Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengenal Lebih dalam Karinding, Kesenian Tatar Sunda yang Melegenda

2 Januari 2016   07:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:34 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Karinding , alat musik khas tatar sunda | Foto : Rushan Novaly "][/caption]Pernah dengar kata karinding? bagi orang yang berasal dari Jawa barat atau sebagian Banten mungkin sudah tahu apa yang dimaksud dengan karinding.

Tapi bila belum tahu seperti saya maka ada baiknya saya perkenalkan kesenian musik yang ternyata telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Memang sih tidak ada yang tahu pasti sejak kapan kesenian musik karinding ditemukan. Yang pasti seni karinding adalah kesenian daerah tatar sunda yang harus dilestarikan.

Siang itu saya menemui tiga anak muda yang sedang bertugas menjaga sebuah stand di area Tangerang Youth Festival 2015. Seorang diantaranya bernama Pungki. Karena penasaran melihat beberapa bambu yang terlihat unik saya sempatkan bertanya langsung kepada Pungki tentang kesenian musik Karinding . Selain alat musik karinding terdapat pula beberapa jenis alat musik pendukung lainnya seperti Celepung, Gong Tiup dan Bambu air.

Pungki dan beberapa temannya tergabung dalam sebuah komunitas seni tradisional yang bernama BAKKAR yang punya kepanjangan Barak Karinding. Bakkar sendiri lahir dari kepedulian para seniman jalanan yang biasa membawakan alat-alat musik yang terbuat dari bambu. Lahir pada tahun 2010 dan saat ini bermarkas di kampung Pasir Jaha Desa Sentul Jaya Kecamatan Balaraja.

Pungki banyak memberikan keterangan mengenai karinding dan mencoba membunyikan alat musik karinding. Suara yang terdengar khas. Saya jadi ingat intro salah satu lagu Bon Jovi. Suaranya mirip .

Karinding adalah alat musik tiup yang terbuat dari pelepah aren atau bambu dengan ukuran 20 cm X 1 cm. Untuk bahan pembuat karinding haruslah dari bambu khusus yang telah berusia tua. Bahkan ada mitos, untuk mengambil bahan karinding harus diambil ketika suara guntur sedang menggelegar. Benar atau tidaknya mitos ini saya sendiri tidak bisa memastikan.

Karinding terbagi dari tiga bagian. Bagian untuk memegang disebut pancepengan, bagian keluarnya suara /nada yang terdapat jarum disebut cecet ucing atau ekor kucing sedang bagian ujung karinding di sebut panenggeul (pemukul). Nah bila bagian ini dipukul maka jarum akan bergetar lalu rapatkan ke rongga mulut , maka akan didapatkan bunyi yang khas. Si pemain karinding harus mampu mengalirkan udara dari hembusan napas. Improvisasi pemain sangat dibutuhkan, karena karinding harus dimainkan dengan penghayatan perasaan yang khusus.

Karinding menurut ulasan Jaap Kunts yang tertulis pada buku Music In Java adalah “ Tasik district the Jaw’s harp is called karinding only when cut from wood ; when made from bamboo. It is there called Kareng” . Walau pada kenyataannya orang lebih menyebut karinding ketimbang kareng.

Untuk lebih jelasnya saya akan kutip karinding versi ensiklopedia Sunda “ Karinding adalah alat bunyi bunyian dalam karawitan sunda yang dibuat dari pelepah aren atau bambu, dibunyikan dengan pukulan jari tengah dengan rongga mulut sebagai resonator. Dahulu dipergunakan sebagai sarana hiburan para penggembala kerbau atau kambing di kampung kampung. Di daerah Banten , karinding dipergunakan oleh remaja sebagai alat komunikasi waktu mencari kekasih. Alat ini dibunyikan di serambi rumah ketika sore hari saat bersantai setelah bekerja, para gadis yang mendengarkan biasanya mendekati para si penabuh alat ini.”

Karinding menurut peneliti Giar Gardan pada tahun 2012 dengan judul penelitian : Kelompok musik Karinding Attack di Bandung Jawa Barat. Karinding sebagai alat musik masuk dalam kategori aerophone karena karinding berbunyi menggunakan mulut sebagai resonator. Seperti apa yang tertulis dalam sebuah definisi musik berikut ini : “ It is difficult to place the jew’s harp in the system of music instrument . On the other hand it si classified as plucked idiophone , together with the musical clocks : the plucked part of the instrument sounds itself. On the other hand, the jaw’s harp belongs to the aerophones.” (www.danmoi.com)

Lahir Dari Masyarakat Agraris

Karinding sebagai alat musik dan kesenian tradisional seperti juga alat musik dari daerah lainnya di Indonesia seperti rinding (Yogyakarta), genggong (Bali), dunga (Sulawesi), karindang (Kalimantan) terbuat dari bahan yang terdapat didalam alam.

Karinding sendiri terbuat dari pelepah pohon aren atau batang bambu. Alamlah yang menyediakan bahan bakunya. Masyarakat yang memiliki cita rasa seni lalu mengubah bahan dari pepohonan untuk dijadikan alat musik.

Indonesia adalah negara agraris dimana kehidupannya lekat dengan alam sekitar. Maka bila dicermati banyak sekali alat musik yang dikreasikan dari bahan bahan yang berasal dari bagian tanaman atau pohon.

Selain itu Karinding awalnya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari hari. Sebagai media hiburan dan media komunikasi pada masyarakat tradisional. Selain itu juga alat musik tradisonal digunakan sebagai pelengkap upacara adat baik tarian, nyanyian hinga pada upacara kematian.

Fenomena saat ini dimana budaya tradisional terus dicoba digali, dilestarikan dan diperkenalkan ditingkat nasional hingga tingkat dunia internasional. Maka perlu peran pemerintah mengangkat kesenian musik tradisional tampil pada acara acara resmi kenegaraan. Dimana jatidiri bangsa bisa diperlihatkan lebih jelas kepada tamu dunia.

Saya jadi teringat kebiasaan Presiden Soeharto bertukar cinderamata dengan tamu negara asing. Biasanya Presiden Soeharto bertukar wayang, kain batik hingga keris.

Sebuah Mini Orkestra

Berbincang dengan Pungki pengetahuan saya tentang Karinding bertambah lengkap. Saya menanyakan banyak hal tentang karinding . Termasuk upaya dari komunitas BAKKAR untuk melestraikan alat musik tradisional ini di Banten.

Ditengah serbuan alat musik barat yang jauh lebih praktis serta terlihat ‘mewah dan gagah’. Barak Karinding sendiri telah berupaya memberikan pengetahuan tentang karinding melalui pertunjukan, ikut pagelaran seni , hingga mencoba mengenalkan lewat berbagai media.

Memang tak mudah. Karena Karinding yang terlihat sangat tradisionil. Generasi muda kebanyakan juga tak banyak menaruh minat untuk mengembangkan kesenian musik ini. Tapi ditengah ‘sepi’nya peminat musik tradisional muncul orang orang ‘luarbiasa’ yang mencoba mempertahankan eksistensi musik tradisional seperti Karinding.

Pungki menjelaskan, awalnya komunitas ini digawangi Rita ,Muklis, Jojo, Yopi dan Ncek Raruyukan. Sebelumnya mereka memainkan alat musik songsoe, sejenis alat musik yang terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 60 Cm dan berdiameter 2 cm. Di bagian ujung bambu di lubangi membentuk hurup “V” dengan cara dicungkil. Alat songsoe di mainkan dengan cara ditiup tepat pada ujung “V”.

Begitu mengenal karinding, mereka sangat tertarik dan mencoba belajar pada Kang Mamat yang mendirikan sanggar Karinding Reang di Bandung . Bergurulah mereka ke Bandung. Setelah dirasa menguasai karinding dan dibekali alat karinding setiap orang satu dimulailah upaya anak muda Tangerang ini melestarikan karinding di tanah Banten.

Uniknya di komunitas BAKKAR, karinding dikawinkan dengan beberapa alat musik lainnya yang tak kalah uniknya. Pungki menjelaskan minimal ada delapan pemain yang tampil dalam sebuah pertunjukan. Bahkan biasanya mereka tampil dengan lebih banyak orang.

Bisa dibayangkan bila permainan alat tradisonal karinding di kreasikan dengan alat musik seperti: celempung, bambu air, gleger, song soe, gong tiup , jimbe hingga gitar. Selain nada unik yang berhasil diciptakan. Pada setiap penampilan disisipkan pula pentas teater dan pembacaan puisi . Jadi setiap penampilan tidak hanya suara karinding tapi suara dari alat alat musik lain yang menciptakan tren gaya musik yang diberi nama Teater musik kontemporer.

Barak Karinding memulai petualangan musiknya pada kegiatan dan pentas pentas lokal lalu berlanjut pada undangan pementasan di beberapa kampus. Selain itu Pungki juga menjelaskan Barak Karinding pernah tampil di ajang perayaan Konferensi Asia Afrika pada tahun 2015 di Bandung. Barak Karinding juga pernah tampil di festival di TMII lalu tampil di Praktika atau taman perdamaian, Banten Radio dan beberapa tempat lainnya.

[caption caption="Pungki sedang mendemontrasikan salah satu alat musik tradisional | Foto : Rushan Novaly"]

[/caption]Melakukan Edukasi dan Pengenalan Seni Karinding

Selain pentas Barak Karinding juga melakukan edukasi dan pengenalan tentang karinding selain juga memberikan alat musik karinding kepada penyelenggara acara dimana mereka tampil. Karinding juga ditawarkan kepada siapa saja yang ingin memiliki dan mencoba belajar. Harganya pun tergolong murah.

Barak karinding yang lahir dari seniman jalanan mulai mendapatkan tempat ketika masuk kedalam Kominitas pengamen jalanan (KPJ) lingkar bitung, Tangerang. Di komunitas inilah barak karinding lebih menyebarkan pengenalan terhadap alat musik karinding diantara seniman jalanan lainnya.

Barak Karinding juga menyewa sebuah rumah petak ukuran 3 X 3 meter sebagai tempat mengajari anak remaja dan pemuda yang tertarik ingin belajar tentang Karinding. Proses meng-edukasi ini terus berjalan hingga menarik minat para pemuda kampung Jaha.

Keterlibatan para pemuda kampung Jaha untuk mengenal dan belajar karinding dimulai ketika mempersiapkan pentas seni pada acara agustusan 2013. Pada momen peringatan kemerdekaan inilah lahir satu karya teater musik kontemporer dimana pemuda Jaha yang memainkannya.

Hubungan barak karinding dengan pemuda Jaha berlanjut dengan diadakannya Musyawarah pertama Barak Karinding pada 22 Febrauri 2015 yang diikuti kurang lebih tiga puluh orang dari berbagai kelompok yang pernah ikut mem’bidani’ lahirnya Barak Karinding. Pada musyawarah ini disepakati AD/ART, visi misi, kepengurusan dan cita-cita kedepan.

Barak karinding dari komunitas senian jalanan lalu berlanjut lebih solid lagi dalam sebuah perkumpulan yang lebih tertata. Diharapkan perkembangan Barak Karinding jauh lebih pesat lagi.

Salam Karinding

Sumber Bacaan:

Hand out Barak Karinding Balaraja 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun