Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuletakkan Sianida di Kopimu

10 September 2016   06:46 Diperbarui: 10 September 2016   07:59 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua orang teman yang punya “hutang” dan harus mereka lunasi sore ini. Aku memang dendam. Dan itu wajar bukan ? Menelikung dan berkhianat ada balasannya. Sore ini adalah saat penghukuman. Aku tak main main. Aku sangat serius. Setelah seminggu mencari bubuk putih yang paling efisien dan tepat untukmengirimkan dua orang yang aku benci ini  ke neraka yang paling dalam.

Adalah laboratorium fakultas yang paling pas aku datangi. Menawari uang ratusan ribu kepada oknum degil yang punya akses membawa keluar 100 gram bubuk putih yang aku butuhkan.

Dosis ini aku rasa cukup mengirimkan dua makhluk yang aku benci ini . Dua teman yang aku kenal sejak dua tahun lalu ketika belajar di negeri singa.

Hanya dua kemungkinan yang akan terjadi sore ini. Dua temanku berhasil lolos dan meneruskan hidup atau aku yang akan kalah dan harus berurusan dengan petugas keamanan negeri ini. Aku tak punya plan B. Walau aku yakin apa yang sudah aku siapkan selama seminggu ini akan berjalan seperti rencana.

Tiga Menit yang  Melenakan

Sambil menunggu, pelayanan Coffee Shop sudah dua kali menawariku cake yang mereka miliki. Aku tak berminat sama sekali. Cake yang mereka tawari hanya akan memperlama rencanaku saja. Minum kopi sambil menikmati cake. Alangkah mewahnya penghukuman sore ini.

Setelah hampir satu jam menunggu , dua temanku datang dengan senyum mengembang. Aku menerima pelukan hangat keduanya. Lalu menanyakan kabar keduanya. Say hello dengan perasaan yang jengah. Aku hanya berharap , keduanya segera duduk lalu meminum kopi yang telah aku pesan.

Tiga menit kami berbicara penuh keakraban. Seakan tak ada dosa keduanya kepadaku. Aku ingin sekali membacakan daftar dosa dihadapan keduanya. Menampar pipi keduanya dengan kekuatan penuh. Hingga merah padam atau membiru sekalian, aku tak peduli.

Selama tiga menit, aku terus  mengobrol. Hangat dan penuh keakraban. Inilah momen yang harus dibaca dan direkan mata kamera diatas langir langit yang tepat mengarah ke mejaku.

Aku menyela agar dua temanku meminum kopi yang telah aku pesan. Meminta dengan gaya paling elegan. Meminta keduanya menghabiskan kopi sesegera mungkin agar rencanaku berhasil dan sukses. Aku juga ingin cepat pulang kerumah.

Namun, keduanya tak mau menyentuh gelas. Mereka malah memesan tiga cake sekaligus. Keduanya juga memesan satu menu utama yang aku benci.  Mie ramen dalam porsi besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun