Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyiapkan Desa Siaga Energi, Melerai Pelik Distribusi Energi di Ujung Negeri

23 November 2016   05:36 Diperbarui: 23 November 2016   07:41 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gas disini suka hilang, bisa seminggu. Daripada tak masak lebih baik memakai tungku kayu bakar” begitu jawaban Wan saya ketika saya tanya kenapa tungku kayu bakar tetap dipertahankan. Rupanya itulah solusi yang dibuat penduduk desa kelahiran saya.

Penuturan Wan saya itu langsung mengingatkan saya ketika mengunjungi kapal tanker Pertagas milik Pertamina dilaut lepas Pantai Kalbut Situbondo, Jawa Timur. Dua kapal tanker raksasa (bahkan terbesar didunia) ini menjadi penampung gas yang akan didistribusikan ke Indonesia bagian timur.

Dua Kapal tanker ini bertugas mendistribusikan gas ke kapal kapal pengakut yang akan bergerak menuju pulau pulau yang sulit dijangkau. Pendistribusian ship to ship lalu dilanjutkan dengan ship to Kilang penampungan utama. Dari kilang utama akan dibagikan ke SPBE di regional yang selanjutnya akan dikemas dalam tabung 3 Kg dan 12 Kg.

Pengalaman saya itu membuat saya sangat mengerti kenapa distribusi gas di Indonesia begitu rumit. Tingginya kebutuhan dengan luas geografis yang sangat luas membuat pendistribusian gas sering kali terkendala. Sehingga yang terjadi kelangkaan yang berujung dengan membumbungnya harga gas 3 Kg dari harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan .

Bayangkan bila lokasi pendistribusian yang  berada didaerah terpencil seperti perbatasan, pulau terluar atau daerah minim akses seperti dipedalaman papua. Tentu akan sulit sekali.

Kapal Tanker Pertagas yang berfungsi sebagai floating storage dalam distribusi energi (sumber: dok pribadi)
Kapal Tanker Pertagas yang berfungsi sebagai floating storage dalam distribusi energi (sumber: dok pribadi)
Menyiapkan Konsep Desa Siaga Energi

Permasalahan distribusi energi hingga menembus desa terpencil dan terisolir merupakan permasalan pelik yang harus dicarikan solusi. Karena energi merupakan hal penting yang bisa mempengaruhi  aspek sosial, ekonomi hingga aspek penting lainnya.

Kelangkaan energi bisa memicu keresahan dan gejolak di masyarakat. Di Kalimantan Timur pernah terjadi kerusuhan yang diakibatkan kelangkaan BBM. Terjadi pembakaran pasar, kendaraan yang malah merugikan semua pihak. Peran distribusi energi tidak bisa dilihat secara sederhana karena potensi konfflik yang bisa mengiringinya.

Untuk itu perlu digagas sebuah konsep. Saya menyebutnya desa siaga energi. Sebuah desa yang memiliki cara dan insfrastrukur sederhana untuk menyiapkan kebutuhan energi warga desanya. Desa sejatinya merupakan komunitas penduduk dalam satu wilyah. Dalam kesehariannya desa memiliki  hirarki kepemimpinan formal dan nonformal.

Desa bisa dikembangkan dengan konsep comunity development. Dimana dikembangkan apa yang dinamakan peran serta warga masyarakat. Setiap warga diminta untuk peduli memikirkan dan menyelesaikan masalah yang mereka miliki. Nampak tak masuk akal ?

Konsep gotong rorong merupakan konsep asli yang dimiliki masyarakat Indonesia. Modal inilah yang akan memudahkan membentuk desa siaga energi. Mungkin , konsepnya seperti desa siaga bencana. Dimana semua orang yang ada didesa berpikir untuk menyelesaikan permasalahan energi. seperti kelangkaan gas, BBM  juga listrik. Dengan begitu tingkat kesadaran menghadapi kesulitan energi telah terbentuk termasuk solusi cepat yang bisa dilakukan warga desa. Jadi goal-nya masyarakat tidak lagi panik dan bisa segera mencari energi alternatif dengan segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun