Senggara yang melihat perilaku kasar junjungannya itu segera minta diri. Dia tahu persis kalau sedang begini tandanya Mas Hario Dalem sedang ingin sendiri.
Senggara tidak mau menunggu lama, lebih baik ia segera kembali ke gubugnya sebelum tangan sang adipati menghantam dada atau perutnya.
"Panggil Paman Panitis!" Kata Mas Hario Dalem sebelum Senggara pergi.
"Baik raden."
Tidak lama datang seorang lelaki ke hadapan Mas Hario Dalem. Seorang yang telah agak tua yang pernah menjadi penasehatnya dalam berbagai hal.
Seorang yang tidak saja memiliki pengalaman yang luas melainkan juga seorang yang memiliki daya pengamatan yang jauh.
Orang tua itu berdebar-debar mendengar panggilan Mas Hario Dalem. Telah agak lama junjungannya itu tidak memerlukannya.Â
Hampir tidak pernah ia menemui anak muda yang menggemparkan seluruh daerah Mataram itu. Namun kini tiba-tiba Mas Hario Dalem memanggilnya.
"Duduklah paman Panitis."
Orang tua yang bernama Panitis itu duduk di samping Adipati Tuban sambil menganggukkan kepalanya.
"Terima Kasih, ngger."