Terakhir kali saya ke Palembang tahun 2004 bersamaan dengan pelaksanan Pekan Olahraga Nasional ( PON ) ke VI. Baru kembali mengunjungi Palembang, Senin (20/11). Berangkat dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang, sekitar 45 menit sudah tiba di Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang.
Keluar bandara internasional itu langsung saya bersama dua orang teman Edo dan Reta memesan taxi untuk menuju tempat menginap.
" Pakai argo atau tidak pakai argo?" tanya perempuan yang melayani di loket pelayanan pemesanan taxi bandara.
Teman saya Edo pilih tidak pakai argo. Cukup keluar kocek Rp. 118.000,-
Kunjungan ke Palembang kali ini untuk menghadiri acara Bakohumas yang diselenggarakan Kementerian Kominfo RI.
Dari Jalan Jendral Sudirman Km 3,5 kami putuskan pindah lokasi ke Jl Ilir Timur II. Setiba di lokasi, sopir taxi minta dimbah Rp 100.000 lagi. Teman saya, Edo sempat protes ke sopir taxi karena harus menambah bayaran hampir sama ketika pemesanan. Terlalu mahal.
Memang benar pesan seorang teman, kalau pesan sesuatu di Palembang tanya dulu harganya.
Setelah dilakukan tawar - menawar, sopir taxi bersedia dibayar Rp 50 ribu ditambah parkir Rp 10.000. Kesan pertama masuk kota Palembang, tampak di beberapa sudut kota sudah terpasang baleho para calon yang akan maju dalam Pilkada 2018 mendatang. Belum lagi kemacetan yang semakin meningkat.
Kata sopir taxi yang membawa kami, macet di Palembang sangat parah. Beberapa jalan yang kami lalui juga sudah terpasang promosi daerah ini yang akan menjadi tuan rumah Asian Games.
Inilah catatan singkat saya, hari pertama di Palembang setelah sudah lama tidak mengunjungi kota yang terkenal dengan kuliner Pempek ini. (Rustian Al Ansori)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H