Diawali dari salah memilih jalan pulang dari arah Rangkasbitung ,saya malah menemukan sebuah pemandangan yang cukup menakjubkan. Sebuah Bendung.  Dibawahnya mengalir sungai yang cukup besar. Namanya sungai Cidurian. Kalau diartikan Ci berarti Sungai dan Durian ya berarti buah durian. Kalau disatukan maka akan bermakna : sungai durian.  Kira kira begitu. Tapi saat itu karena sudah menjelang malam  dan mulai gelap saya tak menghentikan laju sepeda motor . Walau sangat tertarik melihat konstruksi bendung dan suara air yang begitu khas. Saya lewati saja sambil berjanji akan datang lagi untuk mengambil gambar.
Walau akhirnya baru terlaksana setelah beberapa bulan kemudian, saya sempatkan untuk mengunjungi bendung ini pada hari Minggu (5/6). Uniknya, bendung ini masih satu kecamatan dengan rumah saya. Jadi, bila dihitung cuma berjarak sekitar 5 km .
Dipagi yang cerah setelah menyiapkan senjata, kamera DSLR kelas pemula. Saya langsung berangkat menuju TKP yang berada di desa Solear. Berharap hari tetap cerah dan bersahabat. Saya mengambil jalan ke arah anak sungai Cidurian . Jalan ini masih satu jalur dengan tempat wisata hutan lindung Solear. Hutan lindung ini memiliki ratusan monyet liar yang bersahabat dengan manusia. Seperti Sangeh di Bali.
Sesampainya di lokasi, saya melihat aktifitas memancing dan menjala . Beberapa lelaki sedang asik melemparkan jala ke bawah sungai.  Bisa dibayangkan, aktifitas yang cukup berbahaya karena tinggi Bendung dengan  permukaan sungai berjarak sekitar 12 meter. Bayangkan bila si pelempar jala terpeleset dan jatuh ke bawah sungai.  Sudah jatuh terseret arus sungai yang sangat deras. Seram.
Namun saya sempatkan juga mendekat dan melihat aktifitas menjala . Satu kali lempar, dua kali lempar , tiga kali lempar tak satupun ikan yang terjala. Nihil. Hebatnya, lelaki bercelana pendek ini tak patah arang. Ia hanya berpindah tempat lalu melemparkan kembali jalanya. Hasilnya juga nihil.
Melihat dua aktifitas lelaki ini saya langsung mendekat dan mulai berbincang bincang. Saya mulai menanyakan segala hal tentang  bendung . sambil menurunkan alat perangkap ikan  ,lelaki itu menjawab beberapa pertanyaan  saya .
Bendung Ranca Sumur dibangun tahun 15 ? Maksudnya tahun 1915 ? Iya, zaman Belanda. Setengah tak percaya saya dengan penjelasan lelaki yang mengaku benama Naming. Lelaki kurus ini berdiri dengan tegak sambil terus menurunkan perangkap ikan yang ia letakkan didasar bendung.
Pak Naming juga seorang RT di kampung Tangkele Pasar, Desa Solear Kecamatan Solear Tangerang. Saya memang  secara khusus mewawancarai lelaki ini  .  Pak Naming juga bercerita Bendung ini dibuat menggunakan campuran gula pasir agar merekat dengan batuan . Selain itu pak Naming menceritakan aktifitasnya menangkap ikan tawes.  Dalam sehari bila sedang beruntung pak Naming dan rekannya bisa mendapat hingga 20 Kg ikan tawes. Harga satu kilogram ikan tawes dijual seharga Rp 25 ribu. Wah lumayan juga penghasilan pak Naming pikir saya. Namun hal itu jarang terjadi, paling sering cuma dapat 4 Kg.
Bendung Ranca Sumur berada di percabangan Sungai. Satu cabang mengarah ke Utara dan satu aliran mengarah kearah timur. Aliran yang mengarah ke Timur juga mengalami percabangan kembali menjadi dua aliran besar.
Jadi ada dua bendung yang terdapat di Ranca Sumur. Dua duanya dalam ukuran yang lumayan besar. Tinggi bendung bila dihitung dari permukaan jalan hingga dasar bendung sekitar 12 meter. Di Bendung pertama ada empat pintu  yang menggunakan pintu beroda gigi dengan sistem manual. Artinya perlu tenaga ekstra untuk memutar ‘kemudi’ ke satu arah agar pintu baja bisa menutup aliran sungai.
