Ternyata di balik air mata itu kerap ada kenikmatan
Di seberang tangisan itu kelak lahir kegembiraan
Dan di ujung penderitaan itu muncul kebahagiaan
Saudaraku, bisakah semuanya itu kau bayangkan?
Ooo.. andai kita tahu kapan Allah akan memberikannya
Mungkin kita tidak perlu harus bermandi keringat
Tak usah berlari, jatuh terjerembak dan bangkit lagi
Bahkan kitapun merasa tak penting lagi untuk berdo'a
Tuhan sengaja menyuruh kita belajar dari orang lama
Yang betah berjam-jam duduk bersila memejamkan mata
Bahkan bisikan do'anyapun tak jelas kata dan kalimatnya
Tapi toh Tuhan tetap berkenan menterjemahkan maknanya
Saudaraku, Allah tahu kapan hadiah itu harus kau terima
Bisa jadi permata itu Allah gantungkan di puncak pohon
Untuk mengambilnya tentu harus kau susun anak tangga
Bahkan mungkin belum sempat berhasil keburu habis waktu kita
Lalu kapan, kapan harus aku terima buah dari do'a-do'aku itu?
Oh Tuhan, begitu lamakah Engkau mencoba kesabaranku
Air mata ini rasanya sudah kering mengalir, bahkan membeku
Untuk kembalipun tak mungkin, terlalu jauh sudah langkahku
Jangan pernah berputus asa wahai saudaraku, teruslah berjalan
Sekali lagi Tuhan tahu kapan waktunya, pasti kelak diberikan
Layaknya menabung, lama diunduhnya tentu terkumpul juga
Siapa tahu nanti untuk keturunanmu: anakmu atau cucumu
Dan akhirnya kau pun pasti mengerti apa yang dimaksud Tuhan, ialah "keikhlasan."
Tasikmadu, 291018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H