Karena membaca berita bahwa jalur Pantura, terutama di daerah Brebes, rusak selama musim penghuian Ini, saya terpaksa menaikkan skuter otomatis (skutis) Vespa LX 150 ie dengan kereta api. mulai dan Stasiun Senen sampai Stasiun Solo Balapan. Saya tidak mau ambil risiko terjatuh dan disaksikan pengendara lain. Sakitnya mungkin tidak seberapa, tetapi malunya itu, Bung! Saya sendiri naik bus malam keesokan harinya karena kehabisan tiket KA pada han keberangkatan skutis tersebut. Skutis tiba di Solo lebih dulu, saya tiba satu hari kemudian
Saat dinaikkan kereta, tangki bensin dalam keadaan setengah penuh. Saat saya ambil dan gudang perusahaan Ekspedisi Muatan Kereta Api di Pasar Ayu. di sebelah Solo Balapan, tangki dalam keadaan kosong. Rupanya, ada ketentuan PTKAI yang mengharuskan tangki sepeda motor harus dalam keadaan kosong saat diangkut dengan kereta api, untuk mengurangi risiko kebakaran
Untungnya, hanya 100 meter dari gudang, ada SPBU dan saya mengisinya sampai penuh. Sayang, saya lupa mencatatnya. Saya baru mencatatnya saat mengisi bensin di Wonogiri. Saat itu, jarak yang telah ditempuh skuter bernomor polisi B 3236 SCV itu adalah 1.845 kilometer
(km). Saya mengisi kembali di SPBU Ponorogo saat jarak yang telah ditempuh skuter Ini 1.918 km. Volume bensin yang saya isi 1,8 liter. Jarak yang saya tempuh 1918-1845 = 73 km. Berdasarkan teori full to full. konsumsi bensin skuter ini adalah 38, 42 km per liter.
Akurasi teori yang sangat sederhana itu tentu saia masih bisa diperdebatkan. Konsumsi besin yang 1 liter untuk 38, 42 km itu tentu akan berbeda jika saya berjalan di jalanan yang rata, tentu berbeda jika saya berjalan dengan kecepatan konstan 40 km per jam. Tentu berbeda pula )ika skuter itu dikendarai pengendara lain yang bobotnya 50 kg, sementara bobot saya 90 kg.
Medan yang saya lalui dari Wonogiri ke Ponorogo adalah jalanan yang memiliki banyak tanjakan, turunan, dan tikungan Bisa dibayangkan, betapa borosnya konsumsi bensin saat saya gunakan menanjak di tanjakan curam di Kecamatan Slogohimo. Saya tidak punya pilihan lam Daripada tidak punya gambaran sama sekali, teori tersebut ada gunanya juga, setidak-tidaknya untuk mengetahui seberapa "bengis" Vespa LX 150 ie im dalam mengonsumsi bensin ketika digunakan di jalanan yang menanjak dan menurun
Boros atau tidaknya sebuah skuter otomatis mengonsumsibensin adalah satu soal, sedangkan keamanan, kenyamanan, stabilitas, kemudahan, dan kelengkapan fitur adalah soal lain. Menurut saya, skutis ini cukup aman. Rem depannya bagus karena terbuat dari cakram. Rem belakangnya, walaupun tromol. juga cukup bagus. Yang membuat saya lebih yakin, skutis ini, entah bagaimana cara Piaggio membuatnya, seperti memiliki engine brake. Ketika tuas gas saya kendurkan, skutis melambat dengan sendirinya. Hal ini tidak saya jumpai pada skutis lain.
Keamanan lainnya terletak pada lekukan di tengah yang cukup besar, sehingga ketika misalnya skutis im dihajar kendaraan lain dari samping, lutut si pengendara terhindar dari risiko patah, karena terlindung bodi samping. Lekukan im juga bisa untuk meletakkan barang
Dari sisi kenyamanan, skutis mi lumayan karena joknya lebar dan tempat untuk meletakkan kaki sangat luas Kaki saya bisa maju atau mundur, melebar atau merapat, tergantung kondisi. Hal ini mengurangi kemungkinan kaki cepat pegal dalam pengendaraan jarak jauh. Suspensi depan yang terbuat dan per keong (bukan sistem garpu seperti pada skutis lain) dan suspensi belakang memberi sumbangsih besar ketika skutis melindas lubang, sepanjang lubang itu berukuran kecil.
Kalau lubangnya besar, mungkin lain ceritanya.
Soal stabilitas, skutis bikinan Italia im paling stabil karena rangkanya menyatu dengan bodi, berbeda dengan skutis lain yang beredar di Indonesia, di mana rangkanya terpisah dengan bodi. Saat menikung di tikungan "Ongko Wolu" yang menghubungkan kecamatan Jatisrono dan Slogohimo, kendaraan ini sangat stabil dan bersedia diajak miring sampai 45 deraiat. Kebetulan, sepanjang ialan Wonogin-Ponorogo tidak ada tikungan yang berpasir, sehingga saya maupun pengendara sepeda motor lainnya terhindar dari slip.
Vespa LX 150 i.e ini mudah dikendarai dan tidak bikin capek. Hal ini disebabkan skutis ini tanpa kopling dan tinggal tarik gas saja. Namun, jangan sembarang menarik tuas gas karena skutis ini responsif sekali. Begitu digeber. langsung bereaksi, enggak pake ngeden. Bro! Fiturnya, cukup lengkap. Misalnya, jam penunjuk waktu di panel spidometer, lampu depan yang terang, lampu belakang yang terpisah dengan lampu penerang nomor polisi, dan tentu saja panel petunjuk bahan bakar.
Menjemur Kaus Kaki" Dalam perjalanan dari Wonogiri ke Ponorogo, saya sempat kehujanan.
Saat memasuki Kecamatan Purwantoro, yang berbatasan Kecamatan Badegan Ponorogo, hujan reda. Saya sempat mengenakan jas hujan, tetapi kaki saya tidak tertolong Sepatu dan kaus kaki basah. Padahal, saya harus menemui seorang santri di Pondok Gontor, Ponorogo. Tiba-tiba, saya ingat pada bagasi di skutis ini. Saya pernah meletakkan kamera di sana, yang ketika hendak saya gunakan, kamera itu terasa panas.
"Kalau kamera saja bisa panas, pasti sepatu dan kaus kaki im juga bisakering." pikir saya. Lalu, saya meletakkan sepatu dan kaus kaki di bagasinya yang besar. Sesampainya di Ponorogo, kedua benda tersebut kering dan dapat saya pergunakan kembali Hal ini saya ceritakan pada santri teman saya di Ponorogo.
"Untuk sementara, bagasi itu jangan kamu gunakan untuk menyimpan makanan. Saya khawatir bau kaus kakimu hinggap pada makanan yang kamu bawa." kata santrinya Ah. Bro Santri bisa aja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H