Mohon tunggu...
Ruslan Abdul Munir
Ruslan Abdul Munir Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Writer

Random content

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Introvert dan Ekstrovert: Bagaimana Lingkungan Membentuk Perilaku Kita

8 Januari 2025   11:18 Diperbarui: 8 Januari 2025   11:45 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Seorang Introvert (Sumber: Pexels/Cottonbro Studio)

Jauh ke belakang, aku sering mendapatkan "candaan" yang justru malah menyakiti perasaan. Aku lebih suka memaknai nya sebagai sebuah "ledekan". Intinya meledak yang dengan tidak sengaja dimasukkan untuk menyakiti orang lain.

Tapi aku percaya pasti orang tersebut tidak merasa jika dirinya sedang meledek orang lain. Namun, bagi sebagian orang yang menjadi penerima atau yang merasakan, mereka akan paham dengan kondisi demikian.

Karena terkadang perspektif seseorang itu berbeda-beda tergantung bagaimana cara mereka dalam menyikapi suatu hal dan tergantung pada kepribadiannya pula. Khusus untuk orang dengan kepribadian yang introvert mereka memang cenderung memandang suatu hal dengan hati-hati.

Hati-hati dalam hal ini adalah mereka selalu menganalisis dan memikirkan dengan baik respon dari orang lain yang diterimanya. Mereka akan sangat paham bagian mana yang mereka anggap bahwa itu menyinggung hati mereka atau tidak. Jadi berhati-hati jika sedang berhadapan dengan orang introvert jangan sampai dia merasa terlukai dengan ucapanmu.

Mungkin orang lain tidak sadar bahwa itu adalah sebuah ledekan. Tapi bagaimanapun setiap orang punya pengalaman dan pandangan yang berbeda terhadap dunia. Akan ada alasan mengapa seseorang tersinggung terhadap suatu hal, sementara orang lain menganggapnya biasa saja.

Sejak saat itu senyum ku menjadi semu, aku tumbuh dengan segala rasa takut mengarungi hidup dengan penuh ke ragu-raguan. Hingga akhirnya aku sampai pada titik dimana aku merasa aku tidak butuh bantuan orang, tidak butuh teman, dan tidak butuh apapun, mungkin itu yang dinamakan introvert.

Tapi dunia seolah berpihak kepadaku waktu itu. Dalam perjalanan ku menuju kedewasaan aku lebih banyak mendapatkan penghargaan dalam hidup. Lebih merasa dihargai dan dianggap ada, kepercayaan diri meningkat, hingga akhirnya aku berpikir, aku butuh orang lain di hidupku.

Memang manusia tidak bisa merubah kepribadiannya, tapi terkadang manusia bisa merubah perilakunya. Sampai saat ini aku masih menjadi seorang yang introvert, meski pada beberapa waktu aku pun bisa menjadi seseorang yang extrovert.

Hal ini ternyata bukan terjadi pada diri aku saja. Pada beberapa waktu aku pernah mengikuti sebuah kegiatan diskusi buku bersama dengan rekan lainnya di salah satu perpustakaan dalam kegiatan challenge 22 hari membaca buku.

Pada kesempatan tersebut aku diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil kegiatan membaca singkat ku tentang buku yang aku baca yang berjudul "Seni Berhubungan dengan Orang Lain" karya Richard Templar kepada rekan lainnya. Pada intinya aku membahas terkait kepribadian ini bahwasanya menurut hasil bacaanku kepribadian itu sifatnya tetap dan tidak dapat berubah.

Namun yang dapat kita rubah itu adalah sifat atau perilaku kita sendiri dan itu pun tergantung berbagai faktor yang dapat merubah nya. Faktor lingkungan terlebih pertemanan adalah faktor yang paling besar yang mampu mengubah pandangan seseorang terhadap dunia.

Namun, sejauh sifat dan perilakunya itu berubah, akan tetap ada kepribadian dalam dirinya yang memang sudah tertanam sejak lahir. Begitupun yang dirasakan beberapa rekan aku waktu itu. Mereka merasa dirinya waktu kecil adalah seorang introvert, mulai beranjak dewasa mereka mulai mencari jati diri dan seketika bisa lebih menjadi sosialis.

Di sisi lain ada rekan lainya yang bercerita bahwa dari kecil dirinya sangat aktif atau bisa dibilang ekstrovert, tetapi ketika beranjak dewasa dia mulai merasakan jiwa-jiwa introvert hadir dalam dirinya. Tentu penyebab utamanya adalah lingkungan serta pengalaman-pengalaman yang kita jalani selama hidup.

Inti dari semuanya adalah kita harus menerima bagaimanapun diri kita, jangan sampai kita menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah kita alami. Jadikan pembelajaran dalam setiap perjalanan yang telah kita lewati, serta tentunya selalu berusaha menjadi lebih baik di setiap kesempatan.

"Karena kita adalah produk dari pengalaman masa lampau, ketika kita ingin berubah kita butuh pengalaman baru yang sesuai".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun