“Ga pesen makan?”
Suara Andra membuyarkan lamunan Intan
“Oh, udah tadi. Spagettinya enak?”
“Enak kok. Mau?” Andra menggulung beberapa helaian spagetti dan menjulurkannya ke arah Intan.
Intan menggeleng, berat badannya naik beberapa kilo sebulan belakangan, semakin menyusahkannya kala mengenakan high heels.
“Jadi kenapa..” nada suara Andra berubah kala meletakkan garpu berisi helaian spagetti yang batal dikunyahnya.
Meluncurlah semua yang telah disimpan Intan sejak pertama ia mengenal Andra. Soal semua pengorbanannya, hal hal yang dilakukannya hingga detil terkecil demi menarik dan membuat Andra jatuh cinta.
Diceritakannya pula soal perempuan semampai berambut panjang yang cantik luar biasa serta upaya keras Intan untuk bisa seperti perempuan itu, menjadi perempuan yang telah membuat Andra jatuh cinta.
Lelaki didepannya tertegun.
Apa yang dikatakan Intan menjawab semua pertanyaannya selama ini. Intan yang selalu berjalan dengan limbung lantaran memaksakan diri mengenakan high heels. Yang selalu serba salah menggelung rambut panjangnya kala bekerja, yang tak pernah berhenti memuji kecantikan mantan pacarnya.
Intan masih berbicara saat Andra menemukan dirinya sendiri yang mengakui telah kehilangan rasa pada perempuan di depannya. Yang ia suka dari Intan adalah kemampuan perempuan itu untuk berbicara soal cinta yang tulus. Intan tidak pernah mengeluh meski pekerjaan Andra menyedot seluruh kesempatan untuk mereka bertemu. Tak pernah sekalipun Intan melakukan klaim atas pengorbanan yang ia lakukan namun hari ini, Andra dihadapkan pada perasaan yang ia sendiri sulit jabarkan. Perasaan tak nyaman sudah membuat Intan berkorban terlalu banyak, dan menagih balasan untuk sesuatu yang tak pernah dimintanya untuk lakukan.