Dan beginilah sajaknya:
Harumlah namamu, Ananda, laksana semerbak bunga-bungaan
jikalau, berlaku bajik dirimu, di tempah nun jauh di mata.
Ingatlah selalu, doa yang jadi penuntun
Dalam hidupmu, Oh, jiwaku
*
Janganlah ada genangan cela,
Walau sedikit dalam benak-mu
Itu ‘kan jadi awal kehancuran
Ananda kekasih hati-ku
*
Haruslah rendah hati, hormat kepada yang lebih tua,
Sayang kepada yang muda,
Si rendah hati si pemilik bumi, Si hormat si lanjut usia,
Kasih dan tulus-ikhlas yang terbesar
Itulah kebajikan, itulah harta terbesar
*
Ananda-lah yang menjunjung mulia
Atas nama Ayahanda,
Ananda-lah yang jadi teladan
Akan Adinda-mu yang kau-sayang
*
Ingatlah akan doa dan nasihat, jaya-lah di negeri yang Ananda lihat
*
Jikalau telah tiba di negeri yang Ananda lawat, segeralah kirim kabar-mu,
Pun tentram batin Ayah-bundamu, di bumi kelahiran-mu.
.
Ironi dan Akhir …
*
Entah mengapa, setelah saya selesaikan sajak-nya, serasa tua-rentalah diri ini. Berumur setengah abad dengan si-sulung yang minta berpetualang, abroad. Padahal masih seperempat abad. Dan lajang pula. Dan tentulah tak selayaknya memberi nasihat. Saya ‘kan hanya menulis? (hehehe…). Lagian saya tinggal di kampung kok. Tinggal sama orang tua. (Dan bapak saya baru saja ingatkan biar bobo. Bobo? Oh menggelikan, :lol: ).Tidak sedang merantau. But, when the day has come, bisa jadi.
*
Demikianlah, sajak ini saya persembahkan kepada para (calon) perantau di seluruh penjuru negeri. Yang kere atau tajir, yang kurus atau tambun, pengajar, pelajar atau perlu diajar. (hampir saja ku-ketik kurang ajar. Nampak saya terkesan kurang ajar sekali ini). Dan tentu-nya, teristimewa buat para kompasianer perantau!
*
Catatan: Yth. Admin, Saya memang sengaja melayangkan artikel ini di kolom social budaya. Bukan fiksi. Terima kasih!
.
With Love and Honour!
:-)
Di suatu tempat, dingin dan berbukit. RES; 18/09/2012.
[i] Kamus Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008
[ii] Terjemahan bebas:
Nasihat
Akan harumlah nama-mu anakhu/ seperti bunga-bungaan, yang wangi/ kalau berlaku baik diri-mu/ di tempat (daerah) yang jauh itu. Dan harus ingatlah dirimu/ doa itu yang jadi jembatan/ pada kehidupanmu, oh jiwaku.
Jangan biarkan pikiran yang kurang baik/ di dalam hati-mu/ Itu yang akan menjadi sumber bencana/ kekasihku. Haruslah rendah hati/ dan hormat kepada orang tua/ itulah yang paling berharga, dalam hidupmu.
Anandalah yang pembawa nama baik/ terhadap aku, Ayah-mu ini/ Dan kamu-lah yang memberikan jalan/ untuk adik (laki-laki) dan saudari-mu.
Dan ingatlah, Ananda/ Atas kata, nasihat-ku/ Supaya berhasil di tempat (daerah) yang jauh itu.
Kalau kamu sudah sampai di tanah rantau itu/ kirim berita, Ananda/Biar tenang Ayahanda dan Ibunda-mu/ di tempat kelahiranmu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H