Arini tetap tak berputus asa. Ia teruss berkeliling, mendekati seorang lelaki setengah baya didalam sedan. Arini berdiri disamping pintu mobil. Menawarkan payungnya, lelaki itu terseyum kecil lalu memberi isyarat penolakan. Arini tak patah arang, ia bergerak mendekati seorang wanita tua yang berdiri diujung pelataran parkir, lagi lagi Arini ditolak.
Arini berlari kecil mendekati seorang lelaki yang akan segera melompat ke arah jalan, lagi lagi lelaki itu menolak . tapi ia mengeluarkan selembar uang ke arah Arini.
Arini mundur satu langkah, ia menolak menerima uang. Wajahnya sedikit tegang. “ambillah, ini untuk adik “ laki laki muda kembali mengangsurkan uangnya. Arini tetap menolak.
“Maaf kak, saya hanya menawarkan payung. “ tolah Arini dengan suara datar
“Tapi saya ikhlas, ambillah “ ulangi laki laki itu
“Tidak kak, kalau kakak mau pakai payung saya , baru saya terima uang kakak”
“Baiklah, sini ...”
Arini menyerahkan payung hitamnya . Lalu berjalan mengikuti laki laki muda itu menuju sebuah sedan yang terparkir di ujung stasiun sudimara. Jaraknya tak sampai 30 meter. Pintu sedan terbuka, Laki laki muda itu meyerahkan kembali payung Arini lalu merogoh kantongnya, selembar uang seratus ribu diberikan kepada Arini,
Arini sejenak tertegun, kaget menerima uang sebesar itu, memikirkan uang kembalian. Tak ada uang sepeserpun di kantongnya.
“Uang kecil saja kak , saya tak punya kembalian “
Lai laki muda itu terseyum “ Ambil semuanya, ini jasa payung yang saya bayar, bukan uang kasihan lho.”