Rumah adalah istana setiap keluarga, rumah ibarat syurga bagi anak-anak kita, dan rumah adalah langit dan bumi bagi ayah, ibu, serta anak-anak. Tempat di mana semua menjalani hudup tahap demi tahap dari kecil hingga dewasa atau bahkan sampai kapanpun kita membutuhkannya. Rumah pun juga laksana sahabat sejati yang selalu siap menerima keluh kesah dan luapan kegembiraan, menemani saat kita suka dan duka, tempat kita marah, menangis serta berkeluh kesah kepada Sang Pencipta.
Pendek kata rumah adalah kehidupan kita, dank arena itu kita harus mampu menjadikan rumah sebagai benar-benar istana. Bukan saja bagi kita dan keluarga melainkan juga bagi orang-orang terdekat kita, kakek, nenek, paman, bibi, bahkan semua tetangga yang pasti suatu saat memasuki rumah kita juga.
Nah, melalui tulisan ini penulis sengaja mengajak kepada para sahabat muslim dan muslimah untuk menggelorakan sifat-sifat Muhammad SAW di lingkungan keluarga masing-masing. Bukankah tidak lama lagi semua anggota keluarga kita berkumpul? Mungkin anak-anak kita yang sudah lama tinggal di rantau, atau keponakan, bahkan kakak adik serta para tetangga di skitar rumah kita. Untuk menyambut kehadiran mereka maka dinding rumah kita jangan hanya dicat dengan rupa yang warna-warni saja, tetapi lebih indah dan berkah jika disemprot dengan sifat-sifat terpuji Rasulullah SAW.
Suatu saat Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh" (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab). Untuk melaksanakan tugas itulah Muahammad SAW dibekali dengan sifat-sfat terpuji oleh Allah SWT. Sifat-sifat dimaksud tercermin dalam perilaku Rasullullah sehari-hari, antara lain:
Sifat Fathonah :
berarti berpikir kritis, tanggap terhadap segala persoalan dan pandai menarik suatu kesimpulan yang terpat.
Sifat amanah / sidik :
berarti berpikir obyektif dan adil, tidak pilih kasih dan pandang bulu, bila kebenaran tampak dari siapapun dan dari manapun harus diakui.
Sifat Tabliq :
berarti mampu menyampaikan informasi secara jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan dualisme dan kontraversi.
Sifat Syaja'ah:
berarti berpikir lugas dan tegas, serta berani mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam suatu lingkungan di mana dia berada.
Amal salehÂ
adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh orang beriman dengan penuh keikhlasan, semata-mata ingin mengharap ridho Allah.
Ruang tamu kita semprot dengan sifat "Sifat Tabliq", dinding rumah dicat dengan sifat "Sifat Syaja'ah", halaman rumah diberikan pagar sifat "amal soleh", suasana rumah perlu dilandasi dengan "sifat amanah", dan cara kita menyambut tamupun kita kemas dengan "sifat fatonah".
Pendek kata pemilik rumah harus mampu meneladani sifat-sifat terpuji itu. Anak-anak yang masih tinggal serumah setiap hari diberikan keteladanan oleh orang tuanya, agar mereka secara langsung dapat menyaksikan bagaimana cara ayah ibu mereka menjalankan kehidupan yang penuh amanah.
Untuk dapat menerapkan nilai-nilai yang diamanahkan oleh agama itu tentu saja perlu syarat utama, yaitu "ilmu". Di rumah anggota keluarga tidak segan-segan untuk belajar melalui bacaan-bacaan yang bermanfaat.
Seperti halnya ayat pertama yang diterima oleh Rasulullah Saw.: Â "Bacalah!" Jelas hal itu merupakan cahaya wahyu pertama yang menerangi kalbu yang suci. Dalam Agama Islam memang sangat dianjurkan kepada umat muslim untuk senantiasa menuntut ilmu (dengan berbagai cara).Â
Membaca adalah salah satu cara untuk memperoleh ilmu itu, dan ilmu adalah sumber pengetahuan, sementara pengetahuan adalah cahaya akal dal hati. Ilmu yang dimaksud di sini adalah segala ilmu yang dapat dimanfaatkan seseorang bagi kemaslahatan agama dan dunianya, serta bermanfaat pula bagi dirinya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tarmudzi diceritakan sebagai berikut: "Rasulullah Saw bersabda: "tidak bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti, sampai ia ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, (2) tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan. (3) tentang hartanya, darimana dia peroleh dan kemana ia nafkahkan, (4) tentang ilmunya apa yang telah ia amalkan darinya", (Muhammad Ali Quthb, 2000).
Bahkan menurut Rasulullah Saw., ilmu dan pengamalannya merupakan salah satu aspek yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt. kelak pada saat kita dipanggil oleh-Nya.
Nah, oleh karena itu sekali lagi kita mengamallan semua anjuran Rasulullah SAW dengan cara menerapkan dan mengamalkan ilmu yang kita punyai demi kebaikan keluarga dan orang-orang di sekitar kita. "Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga" (Shahih, HR Ahmad (V/196). Subhanallah.***
Keterangan :
Penulis adalah praktisi pendidikan tinggal di kota Tuban
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H