Rintihan perih yang terkubur sang elegi
Untaian kata tak lagi iringi rintihan hati
Siluet pagi meranggas bersama mawar berduri
Lembayung senjaku memerah mengusik relung hati
Antara gamang, gusar, menanti sebuah misteri
Niscaya diri tak mampu lagi tuk berlari
Aku bagaikan seorang petani yang menanti sepotong padi
Berbekal asa yang terpatri dalam diri
Diriku datang dari barisan yang terbuang
Untuk mencari jalan hidupku yang menghilang
Luapkan asa hingga jauh dan melayang
Mataku terpejam menampik sebuah kenyataan
Urungkan niatku yang tak sempat terluapkan
Nyanyian sendu yang menyeru, dengarkanlah
Isak tangis yang meringis, rasakanlah
Riuh tawa yang mengudara, lepaskanlah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H