"Semua orang tua mengharapkan anaknya menjadi orang besar, dan itu hanyalah sebuah harapan saja. Dan tahukah kamu siapa yang akan mewujudkan harapan tersebut? Yaitu kamu. Kamu yang akan melakukan semuanya, kamu yang akan berjuang, dan kamu yang berusaha untuk mengabulkan harapan mereka.
Dengan apa? Dengan "niat". Lalu apa? Lalu "usaha". Lalu apa? Lalu "berdo'a". dan lalu apa? Lalu "hasilnya". Yang ada pada kerja kerasmu sendiri. Hingga akhirnya kamu mendapatkan "sukses".
Dan ingat, jika kamu besar kelak, jadilah sebagai orang yang memberi, bukan orang yang diberi".
"menarik sekali" ucapku
Tapi siapakah gerangan yang telah menyempatkan untuk menulis nasihat bagus ini di notesku, sedangkan aku selalu membawa notes ini kemanapun aku pergi.
Aku mulai memutar otakku, mengingat dan mencari siapa yang menuliskan nasihat ini untukku. Tak lama ku berpikir, aku dikejutkan oleh kedatangan bapak kepala sekolah. Dan tidak seperti biasanya, kedatangan bapak kepala sekolah ke kelas sangatlah jarang. Pastilah, kalau ia tidak memberikan berita buruk, pasti berita baik. Dan kami pun dengan cemas, menunggu apa yang akan disampaikan bapak kepala sekolah.
"Selamat pagi anak anak" sapa pak kepala sekolah , dengan tangan dibelakang badan.
"Selamat pagi pak..." ucap kami bersamaan.
"Pagi ini, bapak ingin mengabarkan, bahwa tepat pada jam 22.00 malam tadi, Bu Wati telah meninggal dunia."
Akhirnya terjawab sudah pertanyaanku tadi. Pantas saja pagi ini aku tidak mendengar suara dering sepedanya yang khas, dan seyum ramahnya yang sumringah. Mengapa ini menjadi pertemuan pertama dan terakhirku Tuhan....
Dan sekarang aku tahu, siapa yang telah menuliskan nasihat baik itu di notesku. Dan aku yakin, pastilah ia Bu Wati . Karena seingatku, ketika ia menyuruhku untuk membuang sampah ke ujung Belakang , tak sengaja uku meninggalkan notesku di mejanya. Dan pada saat itulah, ia menuliskannya untukku.