Tujuan pertama di Paris adalah mengunjungi  Museum Louvre. Bangunan museum yang dulunya istana kerajaan Perancis ini memiliki koleksi seni yang luar biasa. Istri saya mengatur agar datang pada pagi hari agar bisa mengelilingi museum terluas dan terbesar didunia ini. Nah, selama di museum ini saya berencana mengabadikan banyak gambar melalui kamera yang saya bawa. Rasanya sudah terbayang berburu  spot foto menarik di museum ini.  Saya sekeluarga tergolong kaum narsis yang mulai addict.
Selain Museum Louvre , istri saya sudah mencantumkan wisata jalan kaki ke jembatan gembok cinta Pont des Arts. Karena perjalanan ini bisa satu paket, jembatan Pont des Arts menghubungkan Museum Louvre dengan Institute de France. Selain itu bisa sambil menyusuri Sungai Seine yang eksotis. Sayang, karena hitungan budget yang cukup mahal, wisata naik kapal pesiar menyusuri sungai saine ditiadakan, hiks...
Tujuan yang  wajib dikunjungi di Paris tentunya Menara Eiffel. Menara peringatan seabad revolusi Perancis ini dibangun pada tahun 1887-1889. Nah, istri saya merencanakan datang pada malam hari karena suasana sangat indah dan romantis. Kerlip lampu kota Paris akan terlihat begitu mempesona. Untuk berhemat, istri saya sudah mengatur agar makan malam dilakukan di apartemen sebelum mengunjungi Menara Eiffel. Nah, kami berencana untuk naik sampai puncak menara. Untuk yang satu ini saya dan istri bersepakat, walau harus merogoh kocek sedikit lebih dalam. Tiket naik ke puncak menara  diperkirakan akan mencapai angka 1 juta rupiah. It’s oke...
Montmartre adalah spot wisata yang masuk dalam rencana istri saya. Di kawasan Montmartre akan ditemukan sebuah bangunan putih di puncak bukit . Bangunan kuno dengan gaya eksotik ini tak lain gereja basilika. Di Montmartre juga dapat kita temukan kincir angin bernuansa kuno . Suasana Montmartre punya daya tarik bagi banyak wisatawan dunia. Saya berharap kamera pocket yang saya beli di Electronic City akan mampu mengambil banyak sisi sisi bangunan gereja Basilika. Karena kamera DSLR saya cukup besar dan berat , sepertinya saya akan lebih banyak mengandalkan kamera pocket dan putri sulung saya lebih senang  menggunakan action camera.
Tak jauh dari Montmartre, ada pasar untuk barang barang antik yang sudah kesohor. Istri saya sudah memastikan memasukkan spot wisata ini dalam rencana perjalanan kami. Flea Market sendiri menempati luas hingga 7 hektar dengan 15 cluster (area) yang berbeda beda.  Porte de Clignancourt Flea Market dihuni tak kurang dari 2.500 gerai penjual. Nah, untuk urusan belanja, istri saya memang punya kuasa . Saya sih cuma akan  window shopping sambil sesekali membeli barang yang memang saya suka.
Saya rasa  7 hari di Paris akan terasa seru, setelah itu kami akan segera bergerak ke Belanda menggunakan kereta cepat  Thalys.  Waktu tempuh Paris –Amsterdam kurang lebih 3 jam 20 menit. Dari stasiun Paris Nord menuju stasiun Amsterdam Centraal. Oh,ya untuk bisa menggunakan jasa kereta Thalys ini harus reservasi jauh jauh hari beda dengan kereta reguler yang bisa langsung beli tiket di stasiun. Cuma bila menggunakan kereta reguler akan memakan waktu hingga 8 jam lebih.
 Amsterdam menjadi kota tujuan kami selanjutnya. Istri saya merencanakan 4 hari bermalam di sebuah apartemen . Jauh hari istri saya sudah mem-booking apartemen di Amsterdam ini secara online.
Walau hanya bersisa 8 kincir angin kuno di sekitar kota Amsterdam. Kincir angin menjadi icon kota Amsterdam. Molen de Gooyer merupakan kincir angin kuno yang paling sering dikunjungi .Karena letaknya yang mudah di jangkau  tak jauh dari Maritime Museum.
Kincir angin sendiri merupakan pembangkit listrik tenaga angin. Belanda  adalah negeri yang memiliki angin yang cukup kuat. Sehingga kincir angin merupakan pembangkit listrik yang dominan pada zaman dahulu.