Proses pengolahannya pun dengan peralatan sederhana. Mulai dari ekstraksi cairan dari daging buah pala, sterilisasi wadah sirup pala, pencampuran dengan gula, pembotolan, hingga pelabelan dapat menghasilkan produk sirup pala yang layak dipasarkan.
Riset yang dilakukan Dumadi ialah membuat sirup pala dan kue pala. Kerena Dumadi melihat potensi dari bauh pala yang melimpah namun masih banyak menjadi bahan dasar yang di buang begitu saja di Pulau Banda.
Pemanfaatan daging buah pala belum dimanfaatkan semua saat musim pala tiba di Pulau Banda. Sehingga Dumadi memiliki ketertarikan melakukan riset di Maluku terkait pemanfaatan limbah daging buah pala tua. Risetnya menghasilkan sirup pala dan kue pala yang lezat dan memiliki nilai tambah ekonomi.Â
Karena umumnya masyarakat memanfaatkan buah pala ini hanya sebagai produk manisan, selai dodol, dan sirup. Di Jawa Barat, limbah daging buah pala digunakan sebagai sirup.Â
Pada umumnya limbah daging buah pala yang digunakan untuk sirup adalah daging buah pala muda, sebagai limbah dari pembuatan minyak atsiri.
Dumadi menilai di Maluku, Pulau Ambon, dan Banda Naira limbah daging buah pala adalah limbah daging buah yang sudah masak, karena pemanfaatan biji pala sebagai produk yang bernilai ekonomis dan mudah diproses oleh masyarakat. Sedangkan limbah daging buah pala tua masih banyak yang terbuang.
Keadaan limbah daging buah pala yang tua saat musim panen, masih sangat banyak juga dijumpai di dataran seram. Sebagian desa-desa di pulau seram daging buah pala banyak terbuang percuma.
Padahal jika dikelola secara baik akan memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang memiliki pala yang melimpah.
Contohnya, beberapa tempat yang di jumpai pada desa-desa di seram selatan yang memiliki banyak pohon pala dan menjadi sentra ekonomi pala di daerah selatan yakni Kecamatan Tehoru dan Kecamatan Telutih.
Masyarakat di dua kecamatan ini memiliki banyak pohon pala yang desa-desanya menjadi penghasil pala yang banyak.Â