Nasihat dari mentor menulis saya ini selalu teringat ketika awal mulai menulis buku, selalu menjadi pengingat dan motivasi kala sedang kurang bersemangat menulis.Â
Sebagian dari kita memiliki tujuan menulis untuk menghasilkan karya berupa buku. Ya betul, sebuah buku.
Kenapa? Karena dengan memiliki buku sendiri ada kepuasan batin yang tak ternilai dengan uang.
Bisa dibayangkan berapa energi yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah naskah, mulai dari mencari ide, referensi, berkorban waktu untuk menulis sampai mencarikan penerbit yang cocok dengan tema tulisan yang dibuat. Persoalan banyak peminat untuk membeli atau tidak itu urusan yang lain.
Naskah buku yang diselesaikan dengan waktu yang lama, menyisakan satu tahapan lagi yakni mencarikan "jodoh penerbit" yang tepat. Karena tidak semua penerbit bisa menerbitkan buku dengan tema tertentu.
Mereka memiliki kategori buku yang akan dicetaknya sendiri. Tentu, dengan hitung-hitungan potensi penjualan bisa laku atau tidak.
Nah di sinilah letaknya mencari jodoh penerbit itu, susah-susah gampang.
Maka sebagai penulis pemula kita dituntut untuk lihai melihat segmen apa yang dibutuhkan penerbit. Mencari tahu jenis buku apa yang diterbitkan oleh penerbit dengan melihat buku yang sudah di terbitkan.
Selain aktif melihat hasil terbitan, kita bisa juga menanyakan langsung ke penerbitnya melalui media sosial. Maka, perbayak berteman dan follow dengan penulis, editor, dan penerbit perlu juga.
Dengan mengikuti sosial medianya kita akan lebih update informasi jenis buku yang mereka butuhkan. Setelah itu tawarkanlah naskah bukumu yang telah selesai.
Biasanya kita diminta untuk mengirimkan langsung ke alamat email penerbit dan diminta menunggu paling lama 3 bulan untuk evaluaisi naskah diterima atau ditolak.
Bila naskah diterima dan ditawarkan untuk diterbitkan maka sisa menunggu surat perjanjian kerja sama penerbitan. Namun bila ditolak maka bersiap-siaplah mencari jodoh penerbit yang lain. Jangan menyerah bila pernerbit pertama yang menolak itu bukan berarti tulisannya jelek.
Seringkali penerbit menolak karena memang belum memprioritaskan naskah untuk segera diterbitkan, atau boleh jadi ada naskah yang sejenis yang duluan masuk dan sudah sudah siap diterbitkan.
Dalam proses pencarian jodoh ini, usahakan agar tetap menulis naskah berikutnya.Â
Data dari IKAPI ternyata ada lebih seribu penerbit buku di Indonesia. Itu artinya penolakan satu penerbit masih ada ribuan penerbit lain yang siap menampung naskah buku kita. Tinggal kita pintar-pintar memilih penerbit yang sesuai dengan tema tulisannya.
Hal ini juga harusnya semakin memberi semangat agar lebih giat lagi menulis. Karena peluang diterbitkan buku juga sangat besar.
Hal lain yang tetap harus diperhatikan adalah senantiasa melatih memperbaiki kualitas tulisan. Tulisan yang amburadul tentu tidak akan dilirik oleh penerbit.
Melatih menulis tiap hari sebagai sarana memperbaiki tulisan, bisa dilakukan melalui media seperti www.kompasiana.com atau melalui blog pribadi.Â
Latihan menulis akan membuat tulisan jadi lebih menggigit. Termasuk dalam hal ini adalah senantiasa berteman dengan teman yang memiliki hobi yang sama.
Tak hanya itu, bergabung di komunitas menulis juga bisa jadi pilihan agar kita tetap bersemangat menulis.
Terakhir. Bila upaya menawarkan naskah buku ke penerbit tak kunjung diterima. Maka bisa memilih untuk menerbitkan sendiri (self publishing) dengan modal sedikit dan waktu pembuatan buku juga singkat, sudah bisa menghasilkan buku sendiri.
Tentu menerbitkan sendiri buku butuh energi untuk mempromosikan dan menjual sendiri. Bahkan tidak sedikit yang bisa meraih keuntungan berlipat dengan menerbitkan sendiri naskahnya.
Jadi mulai hari ini tetap menulis dan percayalah naskahnya pasti memiliki jodohnya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI