Seorang wanita asal Jatipadang, Pasar Minggu bahkan rela mengantri lebih dari satu jam karena alasan: sayang kalau sudah datang tak dapat apa apa. Wanita yang datang bersama tiga sahabatnya ini yakin bisa membawa pulang buah korma. Plastik sudah ada di tangan sebagai wadah untuk membawa buah korma gratis.
Saya juga melihat petugas yang terus mewanti-wanti agar pengunjung mengambil buah korma seperlunya saja karena alasan berbagi dengan pengunjung yang sudah antre di belakang. Walau saya lihat tetap saja ada pengunjung yang nakal yang mencoba mengambil dalam jumlah banyak. Mungkin dalam pikirannya, mumpung gratis ini, kapan lagi?
Beda lagi suasana di lantai dasar (basement) Museum Nasional yang antre untuk mendapatkan Kitab Suci Al Qur’an dari panitia. Antrean di basement ini juga mengular panjang. Walau menggunakan sistem kupon untuk ditukarkan tetap saja antrean melebihi stok Al Qur’an yang ada. Hal ini membuat pengunjung yang sudah rela antri menjadi kecewa. Apalagi sudah datang jauh jauh dari Bekasi, seperti yang dialami seorang bapak yang datang bersama keluarga besarnya. Beruntung ia bisa memahami bila pengunjung yang luar biasa banyak membuat stok Al Qur’an cepat sekali habis.
[caption caption="Pakaian hhas wanita Saudi yang dipamerkan, booth terlihat tidak memiliki penjelasan yang lengkap | Foto: Rushan Novaly"]
Pameran kebudayaan ini tentu menarik perhatian khalayak ramai di Jakarta. Pemerintah Saudi Arabia tentu punya maksud dengan diadakannya pameran ini. Sebuah promosi wisata? Atau sebuah pemeran persahabatan semata? Atau mungkin sebuah upaya memperlihatkan keadaan Timur Tengah yang aman-aman saja?
Saya mencoba menerka apa maksud diadakannya pameran kebudayaan Saudi Arabia di Jakarta. Selain di Museum Nasional,  acara serupa juga diadakan di TMII tepatnya di anjungan Provinsi Aceh dan juga di Taman Ismail Marzuki  Cikini.
Mungkin pameran ini diadakan sebagai upaya Saudia Arabia mengenalkan kebudayaannya kepada negara-negara muslim lainnya. Terutama Indonesia yang menjadi negara sahabat yang mempunyai andil dalam mengirim jumlah jama’ah haji terbesar dan pengirim jama’ah  umroh yang paling aktif.
Dengan diadakannya pameran kebudayaan ini, diharapkan masyarakat Indonesia terutama warga Jabodetabek dapat mengenal lebih dekat dengan negara Saudi Arabia terutama budaya dan kesenian asli Saudi.
Namun bila pameran kebudayaan  Indonesia diadakan di Kota Riyadh atau kota besar di Saudi apakah antusisme pengunjungnya sama dengan masyarakat Jabodetabek? Patut dicoba, bagaimana Kementerian Pariwisata dan Kementerian Luar negeri mau dicoba? Coba kasih gratis makanan tradisional Indonesia, apakah akan sama antusiasmenya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H