Mohon tunggu...
Ruslan Abdul Munir
Ruslan Abdul Munir Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Writer

Random content

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sembilu Deritamu

27 Agustus 2024   09:57 Diperbarui: 27 Agustus 2024   10:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels/Elijah O'Donnell

Rintihan perih yang terkubur sang elegi

Untaian kata tak lagi iringi rintihan hati

Siluet pagi meranggas bersama mawar berduri

Lembayung senjaku memerah mengusik relung hati

Antara gamang, gusar, menanti sebuah misteri

Niscaya diri tak mampu lagi tuk berlari

Aku bagaikan seorang petani yang menanti sepotong padi

Berbekal asa yang terpatri dalam diri

Diriku datang dari barisan yang terbuang

Untuk mencari jalan hidupku yang menghilang

Luapkan asa hingga jauh dan melayang

Mataku terpejam menampik sebuah kenyataan

Urungkan niatku yang tak sempat terluapkan

Nyanyian sendu yang menyeru, dengarkanlah

Isak tangis yang meringis, rasakanlah

Riuh tawa yang mengudara, lepaskanlah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun