Sebagai orang luar yang mengunjungi Aceh , saya memang tak terlalu mengenal menu masakan Aceh. Namun keinginan mengenal menu Aceh  nampaknya begitu kuat  dihati. Walau ada bisik bisik  sebagian rempah rempah  masakan Aceh mengandung bagian dari  tanaman Cannabis Sativa, mengenai hal ini ,  saya pun langsung  mengkonfirmasi ke teman di Aceh dan hal itu tak sepenuhnya benar.
Saya sendiri hanya mengenal Aceh karena kopinya yang sudah mendunia. Apalagi saya kenal kompasianer asal Takengon, pak Syukri, yang selalu membawa kopi gayo kemana mana. Saya masih ingat ketika mendapat hadiah tur ke pulau Bali bersama pak Syukri, kopi Gayo pak Syukrilah yang selalu kami minum. Sedikit banyak saya sudah mengenal cita rasa kopi Gayo.
Nah, tugas ke Aceh nampaknya menjadi kesempatan emas untuk saya mengenal kuliner Aceh. Karena saya berangkat bersama tim (ada 6 orang) . Saya nampaknya harus bersabar karena tiap anggota tim punya selera masing masing.Apalagi , saya bersama tim lebih memilih rekomendasi dari tim Aceh sebagai tuan rumah yang sudah hafal betul menu yang favorit di Banda Aceh.
Tugas ke Aceh kali ini memang menarik. Saya patut bersyukur bisa menginjakkan kaki di bumi serambi Mekkah ini. Melihat kemajuan kota Banda Aceh, melihat bangunan yang berdiri megah. Bahkan saya dan tim berkesempatan untuk berkeliling kota Banda, mengunjungi beberapa situs tsunami 2004, mulai dari Museum Tsunami, lalu mengunjungi Lampulo, melihat kapal yang tersangkut diatas rumah , setelah itu mengunjungi PLTD Apung yang terdorong hingga ke tengah kota. ( saya juga akan menuliskan dalam satu artikel khusus , ditunggu lagi ya...)
Sekarang saya akan mengenalkan menu kuliner yang menurut saya ajib bin mantap. Selepas menyelesaikan satu tugas, saya beserta tim tentu juga bersama teman teman Aceh lainnya mengunjungi Warung Sate Matang  D’wan.
Sepintas sate matang mirip dengan sate maranggi yang berasal dari Kabupaten Purwakarta di Jawa Barat. Tapi setelah saya coba, terdapat perbedaan rasa. Kesamaan yang utama dari sate matang dan sate maranggi adalah bahan bakunya adalah daging sapi.
Sate Matang disajikan dalam potongan yang cukup besar bersama nasi. Tak ada  lontong atau ketupat.  Sate matang juga disajikan besama kuah kaldu yang isiya juga potongan daging beserta tulang-tulangnya.  Tentu Sate matang  disajikan bersama sepiring kecil bumbu kacang . Nah, bagi yang alergi dengan kacang tanah. Ada tambahan bumbu kecap dengan irisan bawang merah dan cabe rawit.
Warung Sate matang D’wan hampir setiap hari ramai pengunjung. Di warungnya yang dalam perkiraan saya bisa menampung lebih dari 50 orang pengunjung. Dan itupun selalu penuh. Walau bukan hari libur. Apalagi malam itu kami dalam tim yang cukup banyak. Lebih dari 12 orang.
Beruntung kami masih kebagian tempat duduk, saya tentu mengambil posisi yang paling mudah mengambil gambar. Pesanan pun segera dibuat. Aroma sate sudah membuat saya terlena. Rasanya ingin cepat cepat menyantap.
Pemandangan kesibukan para pramusaji dan orang yang mengipasi sate menarik perhatian saya. Laki laki dengan tubuh kekar terlihat begitu sigap menyiapkan sate yang dipesan. Peluh dan wajah kepanasan terlihat  diantara para pramusaji. Sementara  ratusan sate matang  siap dibakar.
Sebelum dibakar, sate diberi bumbu khusus yang menurut pemilikinya H. Darmawan diracik dengan rempah rempah rahasia  dengan cara direndam .  Maka, bumbu yang telah meresap akan membuat daging sate terasa nikmat dan tidak keras.
Silidik punya selidik, rempah rempah yang dipakai seperti kapulaga, cengkeh, merica, bunga lawang dan beberapa rempah yang masih  dirahasiakan. Saya rasa, sate matang punya cita rasa yang unik karena kekuatan rempah yang dimilikinya.
Setelah menunggu, pesanan sate matang mulai disajikan di meja kami. Nasi putih, kuah kaldu, bumbu kacang, bumbu kecap dan minuman jus yang kami pesan sudah lengkap diatas meja. Satu per satu menu saya nikmati. Udara yang cerah malam itu membuat suasana cukup mendukung , apalagi ketika saya melirik jam tangan  sudah menunjukkan pukul 20:30 . Jam makan malam memang agak molor, tapi demi sate matang saya rela menunggu. Apalagi perut saya sudah  ramai dengan musik keroncongan.Â
Kalau Ke Banda Aceh singgahlah sebentar di Blang Cut , Lueng Bata, tepatnya di jalan Tgk Imum. Warung sate matang D’wan buka sejak pukul 17:00 hingga 24:00. Namun harap diingat, sate matang berbahan baku daging sapi. Walaupun menurut teman Aceh, ada juga sate matang berbahan daging kambing. Bagi yang agak sensitif dengan kolesterol daging mohon juga dijaga pola makannya. Paling tidak, kesehatan adalah hal yang berharga.
Sebenarnya, ada pilihan jus timun yang menurut pemilik warung sate D’wan bisa mengurangi dampak kolesterol dan menurunkan tensi darah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H