Masih lekat dalam ingatan saya ketika Gunung Merapi mulai “batuk batuk” pada pertengahann tahun 2010. Gunung Merapi menjadi berita nasional bahkan dunia karena aktifitasnya menunjukkan gejala gejala erupsi. Penduduk yang tinggal dalam radius bahaya mulai disosialisasikan , posko pengamatan dibangun, jalur evakuasi disiapkan, semua mulai sibuk.
Berita Gunung Merapi menjadi headline disetiap media nasional, baik cetak , elektronik hingga media online. Hampir setiap hari berita terbaru Gunung Merapi di update. Secara geografis Gunung Merapi terletak diantara dua Provinsi , Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gunung Merapi memang punya daya tarik tersendiri, gunung aktif yang pernah meletus di zaman kolonial Belanda ini punya banyak cerita. Gunung Merapi memiliki seorang juru kunci yang diangkat Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Seorang lelaki sepuh bernama Mbah Marijan.
Cerita tentang Mbah Marijan diantara cerita mistis Gunung Merapi memang menarik banyak minat para wartawan dan jurnalis media. Selain, pakar vulkanologi, ahli geologi hingga ahli mitigasi bencana yang memberikan pendapat dan ulasan ilmiahnya. Ucapan Mbah Marijan kadang lebih ‘menjual’ karena bumbu bumbu tentang misteri Gunung Merapi membuat suasana menjadi lebih dramatis.
Sementara aktifitas kebencanaan terus berjalan. Status Gunung Merapi terus ditingkatkan karena tanda tanda erupsi mulai sering dan dalam skala meningkat. Gempa tremor dan luncuran awan panas dari kawah Gunung juga mulai memperlihatkan tanda tanda mengkhawatirkan.
Semua instansi yang terkait mulai melakukan persiapan tanggap bencana. Posko pengungsian mulai disiapkan. Penduduk desa yang tinggal dilereng gunung mulai diungsikan. Perkiraan para ahli kegunungapian telah memberikan keadaan yang terus membahayakan. Pos pangamatan juga terus mencatat kenaikan aktifitas gempa vulkanik pada alat saismograp. Gambar grafik yang tercatat menunjukkan status Gunung Merapi sudah dalam status bahaya.
Dan , benar saja pada tanggal 26 Oktober 2010 Gunung Merapi meletus dengan memuntahkan material dari perut gunung ke udara. Lava pijar mengangkasa , semburan awan panas yang disebut wedhus gembel menyapu seluruh lereng Gunung . Letusan pertama ini membawa korban jiwa termasuk Mbah Marijan yang ditemukan tewas dirumahnya dalam keadaan sedang bersujud.
Gunung Merapi kembali erupsi 9 hari kemudian pada 4 November 2010. Erupsi kedua ini juga meminta korban jiwa. Tercatat korban yang meninggal dan dibawa ke Rumah Sakit Sardjito berjumlah 178 orang dan puluhan orang lainnya dirawat. Korban meninggal seluruhnya diperkirakan berjumlah lebih dari 200 jiwa . Kebanyakan tersapu awan panas yang meluncur dari kawah Gunung Berapi. Awan panas yang dinamakan wedhus gembel ini sangat beracun sehingga orang yang menghirupnya akan langsung terkapar dan tewas.
“Alam semesta terbuat dari cerita, bukan dari atom atom” ---Muriel Rukeyser---
Adalah S.Tidjab, seorang penulis cerita sandiwara radio yang tak asing lagi. Lewat tangan dinginnya , Asmara di Tengah Bencana ,cerita bergenre roman sejarah yang mengambil setting Kerajaan Mataram pada masa kepemimpinan Sultan Agung .
Cerita Asmara di Tengah Bencana (ADB) merupakan cerita sandiwara radio yang menarik karena menggabungkan beberapa unsur didalam ceritanya. Unsur sejarah, unsur romantisme, unsur patriotisme, unsur kemanusian dan terakhir unsur edukasi tentang bencana.
Dalam cerita ADB, pendengar akan disajikan sebuah cerita bagaimana seorang pemuda bernama Raditya seorang bangasawan putra Tumenggung Jaya Lengkara menaruh hati dengan seorang wanita bernama Sekar Kinanti, putri dari seorang Ki Lurah di Jatisari.
Perkenalan dan perasaan Raditya kepada Sekar Kinanti memang berbuah manis, keduanya saling mencintai walau hambatan datang dari kedua orang tua Raditya yang tidak setuju. Apalagi sebagai putra seorang Tumenggung yang sudah dijodohkan dengan seorang wanita berdarah biru bernama Puspaningrum putri dari Tumenggung Puspayudha.
Rupanya rasa cinta yang begitu kuat itu lahir ketika Gunung Merapi erupsi. Dalam sandiwara radio yang dimainkan pemain senior seperti Ivone Rose yang berperan sebagai Mantili pada cerita Saur Sepuh, lalu ada Nanang kasila, Ajeng, Harry Laksono, Eddie Dhosa, Siska Jawa,Elsa Surya, Nenny Haryoko, Guritno dan Rifky.
Kisah cinta yang lahir di tengah bencana erupsi Gunung Merapi merupakan penarik minat pendengar, disisi yang lain S.Tidjab menggambarkan bagaimana awal dan tanda tanda bencana gunung meletus hingga bagaimana cara menghadapi keadaan darurat ketika Gunung Merapi benar benar meletus dan memuntahkkan wedhus gembel.
Inilah sisi edukasi yang ingin diberikan kepada masyarakat malalui pendengar radio. Hal ini menjadi perhatian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) . Sebagai badan yang menjadi tangan pemerintah untuk menjadi koordinasi penanggulangan bencana terutama bencana alam seperti erupsi gunung api, tanah longsor, banjir , kebakaran hutan , gempa hingga tsunami.
Asmara di Tengah Bencana menceritakan persiapan pertempuran besar di tanah jawa pada abad ke 17. Penyerangan pasukan Mataram ke Surabaya pada tahun 1625 menjadi kisah sejarah dimana pasukan Mataram melakukan siasat perang yang menakjubkan dengan melakukan pembendungan Kali Mas . Seluruh bala tentara Mataram mengumpulkan batang pohon kelapa, bambu bambu petung hingga batu batu besar
Pada pertempuran ini, Tumenggung Jaya Lengkara tewas sehingga Raditya bersedih dan kembali ke rumah untuk menemani sang bunda. Setelah Tumengung Jaya Lengkara gugur maka Raditya diminta untuk menjadi perwira pasukan Mataram . Sekar Kinanti yang baru melahirkan akhirnya dibawa ke Ndalem Katemenggungan dan tinggal bersama.
Sayang, karena pendidikan perwira yang dijalani Raditya harus berjalan selama tiga bulan, Sekar Kinanti menjadi kesepian . Apalagi sikap Nyi Tumenggung kurang berkenan sehingga Sekar Kinanti menjadi tidak kerasan dan memilih kembali ke Jatisari .
Masalah lalu timbul karena sekembalinya ke Jatisari, banyak lelaki yang berebut ingin menikahi Sekar Kinanti. Untuk mengelabui, Ki Lurah jatisari meminta Umyang berpura pura menjadi suami Sekar Kinanti. Hal inilah kelak yang akan menjadi masalah besar dan sumber kecemburuan Raditya.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya, ayo pantengin di 20 radio ini , ikuti terus kisah Raditya dan Sekar Kinanti :
1. Radio Kelud
2. Radio Merapi
3. Radio Pariwisata Senaputra-Malang
4. Radio Thomson Gamma-Majalengka
5. Radio SPS-Salatiga
6. Radio Soka Adiswara-Jember
7. Radio CJDW FM-Boyolali
8. Radio Fortuna-Suka Bumi
9. Radio Gabriel FM –Madiun
10. Radio Hot FM-Serang
11. Radio Merapi-Magelang
12. Radio Persatuan –Bantul
13. Radio Aditya-Subang
14. Radio Gema Surya-Ponorogo
15. Radio EMC Thomson-Yogyakarta
16. Radio GeNJ-Rangkas Bitung
17. Radio H –Karanganyar
18. Radio Elpas FM-Bogor
19. Radio Thomson Bandung
20. Radio Studio 99-Purbalinga
Mungkin ada sebagian orang zaman sekarang melihat sebelah mata terhadap Radio. Apalagi setelah era Televisi hadir dan jaringan Internet menjadi keseharian ketika smartphone mewabah. Radio seakan terpinggirkan ,setelah masajaya sandiwara radio yang pernah booming di era tahun 1980 hingga 1990-an.
Sandiwara radio ketika itu menjadi hiburan tersendiri karena era sinetron TV belum dimulai karena TV swasta belum muncul. Saur Sepuh, Tutur Tinular dan Misteri Gunung Merapi pernah menjadi sandiwara radio favorit.
Saya mengalami masa itu. Hampir tiap malam dari jam 19:30 hingga 20:00 saya dan keluarga mendengarkan kisah Mak Lampir di cerita Misteri Gunung Merapi. Dan setiap 13:30 hingga jam 14:00 saya mendengarkan kisah Tutur Tinular. Padahal saya harus masuk sekolah jam 14:00. Setiap hari saya datang telat ke Sekolah hanya gara gara mendengarkan sandiwara radio terlebih dahulu . Beruntung, guru saya tak pernah marah karena sekolah saya adalah sekolah informal yang khusus memberikan pelajaran agama.
Nah, pengalaman masakecil saya ini kembali mengapung . Bertemu langsung S. Tidjab, orang yang menulis kisah Tutur Tinular yang menjadi salah satu sandiwara radio favorit saya .Ketika acara kompasiana nangkring yang juga menghadirkan Sutopo Purwonugroho selaku Kepala Pusat Data dan Humas BNPB dan Achmad Zaini seorang praktisi Radio.
Begitu saya membaca sinopsis cerita Asmara di Tengah Bencana , saya sangat tertarik. Dan saya yakin cerita ADB akan menuai sukses. Karena ada nilai edukasi kebencanaan yang mungkin belum pernah ada sebelumnya.
Sandiwara radio memang tak lagi sepopuler era tahun era 1990. Namun harus diingat radio masih menjadi hiburan yang tak pernah punah. Karena sifatnya yang murah, mudah dan menghibur. Pesawat radio saat ini juga semakin kecil dan mudah dibawa bawa. Tak memerlukan biaya tambahan atau membeli paket berlangganan.
Didaerah saya, di pinggiran Kabupaten Tangerang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lebak, Serang dan Bogor. Radio masih menjadi sarana hiburan.Lihat saja, hampir tiap rumah masih menggunakan radio. Walau memang , materi yang didengarkan sebagain besar lagu lagu, terutama lagu dangdut.
Ada juga sandiwara radio lokal yang menggunakan bahasa daerah , walau tak terlalu banyak pendengarnya. Sayangnya, sandiwara radio lokal kurang menarik karena hanya terbatas dan kurang kreatif .
BNPB memilih radio bukan tanpa alasan. Daerah bencana memang berada jauh di pedalaman. Penduduk yang tinggal didaerah bencana menghuni lereng lereng gunung, lembah hingga perbukitan atau dipinggir sungai atau pantai.
Sasaran itulah yang membuat BNPB mengusung radio sebagai sarana edukasi tentang kebencanaan. Yang tak boleh hilang adalah sikap kesiap siagaan masyarakat terhadap bencana yang mungkin akan muncul . Melupakan bencana dan melecehkan tanda tanda awal bencana merupakan sumber bahaya tersendiri.
Sandiwara radio merupakan salah satu cara BNPB memberikan edukasi diantara banyak cara cara lainnya. Radio memiliki jangkauan terbatas namun dibalik itu radio memiliki penggemar yang loyal yang akan mendengarkan siaran radio hingga berjam jam. Karena radio hanya mengandalkan satu pancaindra (mendengar/telinga) sehingga membuat pendengarnya bisa bebas melakukan aktifitas lainnya lebih leluasa.
Berbeda ketika melihat TV, membuka jaringan internet atau menonton tayangan film yang harus menggunakan dua pancaindra bahkan harus menggunakan alat gerak (tangan) secara aktif ketika membuka jaringan internet.
Perlu Aktifitas Tambahan Lainnya
Dua hari yang lalu saya mendapat undangan dari sebuah radio untuk sebuah acara off air. Radio yang bermarkas di Jakarta ini memang sering kali mengundang para pendengarnya untuk datang dalam acara off air. Hal ini seperti ingin mendekatkan para pendengar radio agar memiliki loyalitas.
Acara yang digagas radio ini cukup efektif, karena pendengar bisa melihat langsung penyiar radio kesayangannya yang selama ini hanya terdengar suaranya. Selain itu ada input positif yang didapat si stasiun radio dari para pendengarnya untuk perbaikan dan pengembangan.
Cara ini bisa dilakukan BNPB untuk membuat acara off line yang melibatkan pemain sandiwara radio dengan para pendengarnya . Acara ini bisa menjadi media efektif untuk mengedukasi kebencanaan yang lebih komprehensif . Acara off line bisa dilakukan dalam rentang periode dua atau tiga bulanan. Atau dilakukan dengan cara safari atau berkeliling ke beberapa tempat.
Selain itu siaran radio bisa dibuatkan streaming agar bisa didengar secara digital melalui jaringan internet bagi generasi muda yang sudah kadung dengan gawai kemana mereka beraktifitas. Kemajuan teknologi bisa dikembangkan, agar sandiwara radio ADB bisa lebih luas jangkauannya.
Inilah Indonesia yang Kaya akan Bencana
Tahukah kawan kalau Indonesia ini kaya ? Ya, tentu . Tak bisa disangkal Indonesia kaya terhadap sumber daya alam dan kaya akan keindahan alam dan budaya yang tak ada duanya. Tapi tahukah kawan bila Indonesia juga kaya akan bencana.
Dengan sebutan zambrut khatulistiwa, Indonesia punya potensi bencana yang besar. Indonesia memiliki 500 gunung berapi dan 128 diantarnya bersifat aktif. Indonesia dikenal dengan Ring Of Fire yang merupakan satu kesatuan gunung berapi . Erupsi gunung berapi menjadi hal yang biasa terjadi di Indonesia, baik di pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi hingga wilayah timur Indonesia
Indonesia juga memiliki 5.800 sungai , 500 diantaranya sungai besar dan sepertiganya melalui wilayah berpenduduk padat yang punya potensi membuat banjir bandang atau banjir besar.
Indonesia juga dilewati dua lempeng bumi yang setiap saat bisa terjadi bencana gempa bumi. Pergerakan lempeng ini membuat perubahan struktur bawah bumi. Bila pergeseran terjadi ditengah laut bisa berpotensi menjadi gelombang tsunami yang pernah meluluhlantakkan Aceh, Nias dan sebagian pantai barat pulau Sumatra.
Menurut data BNPB, yang tercatat dari tahun 1982 hingga 2012 telah terjadi banyak bencana baik yang bersifat daerah (lokal) hingga bersifat nasional dengan korban jiwa yang besar. Ada Bencana banjir sebanyak 4,121 kejadian (38 %) , Tanah longsor sebanyak 1.983 kejadian (18%) , angin puting beliung : 1.903 (18%) kejadian dan Kekeringan sebanyak 1.414 kejadian (13%).
Selain itu BNPB juga mencatat dari 1982 hingga 2012 tercatat ada 225.509 jiwa meninggal atau hilang. Dengan rincian :
- Akibat gempa bumi dan Tsunami = 174.101 jiwa
- Akibat gempa bumi = 15.250 jiwa
- Akibat banjir dan tanah longsor = 7.555 jiwa
Dengan data ini boleh dibilang Indonesia harus tetap terus waspada karena potensi yang dimiliki. Harus ada edukasi dan bentuk aksi untuk mengingatkan agar tingkat kewaspadaan dan prosedur penyalamatan diri pribadi juga harus terus di up date.
BNPB sebagai badan yang mengemban misi tersebut tentu tak bisa melakukan sendirian. Harus ada peran dari seluruh stake holder lainnya. Peran bersiaga terhadap bencana harus menjadi salah satu kesadaran nasional. Apalagi bila daerah yang didiami adalah memang daerah berpotensi bencana.
Tak ada salahnya bila saya, kita, kalian dan siapapun mengemban peran ini secara bersama. Meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Mengurangi kerugian material yang jatuh. Karena kita adalah satu dalam menghadapi bencana.
Yuk, bersiaga selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H