Jaya lalu berlari keluar luar kearah kiri. Tapi baru lima meter Jaya menghentikan langkahnya. Mengingat ingat kembali nama pak RT yang akan dilaporkan. “Oh iya rumah pak RT dimana ya ? bukankah baru ada perubahan struktur RT sebulan yang lalu. “ gumam Jaya menjadi ragu ragu.
Walau Jaya sudah tinggal lebih dari 7 tahun di komplek perumahan mewah ini. Pengurus RT tak dikenal Jaya dengan baik. Jangankan alamat rumah pak RT , nama RTnya juga agak samar diketahui Jaya .
Seingat Jaya nama pak RT dilingkungannya Pak Joni. Tapi itu 7 tahun yang lalu ketika Jaya baru saja melaporkan diri sebagai warga baru. Dan itu pertama dan terakhir Jaya bertemu pak RT. Setelah itu bila ada keperluan menyangkut surat menyurat kependudukan diserahkan Jaya kepada Ipul, sang supir yang baru seminggu dipecat Jaya karena terbukti “minum” bensin dari mobilnya.
Dari Ipul pula Jaya tahu ada pergantian struktur RT. Hampir lima menit Jaya ragu ragu kemana ia harus melapor kejadian perampokan didepan rumahnya. Akhirnya diputuskan untuk kerumah pak Joni. Jaya hampir saja lupa posisi rumah pak Joni. Dua kali Jaya salah memencet bel rumah yang ternyata bukan rumah pak Joni. Walau akhirnya Jaya baru ingat kembali rumah pak Joni adalah rumah yang pintu pagarnya terbuat dari karet ban bekas .
Hampir dua puluh menit berkeliling komplek , Jaya akhirnya menemukan rumah pak Joni. Dipencetnya bel rumah. Satu kali, dua kali , tiga kali , empat kali, lima kali tak ada jawaban dari dalam rumah. Jaya mulai tak sabar. Jaya menengok kedalam rumah yang sepi . dari celah pagar dilihatnya pintu utama masih tertutup rapat. Seperti tak ada aktifitas. Senyap. Hanya ada gonggongan anjing dari samping rumah.
Jaya kembali memencet bel untuk yang keenam kalinya. Kali ini dengan tekanan yang lebih dalam. Tak berapa lama, ada suara orang menyumpah dari dalam rumah. Tak jelas suaranya. Jaya tak peduli.
Seorang wanita setengah baya keluar rumah dengan tongkat ditangan. Jalannya tak normal, seperti terkena serangan stroke . “pagi pagi sudah ada tamu, jam berapa ini pak ? Mbok ya mikir kalau mau bertamu .” Wanita setengah baya itu mengumpat dengan penuh emosi. Jaya jadi tak enak hati, namun mau apa lagi. Ini darurat, ada bahaya mengancam tetangga didepan rumahnya.
“Maaf bu, saya Jaya yang tinggal di Blok D. Mau lapor ke pak Joni ada warga yang di rampok “ Tanpa basa basi lagi Jaya mengutarakan kedatangannya.
“Oaaalah pak, pak Joni itu sudah tak jadi ketua RT lima tahun yang lalu. Dan orangnya sudah dikubur setahun yang lalu. Pak Joni sudah meninggal. “ Teriak wanita itu agak marah. “bapak ini warga baru atau warga lama ? “
Ditanya seperti itu Jaya seperti disiram air mendidih. Muka Jaya memerah. Malu . Tapi sudah kepalang tanggung, Jaya harus menemukan rumah pak RT. Ini darurat,
“Oh maaf bu, saya sih warga lama. Tapi saya tidak tahu rumah pak RT yang menjabat sekarang. Kalau ibu tahu tolong beritahu alamatnya, ini darurat bu, ada perampokan didepan rumah saya “ Jaya mengatur ucapannya.