Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cara Cerdas BNPB: Mengawinkan Sandiwara Radio dengan Edukasi Kebencanaan

17 September 2016   13:02 Diperbarui: 17 September 2016   13:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sandiwara radio ketika itu menjadi hiburan tersendiri karena era sinetron TV belum dimulai karena TV swasta belum muncul.  Saur Sepuh, Tutur Tinular dan Misteri Gunung Merapi  pernah menjadi sandiwara radio favorit.

Saya mengalami masa itu. Hampir tiap malam dari jam 19:30 hingga 20:00 saya dan keluarga mendengarkan kisah Mak Lampir di cerita Misteri Gunung Merapi. Dan setiap 13:30 hingga jam 14:00 saya mendengarkan kisah Tutur Tinular. Padahal saya harus masuk sekolah  jam 14:00. Setiap hari saya datang telat ke Sekolah hanya gara gara mendengarkan sandiwara radio terlebih dahulu . Beruntung, guru saya tak pernah marah karena sekolah saya adalah sekolah informal yang khusus memberikan pelajaran agama.

Nah, pengalaman masakecil saya ini kembali mengapung . Bertemu  langsung  S. Tidjab, orang yang menulis kisah Tutur Tinular yang menjadi salah satu sandiwara radio  favorit saya .Ketika acara kompasiana nangkring  yang juga menghadirkan Sutopo Purwonugroho selaku  Kepala Pusat Data dan Humas BNPB dan  Achmad Zaini seorang praktisi Radio.

Begitu saya membaca sinopsis cerita  Asmara di Tengah Bencana , saya sangat tertarik. Dan saya yakin cerita ADB akan menuai sukses. Karena ada nilai edukasi kebencanaan yang mungkin belum pernah ada sebelumnya.

Sandiwara radio memang tak lagi sepopuler era tahun  era 1990. Namun harus diingat radio masih menjadi hiburan yang tak pernah punah. Karena sifatnya yang murah, mudah dan menghibur.  Pesawat radio saat ini juga semakin kecil dan mudah dibawa bawa. Tak memerlukan biaya tambahan atau membeli paket berlangganan.

Didaerah saya, di pinggiran Kabupaten Tangerang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lebak, Serang dan Bogor. Radio masih menjadi sarana hiburan.Lihat saja, hampir tiap rumah masih menggunakan radio. Walau memang , materi yang didengarkan sebagain besar  lagu lagu, terutama lagu dangdut.

Ada juga sandiwara radio lokal yang menggunakan bahasa daerah , walau tak terlalu banyak pendengarnya. Sayangnya, sandiwara radio lokal kurang menarik karena hanya terbatas dan kurang kreatif .

BNPB memilih radio bukan tanpa alasan. Daerah bencana memang berada jauh di pedalaman. Penduduk yang tinggal didaerah bencana menghuni lereng lereng gunung, lembah hingga perbukitan atau dipinggir sungai atau pantai.

Sasaran itulah yang membuat BNPB mengusung radio sebagai sarana edukasi tentang kebencanaan. Yang tak boleh hilang adalah sikap kesiap siagaan masyarakat terhadap bencana yang mungkin akan muncul . Melupakan bencana dan melecehkan tanda tanda awal bencana merupakan sumber bahaya tersendiri.

 Sandiwara radio merupakan salah satu cara BNPB memberikan edukasi diantara banyak cara cara lainnya.  Radio memiliki jangkauan terbatas namun dibalik itu radio memiliki penggemar yang  loyal yang akan mendengarkan siaran radio hingga berjam jam. Karena radio hanya mengandalkan satu pancaindra (mendengar/telinga) sehingga membuat pendengarnya bisa bebas melakukan aktifitas lainnya lebih leluasa.

Berbeda ketika melihat TV, membuka jaringan internet atau menonton tayangan film yang harus menggunakan dua pancaindra bahkan harus menggunakan alat gerak (tangan) secara aktif ketika membuka jaringan internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun