Santap bersama di sekolah asrama memiliki nilai tersendiri. Sambil santap bersama, saya dan istri memasukkan nilai nilai budi pekerti , memotivasi semangat belajar, mendengarkan cerita anak hingga memberikan ‘kejutan’ yang positif.
Tiga Hal yang Harus Ada Ketika Santap Bersama
Santap bersama menjadi momen penting dan momen yang ditunggu. Di sekolah asrama anak kami memiliki tempat seperti  saung yang sengaja disiapkan untuk kumpul keluarga. Suasana hijau dan teduh membuat suasana santap bersama menjadi lebih asik.
Sebagai orang tua yang menyekolahkan anak di sekolah asrama memang membuat kangen bertemu. Saya memang jarang sekali mengambil pekerjaan atau mengikuti acara pada hari minggu. Karena hari minggu menjadi hari menjenguk sekaligus hari untuk santap bersama.
Setiap momen santap bersama ada tiga hal yang harus ada, dan menjadi wajib hukumnya . Tiga hal tersebut menjadi ‘ritual’ yang biasa kami lakukan.
Pertama, acara santap bersama harus dimulai dengan doa. Membiasakan doa pada awal santap bersama sering kali terabaikan. Kalah dengan foto selfie atau foto narsis makanan yang akan disantap. Maka nilai sipritual harus kami jaga agar menjadi tradisi keluarga yang baik.
Kedua, harus ada yang menjadi ‘pencerita utama’. Biasanya diantara kami harus ada satu orang yang dominan bercerita. Sebenarnya, hal ini melatih anak untuk biasa terbuka dan mau bercerita di forum keluarga seperti ketika santap bersama. Saya sangat senang bila acara santap bersama saling bicara, walau ada pamali : jangan bicara ketika makan . Jujur saja, saya tidak mematuhi itu. Karena sejak kanak kanak, kami diajarkan banyak bicara ketika makan.
Ketiga, dilarang mencela makanan dan habiskan makanan yang diambil. Saya dan istri membiasakan anak untuk tidak mencela makanan. Walau mungkin rasa makanan tidak pas atau tidak disukai. Saya dan istri juga membuat aturan : bertanggung jawab menghabiskan makanan yang diambil. Jadi kami membiasakan untuk mengambil makanan dalam jumlah sedikit terlebih dahulu. Rasakan dulu, bila cocok ambil dalam porsi yang diinginkan. Jujur saja, saya sedih melihat makanan bersisa dalam piring . Inefisiensi yang harus dipangkas pertama kali , makan tidak boleh bersisa.
Tiga hal itu menjadi hal yang  harus dipatuhi. Setiap anggota keluarga kami saling mengingatkan. Santap bersama bukan hal yang sepele dalam keluarga namun sebuah ruang yang harus ada didalam setiap keluarga. Hubungan harmonis keluarga  dimulai dari santap bersama. Â
Acara Kompasiana nangkring atau coverage sering sekali saya ikuti. Boleh dibilang saya termasuk kompasianer 4L , meminjam istilah  bang Rahab Ganendra:  Lu lagi Lu Lagi. Ya, saking cintanya dengan kompasiana saya rela menempuh jarak dari ujung Tangerang ke lokasi tujuan.