Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengurai Problem Air Bersih dengan Teknologi Mikroorganisme

9 Desember 2016   04:06 Diperbarui: 9 Desember 2016   10:38 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pipa ukuran besar ini menghubung ke Reservoir (sumber : Rushan)

Air adalah sumber kehidupan, Air merupakan esensi penting agar Bumi tetap layak dihuni mahluk hidup.

Pernahkan terbayang dalam benak kita bagaimana sulit dan mahalnya memproses air bersih? Bayangkan ketika sumber air baku yang ada di Jakarta seluruhnya terkontaminasi logam berat yang berbahaya, tercampur deterjen pekat yang berbahaya, terkotori sampah yang sulit terurai. Akan semakin sulit, mahal dan butuh waktu yang lebih panjang untuk memprosesnya menjadi air bersih.

Ya, biaya dan waktu memproses air bersih ternyata punya korelasi kuat dengan sumber air baku. Semakin jelek air baku, semakin tinggi kandungan polutan maka biaya untuk memproses air bersih akan semakin melonjak tajam.

Jakarta sebagai kota besar dengan penghuninya yang mencapai 10 juta manusia diperkirakan membutuhkan rata rata 100 liter per hari per orang. Berdasarkan studi PAM Jaya. Jakarta membutuhkan air bersih 26.100 liter/detik. Sementara kemampuan yang dapat dipenuhi baru 17.000 liter/detik berarti ada defisit sebesar 9.100 liter/detik. Uniknya, Jakarta hanya memiliki ketahanan air 3 % saja. Tahukah bila air bersih yang dikonsumsi warga Jakarta ternyata berasal dari luar wilayah Jakarta?

Artinya dari 13 sungai yang melintas di Jakarta tak lagi ekonomis dijadikan sumber air baku. Karena tingkat polutan yang tinggi. Ambang batas tingkat toleran yang diizinkan sulit dipenuhi sumber air baku dari sungai yang melintas di Jakarta. Maka 94,3% sumber air baku untuk Jakarta di peroleh dari luar Jakarta. Hanya 5,7 % yang dipasok dari Jakarta. Kali Krukut menyumbang 4% dan Cengkareng Drain menyumbang 1,7%.

Rizky Darmadi , kepala IPA Cilandak sedang menjawab pertanyaan para Kompasianers (sumber : Rushan)
Rizky Darmadi , kepala IPA Cilandak sedang menjawab pertanyaan para Kompasianers (sumber : Rushan)
Air Untuk Semua

Air bersih di Jakarta masih menjadi persoalan karena terjadi defisit. Belum terpenuhinya air bersih di Jakarta memang punya kaitan dengan jaringan distribusi dan ketersedian air bersih di instalasi pengolahan air (IPA). Di Jakarta sendiri ada empat IPA. IPA 1  dan 2 di Pejompongan, IPA Taman Kota dan IPA Cilandak. 

Berdasarkan data tahun 2015, Akses air bersih di seluruh wilayah Jakarta sudah mencapai angka 73,23% dengan cakupan layanan yang menyentuh angka 60%. Jumlah ini tentu belum memenuhi seluruh kebutuhan air bersih warga Jakarta.

Air menjadi berkah ketika diproses menjadi air bersih dan bisa dirasakan seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali secara adil dan merata. Penerima manfaat air bersih yang terus berkembang  adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Saat ini ada 58 kios air dan Master Meter yang bisa dirasakan 70.000 warga. Selain itu, ada 245 public hydrants yang dapat melayani 73.500 warga. Termasuk adanya Global Partnership on Output Based Aid (GPOBA) dengan 5000 sambungan. Masyarakat menengah kebawah berhak mendapatkan air bersih sebagai upaya agar keadilan bisa dirasakan bagi seluruh masyarakat urban perkotaan.

Air merupakan kebutuhan dasar yang tak mungkin bisa di gantikan. PALYJA mempunyai komitmen agar air bersih menjadi hak seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Sebagai perusahaan patungan antara Suez (51%) dan Astratal Nusantara (49%), PALYJA terus mengembangkan teknologi pengolahan air bersih. Sejak tahun 2009 hingga 2015 tak kurang Rp 2.089 Trilyun investasi yang digelontorkan PALYJA untuk membangun Jaringan, Automation dan sistem kontrol, pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA).

UCD 720, plant baru yang ada di IPA Cilandak berkapasitas 200 liter per second (sumber : Rushan)
UCD 720, plant baru yang ada di IPA Cilandak berkapasitas 200 liter per second (sumber : Rushan)
Melihat dari Dekat Teknologi Biofiltrasi di Instalasi Pengolahan Air Cilandak

Rabu (7/12) saya bersama 20-an Kompasianer lainnya mendapat kesempatan langka bisa melihat langsung proses pengolahan air bersih di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak. Rupanya ini adalah rangkaian yang ketiga. Untuk saya pribadi ini pengalaman perdana, dan saya sangat tertarik mengikuti seluruh rangkaian acara yang sangat bermanfaat ini.

Sesampainya ditempat acara di IPA 1 Pejompongan sebagai meeting point, ibu Meyritha Maryanie selaku Corporate Communication & Social Responsibilities Division Head memberikan penjelasan seputar Mikroorganisme yang dikembangkan untuk menurunkan kadar Ammonium pada air baku.

Teknologi ini memanfaatkan bakteri yang biasa melahap ammonium (NH4) yang terkandung didalam air. Secara susunan kimia, Ammonium memiliki struktur tetrahedral dan isoelektrik dengan metanadan borohidrida. Ukuran ammonium  (r ion = 175 pm). Di alam bebas ammonium merupakan makanan dari bakteri pengurai. Ion  ammonium berasal dari produk limbah metabolisme hewan dan jasad renik.

Kali krukut sebagai sumber air baku IPA Cilandak semakin menurun kualitasnya, pada tahun 2015 tercatat angka ammonium mencapai 7 mg/liter jauh di atas angka yang ditolerir Keputusan gubernur No 582/1995 yang mensyaratkan angka maksimal 1 mg/liter.

Pemanfaatan bakteri sengaja dikembangkan untuk menurunkan angka ammonium hingga 70%. Bakteri yang dikembangkan dalam media bio ball ini sengaja dikembangbiakkan dengan memberikan makanan dan oksigen terlarut sebesar 5 mg/L menggunakan sistem aerasi blower.

Nah, untuk lebih jelasnya saya dan 20-an teman Kompasianer lainnya berangkat menuju IPA Cilandak menggunakan bus. Sebagai informasi awal, IPA Cilandak merupakan instalasi yang sudah berdiri sejak tahun 1977. Memiliki luas 95.367 m2. Berada tak jauh dari ring road Jalan raya TB Simatupang.

Lokasi IPA Cilandak berada di dalam cekungan, dengan ketinggian tanah  di bawah batas air sungai. Sehingga IPA Cilandak rentan sekali kebanjiran terkena limpahan air Kali Krukut. Maka, jangan heran bila melihat flood control level berwarna kuning mencolok di beberapa titik. Termasuk ada history ketinggian banjir yang pernah melanda.

Di IPA Cilandak, saya dan rombongan diterima langsung  Rizky Galuh Darmadi selaku Cilandak WTP Section Head. Pria ramah ini menjadi narasumber yang valid. Semua pertanyaan Kompasianers bisa dijawab dengan lugas. Semua informasi terkait IPA Cilandak bisa didapatkan secara lengkap.

Sebelum dimulai berkeliling area IPA Cilandak, pak Alfi Sugianto, salah satu staff IPA Cilandak menjelaskan prosedur keselamatan dan emergency kepada seluruh peserta. Mengingat ada potensi gas chlorine yang bisa membahayakan, kami diwajibkan mematuhi aturan keselamatan IPA Cilandak.

Pengolahan air di IPA Cilandak berada diatas ketinggian (sumber : Rushan)
Pengolahan air di IPA Cilandak berada diatas ketinggian (sumber : Rushan)
Tidak seperti IPA 1 dan 2 di Pejompongan, IPA Cilandak memilki plant pengolahan air diatas ( 2-5 m dari permukaan tanah) termasuk plant baru. Pengolahan air yang ada di IPA Cilandak memang tidak sebesar di pejompongan . IPA Cilandak hanya memproduksi air bersih  400 liter per second (lps) dari plant lama dan plant baru.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah pintu Intake di sisi kali Krukut. DiNsini ada dua pintu intake sebagai gerbang awal air baku masuk keN dalam pengolahan. Satu intake manual dan satu intake otomatis. Di sini bisa dilihat sampah yang menggunung yang diangkat dari air Kali Krukut yang masuk ke dalam intake. Sehari bisa 1 kubik sampah yang terangkat. Berbagai macam sampah yang terbawa dari hulu akan mampir di pintu intake IPA Cilandak. Setiap hari truk sampah mengangkuti sampah yang terbawa di pintu intake IPA Cilandak.

Air kali krukut yang masuk langsung ditempatkan di kolam pre sedimentasi (pre sed). Ada dua kolam pre sed dengan pembatas. Di kolam kedua terlihat instalasi Moving Bed Biological Reactor (MBBR) dengan gelembung udara dari aerasi yang dihasilkan blower. Di sinilah bakteri pemakan ammonium ditempatkan dan dikembangbiakkan. Proses biofiltrasi dimulai, air baku dengan kandungan ammonium yang tinggi mulai direduksi. Dari angka 7 mg/L menjadi 3 mg/L.

Teknologi MBBR ini merupakan teknologi pertama di Asia Tenggara dan merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Karena dengan menurunnya ammonium pada air baku akan mengurangi tingkat injeksi chlorine yang  dimasukkan didalam air baku. Selain memangkas biaya produksi, karena harga chlorine terbilang cukup mahal.

Setelah dari kolam pre sedementasi dengan biofiltrasi MBBR maka air baku dimasukkan ke dalam unit pengolahan. IPA Cilandak memiliki dua plant pengolahan . Plantpertama merupakan plant lama yang sudah ada sejak tahun 1977. Teknologinya menggunakan tenaga potensial gravitasi . di plant lama ini terdapat 2 unit tahap pengadukan (mixing), pengadukan cepat dan pengadukan lambat untuk proses pembentukan flok.

2 unit pengendapan lumpur/sedimentasi, disinilah terjadi pemisahan lumpur dan air bersih. Air yang ada dibagian atas akan bergerak memisahkan diri, sementara lumpur yang berada dibawah akan tertinggal . Waktu proses di plant lama ini memang lebih lama, namun soal kualitas air yang dihasilkan sama baiknya dengan plant baru. 

Unit pengolahan air plant lama menggunakan teknologi gaya gravitasi (sumber : Rushan)
Unit pengolahan air plant lama menggunakan teknologi gaya gravitasi (sumber : Rushan)
Berbeda dengan plant lama yang membutuhkan waktu proses yang lebih panjang. Plant baru yang disebut Unit Compact Degreemont (UCD 720) bisa memangkas waktu proses (Rapid Treatment) dengan kapasitas air produksi yang lebih besar (200 lps). UCD 720 memiliki 3 unit tahapan pengadukan (mixing), 1 unit pengendapan lumpur/sedimentasi  dan 3 unit penyaringan air bersih dari berbagai polutan berupa tangki filter bertekanan 3 bar. Sebelum air baku masuk kedalam tabung filter seperti kapsul besar berdiameter 3 meter ini, air baku sudah diinjeksi chlorine dengan ukuran 12 Kg/jam. Teknologi UCD 720 merupakan desain langsung Degremont Perancis menggunakan teknik Pressurized Sand Filter.

Setelah air baku keluar dari tabung filter bertekanan 3 bar. Maka proses selanjutnya adalah air baku masuk kedalam reservoir. Ada 2 unit reservoir dengan kapasitas masing masing 1000 m3. Di dalam reservoir inilah air dibubuhi chlorine sebagai upaya disinfektan dari bakteri yang merugikan. Setelah tahap ini air baku sudah menjadi air bersih yang siap dialirkan ke-jaringan distribusi.

Pada tahap akhir di reservoir ini  air bersih harus memenuhi parameter atau standar yang telah ditentukan : untuk ammonium berada di level 0,5 ppm, mangan di level 0,2 ppm, besi dilevel 1 ppm dan deterjen pada level 0,5 ppm.

Semua standar air bersih ini harus memenuhi standar kesehatan dari kementerian kesehatan RI. Seperti yang disampaikan Rizky Darmadi selama memberikan keterangan kepada Kompasianers. Air bersih yang dihasilkan selalu dimonitoring di setiap tahap proses. Uji lab selalu dilakukan untuk menjamin kualitas air selalu terjaga dan memenuhi standar kesehatan.

Pipa ukuran besar ini menghubung ke Reservoir (sumber : Rushan)
Pipa ukuran besar ini menghubung ke Reservoir (sumber : Rushan)
Peran Masyarakat dalam Pelestarian Air Bumi

Hulu Kali Krukut yag berada di Bogor dan sepanjang daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah yang harus selalu terjaga dari polusi air, sampah dan limbah zat beracun seperti deterjen. IPA Cilandak tidak di-design untuk mengolah air baku dengan tingkat polutan tinggi.

Penurunan kualitas lingkungan DAS akan langsung berimbas pada kualitas air sungai. Pemanfaatan DAS sebagi pemukiman, lokasi usaha atau aliran pembuangan limbah dari industri akan membuat kualitas air Kali Krukut menurun drastis. Biota hidup disekitaran DAS akan mengalami kerusakan dan kematian.

Kalau dikaji lebih dalam, perusakan DAS adalah ulah para manusia yang tidak bertanggung jawab. Pemanfaatan DAS secara serampangan tentu saja akan menimbulkan kerugian seperti banjir, longsor hingga kualitas air yang buruk. Berbuih dan menimbulkan bau yang tak sedap.

Lalu apa peran yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga DAS . silahkan disimak :

  • Tidak membuang sampah apapun ke dalam sungai (DAS)
  • Menghindari  membangun bangunan apapun disekitaran DAS , apalagi bila akan membuat DAS menjadi lebih sempit
  • Membentuk komunitas green yang ikut mensosialisasikan pelestarian lingkungan hidup
  • Memastikan zat beracun dan zat kimia berbahaya tidak masuk kedalam aliran sungai.
  • Aliran sungai tidak terhubung dengan saluran air buangan baik dari pemukiman atau pabrik. Sehingga tidak ada kontaminasi. Sudah saatnya air buangan/limbah tidak masuk kedalam aliran sungai.
  • Menjaga kelestarian hulu sungai , tidak merubah pemanfaatan ruang hulu sungai menjadi bangunan yang menutup resapan air.
  • Membuat lubang lubang  biopori disekitar rumah memanfaatkan air secara hemat dan bijaksana.

Sekecil apapun peran masyarakat untuk menjaga lingkungan sangat bermanfaat. Bila setiap orang sadar dan mau menjaga aliran sungai seperti menjaga rumah sendiri, maka bisa dipastikan aliran sungai akan menjadi sumber bahan baku air yang baik. Ingat, air di bumi ini terbatas jumlahnya, Jangan sampai kita baru sadar ketika semuanya terlambat. Ketika air menghilang dari muka bumi.

Kalau itu terjadi lalu kita akan tinggal dimana? Bumi yang kering kerontang, tak ada lagi kehidupan yang bisa bertahan.

Yuk... save water, save earth, save life. Untuk hidup yang lebih baik. #BersamaDemiAir

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun