Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suami, Istri, dan Ayam Kate

1 September 2016   06:51 Diperbarui: 1 September 2016   07:44 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang bebek tuannya sudah bersahabat sejak kecil, sehingga mereka sering selalu bersama – sama. Juga bersama – sama bila memasuki hutan kecil di belakang rumah tuannya untuk mengais makanan baik berupa cacing, semut dan makanan apapun yang ia dapat.

Kadang kelihatan akrab, kadang juga mereka nerkelahi. Bebek jantan selalu menang dalam pertarungan. Namun Si Jantan tidak pernah kapok menghadapi bebek jantan berwarna hitam itu. Ayam kate jantan bila kehabisan tenaga ia akan dibuat tak berdaya oleh bebek jantan. Namun bebek jantan masih memiliki rasa sayang, ia cukup menekan tubuh ayam Kate jantan agar tidak bergerak. Sebenarnya kalau bebek jantan mau menghajar habis – habisan Si Kate Jantan akan babak belur.

Sore itu, ayam Kate jantan dan bebek jantan sedang bertarung, dua Kate betina dan satu ekor bebek betina diam menyaksikan. Pemandangan ini sering terlihat setiap hari. Ayam Kate jantan tidak berdaya dibuat bebek jantan, bila tuannya sempat melihat akan dipisahkan. Keduanya akan berhenti berkelahi dan kembali berdamai.

Seiring perjalanan waktu. Kate Jantan sudah mulai ada ketertarikan dengan betina berwarna hitam. Kawinlah ke duanya. Hasilnya sembilan butir telur di erami Si Hitam. Selama pengeraman telur, Si Hitam terus berada di kandang. Setelah 7 hari ia akan keluar meninggalkan eramannya beberapa saat untuk mencari makan. Mungkin juga untuk menghilangkan kepenatan. Kemudian ia akan masuk kembali ke dalam kandang untuk mengerami telur yang diperkirakan sekitar tiga minggu akan menetas.

Tak lama Si Hitam mengerami telurnya,  sekitar tiga hari Si Jantan sudah kembali mengawini Si Cokelat. Si Cokelat pun bertelur menyusul Si Hitam.

Berbeda dengan Si Hitam yang lebih tenang saat akan bertelur. Ia langsung memasuki tempat yang sudah disediakan tuannya dengan beralaskan daun pisang kering. Sedangkan Cokelat terbang kesana – kemari mencari tempat meskipun sudah disediakan tempat bertelur oleh tuannya. Dasar Si Cokelat, ia bikin rusuh dengan berkotek sekeras – kerasnya. Tuannya datang, dikira sudah bertelur namun belum juga. Akhirnya Si Cokelat bertelur juga namun dilantai kandang, tidak ditempat yang sudah disediakan.

Tuannya mengambil telur Si Cokelat dengan menaruhnya didalam sangkar tempatnya bertelur dengan tangan dilapisi daun pisang kering, agar telurnya tetap hangat sehingga bisa ditetaskan. Setelah telur pertama, selang dua hari Si Cokelat kembali bertelur. Tidak seperti Si Hitam yang bertelur setiap hari. Saat ini sudah empat telur. Sedang Si Hitam sudah memasuki minggu ke dua mengerami telurnya.

“ Telur pertama Si Cokelat sebaiknya kita ambil saja, “ kata istri tuannya.

” Sudahlah telurnya terlalu kecil, kita beli saja telur ayam kampung kalau memang mau makan telur, ” ujar suamiya.

” Telur pertama biasanya tidak menetas, ” kata istrinya lagi.

” Biarkan sajalah, mudah – mudahan menetas, ” yakin suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun