Buku diawali dengan kisah Hanggono yang tetap setia menjaga cita rasa Getuk Marem di kota Magelang. Adalah kompasianer Fandi Sido yang piawai memainkan kata demi kata untuk memotret dengan detail .
Buku ini memang punya pokok pikiran yang menarik , tentu kisah kisah ini layak disajikan dan layak dibaca karena semangat orang yang dipotret memiliki daya juang yang luar biasa. Nah, berikut sebagian  kisah kisah inpiratif tersebut:
Pada kisah Suwono seorang pensiunan PNS dari kabupaten Ponorogo yang ditulis Kompasianer Nanang Diyanto, kisah ini tergolong unik dan mungkin tak terpikir orang sebelumnya. Malah mungkin hanya segelintir orang saja yang mau melakukannya.
Dari limbah tinja manusia yang menjijikkan ternyata tersimpan rahasia yang luar biasa. Suwono yang awalnya tak sadar bila hasil penampungan limbah tinja yang ia lakukan menghasilkan pupuk cair yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Tanaman padi yang dialiri air limbah tinja tumbuh lebih lebat, hijau dan menghasilkan padi yang jauh lebih banyak. Awalnya, Suwono tak berani memakan hasil padi  tersebut. Hingga hasil tes laboratorium UGM malah menunjukkan hasil yang mencengangkan. Selain kandungan gizi yang lebih tinggi , padi yang diberi pupuk limbah tinja manusia ternyata rendah toksin dibanding padi yang diberi pupuk kimia.
Suwono berhasil mengubah masalah menjadi berkah, pupuk yang ia ciptakan dari fermentasi limbah tinja manusia dengan air tetes tebu  ini menjadi pupuk organik. Suwono pun membagikan ilmu yang didapatnya itu. Walau sayang upayanya itu tak mendapat dukungan yang baik dari dinas pertanian setempat. Suwono tak menyerah dan tetap berbagi dengan petani lainnya. Dibantu pihak BTPN, Suwono membagikan ilmu yang dimilikinya untuk para pensiunan untuk tetap berkarya dan berpola hidup sehat dengan makanan tanpa residu zat kimia.
Serupa dengan kisah Suwono, kisah Bodro Irawan yang ditulis Kompasianer Mubarok memiliki kisah berbagi. Bodro Irawan yang biasa disapa Wawan . Bermimpi menjadi seorang pengusaha mandiri, Wawan bahkan tak pernah melamar menjadi pegawai kantoran atau karyawan perusahaan.
Setelah berjuang, jungkir balik Wawan mencapai impiannya menjadi pengusaha fotocopy dan jasa komputer. Semua kisah jatuh bangun yang dialami  membuat Wawan tampil kuat dan terus berdaya. No Point to Return begitu Wawan menyemangati dirinya sendiri.
 Setelah bermitra dengan BTPN , Wawan terus menembus semua mimpinya. Dengan program Daya , usaha wawan makin berkibar. Pelatihan yang didapat dari BTPN membuatnya tampil percaya diri dan lebih moncer .
Wawan tak melulu mengejar keuntungan materi , pada titik ini Wawan  berbagi ilmu dengan membuka kursus komputer gratis bagi masyarakat umum. Kenangan ditipu oleh seseorang yang membawa lari komputernya tak membuatnya dendam. Malah, Wawan melawan kenangan pahitnya dengan berbuat sebaliknya. Berbagi ilmu dengan kursus komputer gratis merupakan karakter berbagi . Sebagai seorang petarung, Wawan telah berhasil mendapatkan apa yang ia impikan.
Kisah Anik Sriwatih yang berjuang di bekas lokalisasi Dupak Surabaya berhasil dipotret oleh Kompasianer Hadi santoso. Artikel yang menyabet juara pada lomba blog Dayakan Indonesia pada tahun 2015 ini mengisahkan perjuangan seorang wanita yang berbagi ketrampilan untuk memulai hidup baru. Dupak Bangunsari yang terkenal sebagai lokalisasi PSK itu ditutup Pemkot Surabaya pada tahun 2012. Anik Sriwatihpun banting setir dari penjual kopi lalu  membentuk Rumah Kreatif Kembang Melati yang memproduksi handycraftseperti dompet, tas, bros hingga keset bermotif.