Acara Kafe BCA dimulai menjelang pukul sepuluh, di moderatori Yuswohadi. Pria yang menjadi ikon Kafe BCA. Karena selalu setia menjadi moderator di setiap acara Kafe BCA. Yuswohadi memulai dengan sebuah slide yang berisi kutipan Oprah Winfrey. Bercerita singkat tentang Oprah yang lahir dari keluarga miskin di Missippi lalu menjadi sukses dan terkenal karena kecintaannya terhadap buku.
Yuswohadi , memiliki lima narasumber yang dimintanya untuk berbicara . Narasumber pertama. Syarif Bando yang ditanyakan tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia yang menempati urutan 60 dari 61 negara yang di survey oleh Central Connecticut State University dalam sebuah studi “Most Littered Nation in the World” pada tahun 2016.
Syarif bando , tak menampik rendahnya minat baca namun pria yang menjabat sebagai kepala perpustakaan nasional sejak juni 2016 ini lebih menyoroti penyebab dari rendahnya minat baca. Menurut Syarif Bando, masalah utamanya adalah kurangnya bahan bacaan. Satu buah buku bisa diantri lebih dari 52 orang.
Penerbitan buku di Indonesia dinilai terlalu rendah, kurangnya minat akademisi yang mau menulis buku. Yang terjadi buku yang ada ditulis bukan oleh para akademisi yang memahami bidang keilmuan. Indeks budaya baca masyarakat Indoensia menurut Syarif Bando ternyata cukup tinggi bila melihat antrian pembaca di perpustakaan.
Sayangnya, 76 persen perpustakaan yang berkualitas bagus berada di pulau jawa. Sedangkan sisanya 24 persen tersebar di luar Jawa dengan keadaan yang memprihatinkan. Tentu, jumlah ini sangat timpang. Menurut Syarif Bando. Perpustakaan saat ini sudah merubah polanya. Bukan pembaca mencari perpustakaan tapi sebaliknya perpustakaan yang datang mencari pembaca.
Menurut Syarif Bando, kehadiran digital dimana pengguna internet di Indonesia telah menembus angka 130 juta pengguna, Sayangnya hanya 2,5 persen pengguna internet yang benar benar mencari informasi pengetahuan. Selebihnya , 40 persen lebih sibuk bermain game .
Pemaparan narasumber kedua yang disampaikan Tjut Rifameutia Umar Ali, dekan fakultas psikologi UI ini menyampaikan solusi untuk menaikkan minat baca. Pola pendidikan 6 tahun pertama yang biasa disebut golden age.
Pada masa keemasan ini, peran orang tua untuk menumbuhkan minat baca pada anak sangat dibutuhkan. Orang tua harus memiliki pola asuh yang mendekatkan anak dengan dunia membaca, memberikan contoh , perlihatkan pada anak bahwa orang tua sangat gemar membaca, ajak anak ke perpustakaan, belikan anak buku yang sesuai usianya, dan biasakan kembali orang tua mendongeng.
Menurut Tjut Meutia , Minat baca akan terkait langsung dengan konten apa yang dibaca. Buku untuk anak anak harus lebih banyak gambar dibanding tulisan, hal ini terkait penumbuhan imajinasi, yang kelak akan menjadi sumber daya kreatifitas anak ketika beranjak dewasa.