkan buku baru.
Disini saya menulis pengalaman saya mewawancarai almahum ketika saya masih sebagai jurnalis radio pada saat selesai pemilihan Bupati Bangka di DPRD Kabupaten Bangka  tahun 1998, setelah terpilih sebagai Bupati Bangka masa bhakti 1998-2003. Serta pendapat beberapa teman almarhum diantaranya pada tahun 2011 ketika menulis buku itu sebagai wakil Bupati Bangka Nurhidayat Rani.
Nurhidayat Rani juga telah meninggal dunia, saat masih menjabat wakil bupati Bangka. Banyak kisah dari teman - temannya, menurut saya catatan dari teman - teman Eko adalah sebagai catatan sejarah yang sangat berharga bagi daerah kami.
Buku lainnya dari karya Eko Maulana Ali adalah kumpulan puisi Balada Pemulung Tua dan Gurindam Abad 21 Berkelana di Padang Fana. Ketika masih menjabat sebagai Bupati Bangka, Eko Maulana Ali selalu memberikan dukungan setiap saya dengan beberapa teman menggelar lomba baca puisi maupun lomba menulis puisi. Semangat literasi itu tidak hanya menulis, namun juga membaca yang selalu didorong almarhum.Â
Demikian pula sering kami menggelar acara baca puisi, ia selalu hadir dan membaca karya - karyanya yang diikuti pejabat yang lain. Setelah ia meninggal dunia, sempat  kami di Sungailiat menggunakan tangga gedung DPRD Kabupaten Bangka pada saat hari kelahirannya, 28 September 2013 saya bersama ketua kelompok Sanggar Satu Titik Sungailiat Heru Sudrajat menggelar baca puisi dalam tajuk mengenang Eko Maulana Ali. Sempat hadir waktu itu istri Eko Maulana yakni Hj Nurhari Astuti.
Menghidupkan literasi telah dicontohkan Eko Maulana Ali, tidak hanya mendorong namun juga memberi contoh bahwa Literasi itu menulis, ia memberikan contoh dengan rajin menulis banyak buku. Â Buktinya di daerah kami kini, literasi hanya seruan tapi kepala daerahnya tidak ada yang hobi menulis untuk menyemangati seperti yang telah dilakukan Eko Maulana Ali.
Tulisan ini untuk mengingatkan kembali bagi instansi Pemda yang menggalakkan kegiatan literasi bahwa literasi harus didorong dengan hati bukan hanya sekedar proyek yakni kegiatan tahunan. Sementara perpustakaan sepi, minat membaca semakin rendah, buku - buku yang tersusun di rak buku dipenuhi debu.
Eko Maualan Ali yang pernah sebagai Bupati Bangka dan Gubernur kepulauan Bangka Belitung tidak hanya dikenang karena karya - karya bukunya, namun juga pembangunan yang saat ini dinikmati dan juga sebagai spot selvi yang paling diminati warga yakni Jembatan Emas. Eko juga orang pertama yang mengalahkan Basuki Tjahaya Purnama ( Ahok ) dalam Pilkada pada tahun 2007, sebelum Anis Baswedan di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.Â
Sementara kehidupan literasi warga diabaikan. Tidak seperti 5 tahun sebelumnya kami masih menggelar membaca puisi bersama dalam semua tingkatan usia. Membaca puisi untuk kesenangan, menyalurkan hoby, rekreasi yang memuaskan batin.Â
Ingat Eko Maulana Ali, rindu semangat literasi itu. Sebagai ilustrasi diantaranya, saat ini ketika menulis puisi hanya untuk dibaca sendiri. Tidak seperti dulu ada dalam kebersamaan. Tapi utung masih ada Kompasiana untuk menyalurkan hoby menulis. Ketika menulis ini, saya bersama koleksi buku - buku karya Eko Maulana Ali. Semoga semangat literasi di Bangka Belitung hidup kembali.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H