Bila naskah diterima dan ditawarkan untuk diterbitkan maka sisa menunggu surat perjanjian kerja sama penerbitan. Namun bila ditolak maka bersiap-siaplah mencari jodoh penerbit yang lain. Jangan menyerah bila pernerbit pertama yang menolak itu bukan berarti tulisannya jelek.
Seringkali penerbit menolak karena memang belum memprioritaskan naskah untuk segera diterbitkan, atau boleh jadi ada naskah yang sejenis yang duluan masuk dan sudah sudah siap diterbitkan.
Dalam proses pencarian jodoh ini, usahakan agar tetap menulis naskah berikutnya.Â
Data dari IKAPI ternyata ada lebih seribu penerbit buku di Indonesia. Itu artinya penolakan satu penerbit masih ada ribuan penerbit lain yang siap menampung naskah buku kita. Tinggal kita pintar-pintar memilih penerbit yang sesuai dengan tema tulisannya.
Hal ini juga harusnya semakin memberi semangat agar lebih giat lagi menulis. Karena peluang diterbitkan buku juga sangat besar.
Hal lain yang tetap harus diperhatikan adalah senantiasa melatih memperbaiki kualitas tulisan. Tulisan yang amburadul tentu tidak akan dilirik oleh penerbit.
Melatih menulis tiap hari sebagai sarana memperbaiki tulisan, bisa dilakukan melalui media seperti www.kompasiana.com atau melalui blog pribadi.Â
Latihan menulis akan membuat tulisan jadi lebih menggigit. Termasuk dalam hal ini adalah senantiasa berteman dengan teman yang memiliki hobi yang sama.
Tak hanya itu, bergabung di komunitas menulis juga bisa jadi pilihan agar kita tetap bersemangat menulis.
Terakhir. Bila upaya menawarkan naskah buku ke penerbit tak kunjung diterima. Maka bisa memilih untuk menerbitkan sendiri (self publishing) dengan modal sedikit dan waktu pembuatan buku juga singkat, sudah bisa menghasilkan buku sendiri.
Tentu menerbitkan sendiri buku butuh energi untuk mempromosikan dan menjual sendiri. Bahkan tidak sedikit yang bisa meraih keuntungan berlipat dengan menerbitkan sendiri naskahnya.