Namun, keadaan seperti ini bisa terjadi kepada siapa saja. Tak perduli , apakah sedang tambun alias banyak uang atau sedang paceklik ,tak memiliki uang. Sakit datang tanpa permisi.
Apalagi bila memiliki anak usia 0-4 tahun, penyakit rentan menyerang . Anak usia 0-4 tahun merupakan kelompok tertinggi yang melakukan rawat jalan hingga 16,9% (Rikesda,2014). Dengan pola hidup dan tingkat polusi yang tinggi , gangguan kesehatan dikota besar menjadi hal yang paling rentan .
Dengan bonus demografi yang dinikmati Indonesia , kenaikan angka keluarga muda di Indonesia terus meningkat. Angka usia produktif (15-64 tahun) akan mencapai 70 persen pada tahun 2020-2030. Melihat angka produktif yang sangat besar, maka jumlah keluarga juga akan naik secara gradual mengikuti struktur pertumbuhan penduduk.
Keluarga inti dalam struktur penduduk di Indonesia adalah bapak, ibu dan tiga orang anak. Dalam perkembangannya , keluarga menjadi satu paket sasaran promosi. Maka, tak asing lagi bila mendengar wisata paket keluarga, paket makan keluarga, karaoke paket keluarga, maka tak berlebihan bila industri asuransi juga menyasar paket asuransi keluarga. Seperti apa yang dilakukan Asuransi JAGA DIRI .
Asuransi ‘Jaga Sehat Keluarga’ (JSK) yang dikenalkan asuransi JAGADiRI merupakan sebuah produk baru. JAGADIRI sendiri adalah brand dari Perusahaan Central Asia Financial (CAF) sejak 27 Januari 2015. Dengan tagline “JAGADIRI, Asuransi Tanpa Beban” . Setelah setahun yang lalu mengenalkan produk Jaga Aman, Jaga Aman Instan, Jaga Jiwa, Jaga Sehat Plus, Jaga Sehat DBD maka tahun 2016 ini asuransi JAGADIRI mengembangkan sebuah produk satu premi (harga) dengan perlindungan keluarga lengkap. Hanya membayar (mulai) Rp 280.700 perbulan untuk lima orang tertanggung.
Dengan menyasar kalangan urban yang lekat dengan dunia digital. JAGADIRI menancapkan diri pada line yang tak banyak dilirik perusahaan asuransi lainnya. Menjadi pelopor asuransi berbasis e-commers. Memotong mata rantai peran broker agent , JAGADIRI menajamkan peran digital marketing ,dengan asumsi bahwa pertumbuhan pengguna smartphone tumbuh signifikan mencapai angka 82 juta pengguna aktif.
Dari 82 juta pengguna smartphone berbasis internet , sebanyak 37,8% pernah melakukan transaksi online atau e-commers. Dan uniknya 70% pernah melakukan transaksi produk fashion secara online. Atas asumsi inilah JAGADIRI yakin asuransi akan laku dijual melalui jaringan online atau e-commers.Selain itu JAGADIRI juga mengandalkan telemarketing dan community marketing untuk menambah daya gedor pertumbuhan penjualan yang tahun 2016 ini menargetkan pertumbuhan hingga 120% dengan nilai Rp 33 Milyar . Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan penjualan hingga 17000 polis.
Dalam pemaparannya Reginald J Hamdani, yakin JAGADIRI mampu melakukan metamorfisis bisnis asuransi yang tak berbasis agen. Dengan terputusnya fee agen maka angka premi bisa ditekan dengan harga yang paling bersaing. Maka, asuransi JSK bisa ditebus dengan angka yang sangat ringan. Bandingkan saja dengan premi paket asuransi kesehatan keluarga perusahaan asuransi sejenis. Inilah salah satu unggulan selain kemudahan dalam proses klaim yang tidak perlu ribet karena dilakukan dengan proses online. Bahkan double klaimpun tak jadi masalah bila telah memiliki paket asuransi lainnya.
Bahkan , JAGADIRI berani menjungkirbalikkan pendapat kebanyakan orang ,bila premi asuransi lain akan melayang hilang . Lenyap tanpa bekas. Asuransi JSK bila tidak ada klaim , 25% uang premi pertahun akan dikembalikan kepada peserta Jaga Sehat Keluarga . Selain itu, banyak bonus yang diberikan JAGADIRI kepada para peserta asuransi JSK, termasuk tiket gratis noton di Blitz Megaplex Grand Indonesia , karaoke sekeluarga di Inul Vista dan DIVA. Mau, yang lebih menantang coba bermain arus di aliran sungai bersama Arus Liar.
Pertumbuhan asuransi di Indonesia menurut World Economic Forum diprediksi akan naik secara signifikan. Dperkirakan hingga tahun 2018 angka pertumbuhan akan melewati angka dua digit pertahun. Angka ini didapat dari pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang semakin lebar (54,6% ) dan akan menembus diatas angka 60 % pada tahun 2015 (Data BPS,2012) . Pada tahun 2018 diperkirakan industri asuransi akan menyentuh angka Rp 500 Trilyun.