Mudik selalu identik dengan lebaran Idul Fitri. Kalau ada pertanya, mudikah? Saya tidak tahu apakah ini termasuk mudik karena jarak antara tempat tinggal saya dengan ibu saya hanya berbeda kecamatan. Jadi setiap menjelang lebaran saya selalu di rumah ibu, emak saya memanggilnya.
Emak usianya 70 tahun, tinggal sendiri di rumah, karena ayah sudah meninggal dunia 13 tahun lalu di Tanah Suci Mekkah. Seluruh anak - anaknya sudah menikah tinggal bersama keluarganya masing - masing. Emak lebih senang tinggal sendiri.Â
Terasa sepi yang kuat dirasakan Emak ketika malam lebaran, Jadi saya harus kesana menemai emak. Begitupula keesokan hari setelah sholat Ied, saya berada disana. Kebiasaan masyarakat di daerah saya setiap lebaran selalu berziarah ke makam keluarga yang telah meninggal dunia, setelah sholat Ied. Tapi kami tidak dapat berziarah ke makam ayah karena jauh di Arab Saudi sana, jadi yang bisa kita lakukan hanya berdo'a.
Kalau ada teman yang bertanya, " mudik tahun ini?"
Saya langsung menjawab, " Mudik ke Surgaku?"
Teman saya dibuat bingung, mendengar pernyataan saya itu.
Maksud mudik ke surgaku, adalah ke rumah Emak. Ialah surgaku. Seharian selama lebaran, saatnya menyenangkan Emak di hari kemenangan. Walau kondisi usia 70 tahun serta dalam kondisi tidak fit lagi emak selama Ramdhan ini tidak meninggalkan ibadah puasanya dan ibadah lainnya. Untuk itu ia juga ingin merayakan hari kemenangan, setelah berpuasa 1 bulan penuh. Hingga saat ini ia masih terus berpuasa.
Apa yang saya lakukan ketika lebaran, hanyalah untuk menyenangkan membuat emak bahagia. Ia Surgaku, satu - satunya tersisa.Â
Selain upaya membuatnya bahagia, namun juga untuk menunjukkan kepadanya bahwa anak - anaknya sangat sayang kepadanya. Karena doa dan kekuatannya membesar kami, sehingga kami juga bisa membesarkan anak - anak kami. Doa ibu adalah surga bagiku. Tanpa doa ibu tidak akan mendapatkan keberkahan hidup. Aku yakini itu.Â
Jadi setiap lebaran aku tidak mudik, karena tidak ada keluarga yang jauh semuanya berada berdekatan paling jauh hanya dibedakan satu kabupaten saja tidak Lebih dari 50 km. Inilah kisah mudik ke surgaku.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H