Mohon tunggu...
Ruslan Abdul Munir
Ruslan Abdul Munir Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Writer

Random content

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ulasan Film "Perayaan Mati Rasa": Laki-laki Juga Boleh Nangis Loh!

30 Januari 2025   11:58 Diperbarui: 31 Januari 2025   14:54 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film "Perayaan Mati Rasa" (Sumber: Instagram @sinemaku_pictures)

Menangis jangan melulu dimaknai sebagai tanda kelemahan, justru  air mata yang jatuh itu merupakan bentuk ketulusan seseorang, terlebih jika kita pernah merasakan kehilangan. Menangis karena kehilangan  sosok yang menurut kita berharga dalam kehidupan, ataupun hanya sekadar mengingat momen-momen penting dalam hidup, itu  adalah hal yang wajar.

Yang paling penting adalah kita harus siap menerima segala perubahan yang terjadi dalam hidup. Cepat atau lambat perubahan itu adalah sebuah keniscayaan. Pilihannya adalah, apakah kita akan terus berlarut-larut dengan masa yang sudah berlalu itu, ataukah kita berusaha untuk melepaskan dan melanjutkan kehidupan yang baru? 

Hidup ini seperti perjalanan di lautan luas. Kita mungkin terjatuh ke zona abisal, tenggelam dalam kegelapan tanpa arah, tetapi kita harus terus berenang, meski terasa mustahil. Lalu, saat mencapai zona batial, harapan masih samar, keraguan terus menghantui, namun langkah tak boleh berhenti. 

Terkadang, secercah cahaya muncul di zona neritik, memberi harapan, perlahan jalan keluar itu terpampang nyata di depan mata, tetapi juga tak jarang menimbulkan kebingungan, apakah ini benar jalan keluar atau hanya fatamorgana? Membuat kita terlena  dan mengabaikan apa yang ada di dekat kita.

Namun, satu-satunya cara adalah terus berenang, hingga akhirnya sampai di zona litoral. Saat itulah, kita menerima segalanya, memahami bahwa hidup adalah tentang konsistensi dan keseimbangan, dan menyadari bahwa setiap ombak, setiap arus, telah membawa kita ke pantai yang seharusnya.

Film yang Menguras Emosi

Foto Ilustrasi di Bioskop (Sumber: Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)
Foto Ilustrasi di Bioskop (Sumber: Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)

Dengan durasi yang cukup panjang, film ini berhasil menguras emosi penonton. Cerita bagaimana seorang adik dan kakak dihadapkan pada dua pilihan sulit dalam hidupnya terkesan sangat dramatis dan menguras  air mata.

Terlebih ketika film akan mencapai klimaks, cerita bagaimana emosi itu diperlihatkan tentang kehilangan sosok anggota keluarga benar-benar terkesan nyata. akting daripada pemainnya pun sangat natural sehingga menambah kesan emosional.

Film ini juga berhasil mengangkat isu-isu yang kerap dirasakan sebagai anak pertama. Terkadang tanggung jawab yang begitu besar sebagai seorang anak pertama sering menghantui disaat sedang mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Anak pertama dipenuhi dengan sejuta ekspektasi di kepalanya, belum lagi mereka harus kejar-kejaran dengan usia orang tua. Hal yang paling menakutkan adalah jika orang tua kita harus meninggalkan kita disaat kita belum menjadi apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun