"Jangan kau sesali kudamu yang lepas itu. Aku akan menggantinya kuda yang jauh lebih baik. Tidak hanya seekor, tetapi berapapun yang kau inginkan. Setidaknya kami setiap orang dapat menggantikan seekor."
Orang itu kemudian berpaling ke belakang sambil bertanya, "Benarkan teman-teman?"
Terdengar gelak tawa meledak di antara para pemuda itu. Salah seorang menyahut, "Aku akan memberinya dua atau tiga ekor."Â
Dan yang lain lagi bersuara, "Aku empat ekor."Â
Sedang yang berada di sisi lain yang lebih gemuk, "Aku malah berapapun yang dimintanya."
Pemuda yang ada di paling depan menatap tajam pemuda itu, tetapi kemudian ia pun tertawa pula.Â
Katanya, "Nah kau dengar. Semua bersedia memberikan berapa saja yang kau minta."
 Orang itu berpaling dan berkata lagi kepada kawan-kawannya.
 "Sikap yang sangat memuakkan," gumam Kembang Arum di dalam hatinya.Â
Tetapi mulutnya masih terkatup rapat-rapat dan giginya masih bergemeretak.
"Nah, bagaimana sekarang?" bertanya pemuda itu. "Kini letakkan saja pedangmu. Tidak pantas seorang perempuan membawa pedang. Bagiku kau akan lebih cantik apabila memakai pakaian yang biasa layaknya seorang perempuan."