Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mudik ke Surgaku

7 Juni 2018   21:47 Diperbarui: 7 Juni 2018   21:59 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik selalu identik dengan lebaran Idul Fitri. Kalau ada pertanya, mudikah? Saya tidak tahu apakah ini termasuk mudik karena jarak antara tempat tinggal saya dengan ibu saya hanya berbeda kecamatan. Jadi setiap menjelang lebaran saya selalu di rumah ibu, emak saya memanggilnya.

Emak usianya 70 tahun, tinggal sendiri di rumah, karena ayah sudah meninggal dunia 13 tahun lalu di Tanah Suci Mekkah. Seluruh anak - anaknya sudah menikah tinggal bersama keluarganya masing - masing. Emak lebih senang tinggal sendiri. 

Terasa sepi yang kuat dirasakan Emak ketika malam lebaran, Jadi saya harus kesana menemai emak. Begitupula keesokan hari setelah sholat Ied, saya berada disana. Kebiasaan masyarakat di daerah saya setiap lebaran selalu berziarah ke makam keluarga yang telah meninggal dunia, setelah sholat Ied. Tapi kami tidak dapat berziarah ke makam ayah karena jauh di Arab Saudi sana, jadi yang bisa kita lakukan hanya berdo'a.

Kalau ada teman yang bertanya, " mudik tahun ini?"

Saya langsung menjawab, " Mudik ke Surgaku?"

Teman saya dibuat bingung, mendengar pernyataan saya itu.

Maksud mudik ke surgaku, adalah ke rumah Emak. Ialah surgaku. Seharian selama lebaran, saatnya menyenangkan Emak di hari kemenangan. Walau kondisi usia 70 tahun serta dalam kondisi tidak fit lagi emak selama Ramdhan ini tidak meninggalkan ibadah puasanya dan ibadah lainnya. Untuk itu ia juga ingin merayakan hari kemenangan, setelah berpuasa 1 bulan penuh. Hingga saat ini ia masih terus berpuasa.

Apa yang saya lakukan ketika lebaran, hanyalah untuk menyenangkan membuat emak bahagia. Ia Surgaku, satu - satunya tersisa. 

Selain upaya membuatnya bahagia, namun juga untuk menunjukkan kepadanya bahwa anak - anaknya sangat sayang kepadanya. Karena doa dan kekuatannya membesar kami, sehingga kami juga bisa membesarkan anak - anak kami. Doa ibu adalah surga bagiku. Tanpa doa ibu tidak akan mendapatkan keberkahan hidup. Aku yakini itu. 

Jadi setiap lebaran aku tidak mudik, karena tidak ada keluarga yang jauh semuanya berada berdekatan paling jauh hanya dibedakan satu kabupaten saja tidak Lebih dari 50 km. Inilah kisah mudik ke surgaku.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun