Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

7. Rusman, Tafsir Serat Tripama

13 April 2019   01:46 Diperbarui: 9 Mei 2019   03:10 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patih Suwanda gugur demi membela ratu gustinya

Tripama artinya tiga suri tauladan atau tiga contoh kehidupan. Karya dari KGPAA Mangkunegara IV (1809-1881), ialah seorang keluarga keraton Surakarta yang juga seorang pujangga kenamaan. 

Serat atau naskah ini berbentuk tembang Dhandanggula sebanyak 7 padha atau bait.

Bait pertama dan ke dua berkisah tentang kepahlawanan Patih Suwanda.

Bait ke tiga dan keempat tentang Raden Kumbakarna.

Bait ke lima dan ke enam mengenai Adipati Karna.
Serta bada bait ke tujuh adalah berisi kesimpulan atau penutup.

Lantas keutamaan apa yang dilakukan oleh ketiga satriya itu, sampai Sri Mangkunegara IV begitu kagum dan menjunjung tinggi derajat mereka?

1. Patih Suwanda terutama diunggulkan dalam sikap utama yang berupa kesetiaannya terhadap ratu gustinya, ialah Prabu Arjuna Sasrabahu.

Meskipun sempat juga mau berkianat namun pada akhirnya seluruh jiwa raganya dia sumbangkan untuk mengabdi kepada ratu gustinya. 

Sampai suatu sang bagus gugur pengawak kusuma karena kelicikan Rahwana. Sudah berkali-kali Raja Raksasa itu berhasil dibunuhnya, namun berkat aji rawarintek Rahwana selalu hidup kembali.

2. Raden Kumbokarna diunggulkan karena sikap dan perilakunya dalam membela negaranya. Begitulah, saat ia tahu negeri yang ia cintai, yaitu Alengka Diraja, hancur berantakan karena ulah para tentara kera maka iapun membulatkan tekad untuk berperang melawan Prabu Ramawijaya. 

"Right or wrong is my Country", aku rela mati bukan untuk membela kelakuan kakakku Rahwana yang bejat, melainkan demi cintaku kepada negeri kelahiranku. 

Begitulah, akhirnya sang ksatriya yang berwujud raksasa ini gugur di medan perang melawan panah Sang Ramawijaya.

3. Raden Suryaputra atau Adipati Karna terpilih sebagai ksatriya luhur yang menurut Tripama patut dicontoh. Satriya ini dipandang ungguk adalah berkat kesetiaannya dalam menjunjung tinggi sikap bawa leksana. 

Sikap keutamaan ini dia tunjukkan bukan untuk membela para Kurawa yang angkara murka namun demi kesetiaannya pada sumpah yang terlanjur ia ucapkan bahwa dirinya akan setia membela Prabu Duryudana. 

Begitulah, Raden Karna bertekad menyisihkan segala kepedihan hatinya meskipun harus berperang melawan adik-adiknya yaitu para ksatriya utama Pandawa. Akhirnya iapun rela mati oleh panah Arjuna.***

Bersambung ke tautan berikut:

https://www.kompasiana.com/rusrusman522/5cb1201ccc528370184696d5/tafsir-serat-tripama-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun