Kini barulah disadari oleh Raden Sekartanjung: "ternyata aku telah berbuat bodoh. Bukan aku saja yang menghendaki pertempuran ini terpisah dan arena, melainkan orang tua inipun agaknya ingin juga berbuat demikian. Ilmunya itu dapat berpengaruh terhadap semua orang juga kawan-kawanya sendiri."
Namun Adipati muda itu tidak mendapat kesempatan untuk merenungi ilmu lawannya yang dahsyat itu. Ketika sekali lagi Ki Ajar Talun menghentakkan kakinya, maka sekali lagi Raden Sekartanjung harus meloncat menghindar. Ternyata bukan hanya Demas Tanjung yang heran melihat kemampuan Ilmu lawannya, tetapi sebaliknya juga lawannyapun mengumpat-umpat melihat anak muda itu berhasil menghindari.
Tetapi Ki Ajar Talun yang marah itu tidak sekalipun menghentikan serangannya, bahkan berkali-kali ia menghentakkan kakinya dan berkali-kali pasirpun menghambur didorong oleh hembusan prahara yang dahsyat. Namun Raden Sekartanjung selalu dapat meloncat menghindarinya.
Kini orang tua itulah yang tercenung, dia mulai memikirkan kenyataan itu. Sebagaimana dikatakan orang sebelumnya bahwa anak ini pernah membunuh adik seperguruannya yang juga memiliki ilmu yang membanggakan, yaitu Ki Gede Waleran.
"Benar-benar sontoloyo," geram Ki Ajar Talun. Dengan demikian maka Ki Ajar Talun pun sama sekali tidak lagi berusaha mengekang diri, ia benar-benar mengerahkan segenap ilmunya sampai tuntas. Ilmunya yang berkisar pada angin, taufan, badai dan prahara itu pun telah dihentakannya sampai kepuncak.
Akhimya Raden Sekartanjung menjadi semakin sulit untuk menghindarinya, meskipun ia masih saja berusaha sambil meloncat semakin panjang. Tetapi sekian lama orang muda inipun menjadi jemu berloncatan.
Tibalah saatnya Adipati Tuban mengambil satu keputusun untuk membenturkan kekuatannya melawan Ilmu Gebyar Maruto yang luarbiasa itu. Karena itu maka orang muda itu tidak lagi meloncat dan menghindar. Tetapi ia berdiri tegak dengan tangan bersilang didadanya, meskipun ia tidak menghadap langsung kearah sang lawan.
Sejenak kemudian, ia mulai merasa angin yang membawa badai pasir menghantam dirinya. Semakin lama semakin keras memberondongnya, sehingga tubuh Raden Sekartanjung pun mulai terguncang. Namun orang muda itu sudah bertekad untuk mengadu kekuatan ilmu dengan Ki Ajar Talun yang mempunyai kekuatan prahara.
Tetapi karena pasir yang terhambur itu Adipati Tuban itu tidak dapat langsung memandang Ki Ajar Talun dan ternyata seperti yang telah dia perhitungkan, pendekar tua itu tiba-tiba saja telah menyerangnya langsung dengan tendangan kakinya.
Meskipun Raden Sekartanjung tidak dapat memandang musuhnya namun ia sudah bersiaga. Adipati putra Balewot itu sudah siap dengan rencananya. Karena itu begitu terasa serangan Ki Ajar Talun menghantam tubuhnya maka Raden Sekartanjung pun telah melenting dan sengaja jatuh berguling beberapa langkah dari Ki Ajar Talun.
Ki Ajar Talun yang melihat Raden Sekartanjung terlempar segera meloncat maju dan menyerang lagi dan serangan yang berikutnya inipun telah melemparkan Raden Sekartanjung beberapa langkah lagi. Bahkan lebih jauh dari serangannya yang terdahulu.