Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sinetron Candra Kirana, Setting Lokasi yang Tidak Cermat

22 April 2016   06:34 Diperbarui: 22 April 2016   07:30 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinetron punya peran bagi terbentuknya sikap dan pola pikir. Bisa jadi apa yang ditayangkan akan dimaknai sebagai  contoh kehidupan. Baik gaya berpakaian, gaya konsumtif, hingga gaya  si tokoh sinetron. Jangan sampai, sinetron malah menimbulkan masalah sosial dan kerawan pola pikir yang hedonis, ambigu  dan egois.

Sinetron Candra Kirana Tak Cermat

Salah satu contoh terbaru dari tayangan sinetron yang tak mengindahkan pembuatan yang baik adalah sinetron Candra Kirana. Tayangan sinetron yang berkisah tentang sebuah keluarga yang tak utuh, Ayah dan dua putri ciliknya. Dikisahkan untuk merubah kehidupan, sang ayah rela menikah dengan seorang wanita kaya yang telah memiliki dua orang anak. Kisah ini seolah digambarkan boleh berbohong untuk sebuah kebaikan. Maka tema : ayo lakukan kebohongan  menjadi tema sentral.

Akhirnya, bukan saja si Ayah (diperankan Teddy Syah) yang melakukan kebohongan tapi sang anak juga turut serta berbohong demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Alih alih menggambarkan perjuangan seorang ayah yang luar biasa, sinetron ini menggambarkan bagaimana cara agar kebohongan demi kebohongan bisa ditutupi.

Itu dari sisi tema cerita , dari penampilan para tokoh pemain. Tokoh antagonis, Marni tampil dengan sikap yang lebih aneh lagi. Punya suami yang sah malah mengejar suami orang. Sudah begitu sang suami malah tak terlalu mempermasalahkan. Bayangkan, absurdnya cerita sinetron ini .

Satu tokoh berbohong besar yang sangat  fatal , sedang tokoh lainnya merusak hubungan pernikahan demi si lelaki yang dikejarnya mau menikahinya. Coba dengan akal sehat dikaji cerita sinetron ini. Keluar dari pemikiran logis , bukan ?

Apa yang dijual sinetron ini adalah uraian air mata dan kesedihan sang anak, Candra dan Kirana. Hidup terlunta lunta ditengah ‘kegilaan’ orang dewasa yang tak masuk akal.  

Itu sih masih bisa diperdebatkan. Coba tengok , sinetron ini mengambil gambar di kawasan TMII. Walau ada upaya mengelabui penontoin dengan men-blur latar belakang gambar tak pelak penonton bisa menebak dengan mudah setting lokasi berada di TMII.

Dengan serampangan, setting lokasi begitu diabaikan. Asal bisa take adegan. Anjungan rumah adat begitu  terlihat  hingga nama rumah adat bisa terbaca dengan jelas. Lalu, dimana profesional si pembuat sinetron ini ? setting lokasi yang elementer saja begitu kacau dan amburadul. Seakan tak ada lokasi yang lebih baik lagi.

Sangat aneh bin ajaib. Sebuah sinetron yang punya rating baik ini dibuat asal asalan.Ingat, penonton tak semuanya bodoh, penonton akan bisa menilai apakah tayangan ini profesional, baik secara konten atau hanya semacam hiburan yang asal jadi.

Jangan jadikan sinetron semakin rendah saja, kreatiflah. Bekerja dan berkaryalah dengan profesional. Jangan pertaruhkan , karya sinetron yang tak layak untuk terus ditonton. Jangan lupa, era MEA sudah terbuka. Bisa jadi penonton Indonesia akan lebih melirik tayangan sinetron  asal negara lain. jangan sampai, kita malah disajikan tayangan yang berkualitas dari Turki, Korea, China, India atau Thailand karena kita memang tak becus membuat sinetron yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun