Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Melihat dari Dekat ‘Wajah Baru’ Tiga Stasiun Lintas Barat Bersama Dirjen Perkeretaapian

9 Mei 2016   08:15 Diperbarui: 9 Mei 2016   19:07 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga Stasiun Modern Dengan Daya Tampung Besar

Sejatinya jalur lintas barat adalah jalur yang mempunyai sejarah tersendiri. Selain jalur bogor , lintas Tanah Abang – Merak sudah ada sejak zaman Belanda. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, jalur lintas barat telah menjadi urat nadi transportasi yang menghubungkan Batavia dengan wilayah Banten. Perkebunan karet tumbuh di wilayah Daru, Tenjo hingga wilayah Maja.

Bahkan wilayah Rangkasbitung menjadi lumbung beras yang penting bagi wilayah banten . Adanya jalur kereta menjadi distribusi hasil perkebunan dan pertanian. Jadi, jalur lintas barat bukanlah jalur baru. Namun jalur yang telah memberikan kontribusi ekonomi  dan pergerakan manusia yang cukup penting.

Kini, setelah Indonesia merdeka dan tumbuh menjadi negara besar yang berdaulat. Jalur kereta lintas barat yang semula tidak mengalami perkembangan bahkan cenderung terlupakan mulai dibenahi. Dalam rentang sepuluh tahun terakhir ,perubahan terus dilakukan . Baik dari jalur ganda yang awalnya hanya sampai di Serpong lalu berlanjut hingga parung panjang dan terakhir sampailah di Stasiun Maja. Saat ini pembangunan jalur ganda terus dilaksanakan hingga stasiun Rangkasbitung.

Rencananya Rangkasbitung akan menjadi stasiun yang bisa melayani KRL dengan jalur ganda sebelum tahun 2019. Dengan begitu, kereta diesel hanya melayani jalur Rangkasbitung hingga Merak.

Hingga saat ini, jalur lintas barat sudah jauh berkembang. Bila melintas di jalur ini tak akan ditemui lagi penumpang diatas atap, kereta yang berisi hewan ternak, hasil pertanian dan para pedagang asongan yang mondar mandir. Sekitar stasiun juga sudah steril dari bangunan semipermanen yang biasa digunakan sebagai warung.

Sebagai komitmen dalam melayani penumpang dengan baik, maka Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) sebagai regulator moda berbasis rel  melakukan gawe besar. Dengan dana APBN sebesar Rp 113,77 Milyar dibagunlah tiga stasiun utama sejak pertengan tahun 2014.

Menggunakan anggaran multiyears (tahun jamak) , dibangunlah tiga stasiun utama. Setelah berhasil merampungkan stasiun Palmerah setahun yang lalu. DJKA menyasar Stasiun Kebayoran , Stasiun Parung Panjang dan Stasiun Maja. Pilihan tiga stasiun ini jelas punya alasan.

Bila dilihat dari lokasi dan jumlah pengguna kereta di tiga stasiun ini berkembang pesat. Stasiun Kebayoran berada di kawasan ekonomi dan pemukiman padat di  selatan Jakarta. Sebagai stasiun pengumpan dari moda darat lainnya. Pergerakan dari dan ke stasiun kebayoran  cukup tinggi.

Sedang stasiun Parung panjang dibangun karena kebutuhan pengguna kereta yang tumbuh dengan cepat. Parung Panjang walau termasuk wilayah Kabupaten Bogor namun lebih dekat dengan kabupaten Tangerang. Di wilayah ini tumbuh banyak hunian perumahan modern. Pergerakan pengguna kereta dari stasiun parung Panjang  cukup tinggi. Stasiun ini juga digunakan sebagai stasiun transit bagi KRL feeder dari  stasiun Maja.

Selain itu  stasiun Parung Panjang  juga akan direncanakan  menjadi  tempat ujicoba kereta baru yang akan disertifikasi sehingga layak beroperasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun