Pernahkah merasa jarinya  terasa gatal untuk mengetik sebuah kalimat hanya untuk menunjukkan ketidaksukaan atau hanya sekedar mengeluarkan kalimat tidak baik (mengumpat) pada status dimedia sosial. Kebablasan bermedia sosial di negeri kita ini ditandai dengan pengguna media sosial yang sangat banyak.
Data  tahun sampai bulan Maret 2018  tercatat, setidaknya kini ada sekira 130 juta masyarakat Indonesia yang aktif di berbagai media sosial, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter dan lainnya.
Pertumbuhan jumlah pengguna media sosial berbanding terbalik dengan kedewasaan menggunakan media sosial sebagai sarana penghubung dan berinteraksi membangun komunikasi.
Maka tidak heran di media sosial banyak kita temukan kalimat-kalimat umpatan, pelecehan, pornografi, pembodohan, provokasi dan berita hoaks. Maka tidak berlebihan kalau saya sampaikan bahwa jka belum bisa dewasa bermedia sosial, maka medi sosial ini akan menjadi sarana perpecahan anak bangsa.
Melalui tulisan ini saya mengingatkan diri sendiri dan yang membaca tulisan saya ini untuk lebih bijak menggunakan media sosial.
Kalau dulu ada ungkapan "Mulutmu Harimaumu" sekarang "Jarimu Harimaumu" jari-jari inilah yang mengetik kalimat-demi kalimat yang akan membuat orang lain bahagia, senang, terinspirasi atau justru sebaliknya jari-jari inilah yang akan membuat kegaduhan dengan menyebarkan kebencia, permusuhan, provokasi yang akan membuat masyarakat resah.
Berikut Beberapa nasehat kepada Jari agar lebih bijak mengetik:
Tidak semua apa yang kamu ketahui harus dishare di media sosial
Sudah jadi tabiat dasar manusia untuk menjadi yang pertama memberitakan kejadian atau berita sesuatu yang sifatnya rahasia, heboh, dan akan menjadi pemberitaan media.
Cek kembali apakah dampaknya bila informasi yang saya ketahui ini disebar melalui medsos. Bila berita itu mengarah ke fitnah atau mencemarkan nama baik orang lain maka segera hentikan. Carilah sesuatu yang sifatnya positif.
Informasi yang menjengkelkan tidak harus dibalas dengan makian, cacian dan hinaan