Maka fungsi Bendung untuk mengatur debit air agar dapat dikendalikan menuju arah hilir. Banjir sering kali menerpa wilayah utara karena debit air dari hulu begitu besar dan kuat. Sedang aliran sungai di hilir tidak bisa cepat mengalirkan karena aliran sungai yang menyempit atau adanya pendangkalan (sedementasi) pada badan sungai. Hasilnya air melimpas ke sekeliling badan sungai. Banjirpun terjadi.
Potensi Bendung yang Belum Maksimal Tergali
Sungai Cidurian termasuk dalam kategori sungai B. Jumlah air yang mengalir konsiten setiap musim. Pada musin kemarau sekalipun sungai Cidurian tetap memiliki jumlah air yang cukup. Pasokan air yang berasal dari wilayah pegunungan di Bogor ini melewati banyak kecamatan , mulai dari Leuwiliang, Tenjolaya, Cigudeg, Jasinga, Tenjo , Maja (Lebak) , Kopo (serang), Solear (Tangerang) hingga terus menuju pantai utara Jawa.
Bendung Ranca Sumur  berada dalam pengawasan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air wilayah sungai Cidurian –Cisadane Provinsi Banten. Bila melihat papan yang terpampang, didekat bendung . Luas bendung mencapai 10.272 hektar dengan fungsi irigasi .
Bila melihat fungsi bendung Ranca Sumur sebagai irigasi maka seharusnya sepanjang aliran sungai Cidurian memiliki irigasi teknis atau semi teknis yang bisa mengaliri lahan persawahan disekitar aliran sungai. Maka , seharusnya pula sepanjang sungai bisa menjadi lahan persawahan beririgasi .
Sayangnya, saya tak melihat lahan persawahan beririgasi. Tapi yang saya tahu, irigasi baru ada di wilayah persawahan di utara. Di sekitar Kronjo, Mekar Baru, Kresek , Gunung Kaler hingga terus di arah Sukadiri, Pakuhaji,Mauk, Â Teluk Naga hingga Kampung Melayu. Wilayah utara kabupaten Tangerang memang menjadi sentra padi yang potensial karena dialiri irigasi teknis dan semi teknis.
Saya melihat Bendung Ranca Sumur bisa dijadikan sentra budi daya ikan air tawar, bisa menggunakan sistem keramba, atau sistem tambak jaring . Selain itu , bisa juga dijadikan wisata air seperti wisata susur sungai menggunakan perahu karet. Atau arung jeram seperti yang ada di aliran sungai Ayung di Bali.
Satu hal yang masih mengganggu adalah jalan yang sempit, hanya muat untuk satu kendaraan (mobil) ukuran kecil. Truk dan bis tak akan bisa lewat. Sepeda motor saja harus berhati hati bila tak ingin saling bersenggolan.
Melihat lokasi dan pemandangan yang ada di bendung Ranca Sumur, seharusnya potensi yang lain bisa dikembangkan pula. Dengan luas bendung dan aliran air yang terus mengalir dengan baik. Saya yakin , Bendung Ranca Sumur bisa dikembangkan untuk lokasi budidaya dan lokasi wisata air.
Memang perlu investasi, perlu penataan, perlu pembangunan infrastruktur. Mulai dari jalan masuk yang sempit, lalu penataan kawasan sekitar Bendung, pembuatan sarana pendukung lainnya.
Hal ini bisa dilakukan sambil juga membangun kawasan wisata hutan lindung yang memiliki ratusan monyet.  Pemandangan di lokasi wisata hutan lindung juga sangat menarik. Hanya saja tidak dibangun secara profesional. Kedua wilayah ini hanya berjarak  satu kilometer.
Infrastrukturnya minim dan belum layak untuk berkembang pesat . Bila saja, pemerintah daerah mau membangun infrastruktur sekitar kawasan wisata maka ada dua tempat yang bisa dijadikan tempat wisata yang menarik.
Libatkan semua unsur , karena sesungguhnya pembangunan yang berhasil adalah hasil senergi semua stake holder. Baik pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga masyarakat.
Karena sesungguhnya, pembangunan Infrastruktur  Indonesia Sentris adalah buah Nawa Cita, Impian dari Tri Sakti . Dimana pembangunan infrastruktur memanusiakan orang , meningkatkan taraf hidup dan menjadikan harga diri bangsa menjadi terhormat. Itulah esensi dari Indonesia sentris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H