Ada yang berbeda di ruang serbaguna Desa Sodong, Tigaraksa Tangerang pagi itu, 24 remaja tekun mengikuti sesi pelatihan desain grafis . Hening, yang terdengar hanya suara narasumber yang lantang memberikan cara mengedit foto lalu meng-insert gambar. Mata mata yang tak berkedip itu terus menatap layar proyektor.
Sesekali beberapa peserta yang rata rata berusia 15-18 tahun mengangkat tangan untuk bertanya atau meminta penjelasan tambahan karena belum mengerti. Dengan sabar , narasumber yang bernama Heri Irawan menjawab dan menjelaskankembali materi desain grafis .
Selain pelatihan desain grafis rupanya masih ada pelatihan sablon dan pelatihan membuat tas rajut. Sesi pelatihan dibuat dalam 15 kali pertemuan dibagi selama sepekan dua kali. Setiap sesi pelatihan berlangsung selama hampir 4 jam.
Waktu pelatihan dilakukan dipagi hari. Peserta adalah remaja putus sekolah dari keluarga pra sejahtera . Remaja yang dalam kesehariannya tidak mendapatkan pendidikan formal karena tak memiliki biaya untuk meneruskan sekolah. Remaja remaja ini berasal dari beberapa desa di Kabupaten Tangerang.
![Tas Rajut Hasil Peserta Layanan Home Care PSBR Bambu Apus](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/20/img-20161020-wa0006-5808c51d8923bd372be814b5.jpg?t=o&v=770)
Bila sebelumnya PSBR Bambu Apus yang berada dibawah lingkup Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial melakukan sistem Cottege System , dimana anak akan ditempatkan disebuah keluarga asuh. Saat ini PSBR Bambu Apus juga menerapkan sistem Home Care.
Program home care ini menyasar langsung ke lokasi dimana remaja PMKS berada. Dengan begitu , layanan PSBR bisa jauh lebih maksimal dan efektif. Mengingat sebagian remaja putus sekolah juga bekerja serabutan untuk membantu keuangan keluarga mereka masing masing.
Sebuah terobosan untuk menangai masalah sosial dan kesejahteraan yang ada. Remaja sebagai penerus bangsa perlu mendapatkan ketrampilan (skill) yang berguna . sehingga diharapkan dengan kertampilan yang dimiliki maka remaja ini bisa menata hidupnya. Selain juga menghindari para remaja jatuh kedalam perbuatan negatif sehingga tidak menjadi beban sosial di masyarakat .
Penanggung jawab pelaksana layanan home care PSBR Bambu Apus ,Hasrifah Musa secara resmi membuka pelatihan ketrampilan di ruang serba guna desa Sodong . Pelatihan ketrampilan ini adalah bagian dari pelayanan home care PSBR Bambu Apus . Selain itu hadir pula anggota tim PSBR yang lain seperti Junaidi , Hj Habibi dan Ning Nurhayati .
Upaya PSBR Bambu Apus ini mendapat bantuan fasilitas dari kepala desa , Donny Bambang Priangga. Bantuan fasilitas ini juga bagian dari upaya desa Sodong dalam mengembangkan program “desa emas”. Sebuah program yang berfokus pada lima pilar pembinaan. Dan salah satu pilar tersebut adalah bina karakter. Dimana remaja putus sekolah yang sebelumnya mendapatkan pembinaan karakter juga mendapatkan kertrampilan dari PSBR Bambu Apus.
![Kepala Desa Sodong , Doni Bambang P bersama Wira Desa, H. Riyadno mendampingi peserta pelatihan PSBR Bambu Apus](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/20/20160914-113220-5808c57a0323bd486f60debe.jpg?t=o&v=770)
PSBR Bambu Apus sendiri telah berdiri sejak tahun 1972 namun baru resmi beroperasi pada 15 September 1974. Awalnya PSBR Bambu Apus bernama Panti Penyantun Anak (PPA) yang menerapkan pola asuh dengan sistem cottage . PSBR Bambu Apus berubah nama sejak 1 September 1994 berdasarkan keputusan Mentri Sosial nomor 14/HUK/1994.
PSBR Bambu Apus merupakan panti rehabilitasi percontohan yang berada di jalan PPA Nomor 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur.Memiliki luas tanah 103.000 M2 dengan luas bangunan 20,062 M2. Daya tampung PSBR Bambu Apus hingga 150 orang penerima manfaat.
Saat ini PSBR Bambu Apus dikepalai Ignatia Sri Wuwuh Pujiningsih. PSBR Bambu Apus memiliki lima jenis ketrampilan yang ditawarkan , Otomotif, Elektro, Las, Jahit dan Salon. Setiap peserta penerima manfaat boleh memilih ketrampilan yang diminati.
Daya jangkau layanan PSBR Bambu Apus tergolong luas , selain Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, DIY Yogyakarta hingga Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Boleh dibilang PSBR Bambu Apus menangani setengah penduduk Indonesia. Dengan luas wilayah yang terbentang dari pulau Jawa dan sebagian Kalimantan tentu kerja PSBR Bambu Apus bukanlah pekerjaan ringan.
![Hasil pelatihan Sablon yang baru diselesaikan peserta pelatihan](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/20/foto-dua-5808c5e2c823bdfa29834f1c.jpg?t=o&v=770)
Biasa dipanggil Agung. Remaja yang lahir pada 10 September 1999 dari pasangan Iwan Kartiwan dan Nurhati ini tinggal disebuah rumah sederhana di sebuah kampung di Desa Sodong. Karena kedua orangtuanya tak mampu membiayai Agung melanjutkan ke SMA jadilah Agung remaja putus sekolah.
Agung tak ingin menyerah, ia memilih melanjutkan ke sebuah pendidikan informal . Sebuah pendidikan agama yang berbasis boarding. Biaya yang murah (sukarela) dan pelajaran yang diminati membuat Agung betah walau harus tinggal ditempat yang sangat sederhana dengan fasilitas sangat terbatas.
Agung merasa belum cukup, sebagai remaja yang cukup aktif Agung merasa perlu memiliki ketrampilan aplikakatif yang mampu ia pergunakan untuk bekal hidupnya kelak. Gayung pun bersambut , Agung mendengar akan diadakan layanan home care PSBR Bambu Apus didesanya.
Ada beberapa ketrampilan yang ingin dikuasai . Sebenarnya Agung sangat ingin memiliki ketrampilan komputer. Apa saja yang bisa dilakukan oleh komputer nampaknya menjadi minat Agung. Mulailah Agung mencari tahu informasi pelatihan PSBR Bambu Apus.
Tak menunggu lama, Agung langsung mendaftar sebagai peserta. Setiap sesi diikutinya dengan semangat dan penuh perhatian. Bagi, remaja yang seharusnya duduk dibangku SLTA kelas dua ini tak ingin melepaskan momen belajar . Beruntung, ketrampilan yang diajarkan desain grafis . Agung berharap setelah mendapat ilmu desain grafis , Agung bisa menerapkan ilmunya untuk membuka kesempatannya bekerja di perusahaan atau membuka usaha mandiri.
Walau masih terbayang dari mana uang untuk membeli perlengkapan seperti laptop/komputer , printer dan scanner. Agung tak ingin menyerah. Menurut remaja ini rezeki sudah diatur Tuhan, manusia tinggal berusaha saja.
Saat ini Agung mendapat kesempatan untuk menjadi pelatih membaca Al Qur’an disebuah SMP negeri di Tigaraksa. Dari honor melatih inilah Agung berharap bisa menabung dan bisa membeli perlengkapan komputer yang ia butuhkan.
![Pelatihan Desain Grafis, Narasumber Heri Irawan mendampingi peserta pelatihan hingga mampu mengerjakan pembuatan Logo ID Card](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/20/foto-satu-5808c62816937384295c39b0.jpg?t=o&v=770)
Adanya pelatihan ketrampilan yang diberikan PSBR Bambu Apus merupakan jerih payah seorang wira desa bernama H.Riyadno. Melihat kebutuhan pemuda dan remaja desa Sodong yang masih banyak putus sekolah lantaran kesulitan ekonomi.
Problem sosial ini mau tak mau mengusik bapak dari tiga anak yang pernah di minta tampil di acara Kick Andy dan pernah pula mengusung seorang petani sukses dari desa Rancalabuh, Tangerang pada ajang tahunan Danamon Award.
Rasa gundah H.Riyadno ini membawanya ke pihak yang mampu memberikan solusi. Beruntung, H.Riyadno memiliki hubungan yang baik dengan pihak PSBR Bambu Apus. Setelah melalui tahapan pembicaraan yang cukup panjang akhirnya pihak PSBR Bambu Apus mau mengadakan layanan home care didesa Sodong.
Peran pendamping remaja desa Sodong juga tak kalah penting. Erwin dan Ade Akbar merupakan pendamping remaja desa Sodong yang berjibaku untuk mensukseskan acara pelatihan ketrampilan PSBR Bambu Apus. Dua pemuda asli desa Sodong ini berkeliling desa dan beberapa desa tetangga untuk mencari dan memastikan remaja putus sekolah atau remaja terlantar bisa ikut program pelatihan secara gratis tanpa diminta biaya sedikitpun. Butuh waktu hingga 6 bulan untuk mencari anak putus sekolah dan telantar yang mau diajak ikut pelatihan.
Walau gratis rupanya tak mudah meyakinkan peserta untuk bisa hadir dan ikut program pelatihan. Selain jarak tentunya , pola pikir masyarakat desa yang apatis masih mengungkung. Hal baru yang dipelajari masih terasa aneh. Apalagi mendengar pelatihan berbasis komputer, terbayang perangkat canggih yang mahal dan tak mampu terbeli oleh ekonomi masyarakat desa.
Namun setelah diberi penjelasan dan informasi yang cukup detail nampaknya peserta pelatihan bisa mengerti dan mau dengan sukarela hadir di ruang serbaguna desa Sodong.
![img-0502-5808c6ca6623bd0c2655297e.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/20/img-0502-5808c6ca6623bd0c2655297e.jpg?t=o&v=770)
Rupanya semangat peserta pelatihan PSBR Bambu Apus luar biasa. Kesempatan pelatihan membuat daya kreasi para peserta langsung tumbuh. Dengan berbekal fasilitas sejuta web gratis dari Kominfo, peserta ketrampilan langsung membuat sebuah website toko online dengan alamat www.e-ldr.co.id.
Walau belum sempurna, web toko online ini direncanakan menjadi corong promosi yang akan memasarkan produk atau jasa yang mereka miliki. Sebuah langkah cerdas dan kreatif yang layak dan patut di apresiasi.
Selain itu para peserta juga akan diminta untuk menjadi pendamping remaja dikampungnya masih masing sehingga akan ada efek “domino” dalam menyebarkan “virus” kebaikan . Inilah contoh remaja yang mau berbagi ilmu yang dimilikinya.
Langkah usaha PSBR Bambu Apus, Kepala desa , Wira desa, pendamping remaja desa hingga para narasumber merupakan langkah mulia untuk menjadi bagian dari revolusi mental, sesuai dengan nawa cita yang didengungkan Presiden Jokowi selama ini.
Tak Cuma berteori namun langsung ber-aksi melakukan pembinaan kepada remaja putus sekolah dan terlantar. Walau setitik namun sangat bermakna. Karena hidup sejatinya berbagi dan bermanfaat untuk orang lain.
Sumber Foto : Dokumentasi Desa Sodong
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI