Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertamina Sang Elang yang Terbang Tinggi

28 Desember 2015   14:04 Diperbarui: 28 Desember 2015   14:18 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar : KATADATA"][/caption]Siang yang terik di Pantai Kalbut, Situbondo tak menyurutkan langkah kami untuk menaiki kapal tunda yang disewa pihak Pertamina untuk mengantar kami menuju kapal tanker milik Pertamina Gas (Pertagas) yang stay di tengah laut  .  Dua Kapal tanker gas  terbesar didunia ini dibeli pihak Pertamina dari perusahaan  Korea selatan sebagai kapal penyimpan gas untuk kebutuhan wilayah Indonesia timur. Dua kapal tanker kembar ini mendapat pasokan dari kapal pengisi dari Timur tengah dan kilang LNG Bontang . Kapal Tanker ini kembali memasok ke kapal carrier untuk di distribusikan ke pulau pulau di wilayah Indonesia timur. Pemilihan kapal Tangker super besar jauh lebih efektif ketimbang membangun kilang penampungan didarat.

Itu pengalaman saya melihat langsung upaya Pertamina menjadi perusahaan yang menjaga keamanan energi nasional. Peran menjaga pasokan minyak dan gas mulai dari proses hulu hingga hilir menjadi salah satu tanggung jawab Pertamina. Selaku perusahaan BUMN dibidang energi peran Pertamina sangatlah penting. Apalagi saat ini Indonesia mengalami defisit minyak bumi dan sejak tahun 2003 menjadi net importir minyak . Kebutuhan konsumsi minyak secara nasional mencapai 1,5 juta barrel per hari (bph) sedang produksi dalam negeri hanya menembus angka 825.000 bph . Selisihnya tentu di impor dari negara penghasil minyak yang lain.

Potret Migas Indonesia Saat ini

Era kejayaan minyak Indonesia telah berakhir. Ladang ladang minyak yang dulu menghasilkan hingga 1,5 Juta barel per hari pada era tahun tujuh puluhan kini sudah jauh menurun . Cadangan minyak terbukti Indonesia per Desember 2013 berada pada kisaran 3,46 milyar barel. Dengan cadangan sebesar itu Indonesia berada pada posisi ke-28 diantara negara penghasil minyak dunia.Sebagai pembanding , Venezuela memiliki cadangan sebesar 298,3 milyar barel sedang Arab Saudi memiliki cadangan sebesar 265,9 Milyar barel . Tingkat konsumsi dua negara tersebut sangat jauh dari konsumsi Indonesia. Itu berari tingkat pengurasan minyak Indonesia jauh lebih besar. Dengan cadangan yang begitu melimpah Venezuela memproduksi minyak sebesar 2,73 juta barel perhari sedang Arab saudi memproduksi minyak hingga 11,53 juta barel per hari.

Dari negara pengekspor minyak dunia menjadi pengimpor minyak . Tentu hal ini menjadi kerugian sekaligus tantangan untuk dihadapi. Pemerintah berusaha menambah ladang minyak baru atau memaksimalkan ladang minyak lawas yang masih berproduksi. Walau belum nampak hasilnya, usaha kearah tersebut terus dilakukan. Melalui Pertamina , harapan itu dibentangkan

Pertamina sebagai perusahaan BUMN merasa terpanggil untuk mengatasi masalah energi nasional. Ada empat hal yang menjadi issue utama di bidang energi di Indoensia :

1. Defisit antara produksi dan konsumsi minyak nasional.
2. Distribusi dan ketersedian BBM di seluruh pelosok wilayah Indonesia.
3. Pengelolaan blok migas dilapangan yang telah habis kontrak kerjasama.
4. Pencarian  ladang minyak baru yang potensial dan bernilai ekonomis.

Empat hal ini menjadi masalah yang tidak mudah untuk segera diatasi. Investasi di bidang migas dikenal padat modal dan juga padat teknologi . Artinya investasi di bidang migas memerlukan dana yang sangat besar dan membutuhkan teknologi tingkat tinggi yang belum seluruhnya dimiliki anak bangsa.Terutama teknologi eksplorasi laut dalam.

Melebarkan Sayap Ke Luar Negeri untuk Memenuhi Pasokan dalam Negeri

Untuk mengatasi defisit migas yang terjadi Pertamina melakukan ekspansi investasi di lapangan migas di luar negeri . Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) membuka peluang berinvestasi di luar wilayah Indonesia.

Saat ini PIEP telah melakukan tiga investasi di tiga negara berbeda. Melebarkan sayap usaha ke luar negeri adalah salah satu upaya untuk menembus target 2025 mencapai angka 500 ribu barrel per hari. Di tengah menurunnya produduksi migas dalam negeri . Hal yang menjadi salah satu pilihan adalah melakukan ekspansi dengan investasi ke luar negeri.

PIEP saat ini telah memiliki 11 lapangan miyak pada enam kontak kerjasama migas (PSC) di Serawak dan Sabah Malaysia. Selain Malaysia , PIEP juga memiliki satu lapangan minyak di negara 1001 malam Irak yakni TSC West Qurna dengan kepemilikan saham sebesar 10 persen. Aljazair adalah negara ketiga yang menjadi tempat berinvestasi PIEP . Di negara ini PIEP menguasai tiga lapangan minyak yakni Menzel Lejmat North (MLN) dengan nilai kepemilikan 65 persen dari Conoco Phillips Algeria Limited (COPAL) yang ditandatangani pada tahun 2013 , di lapangan minyak EMK nilai kepemilikan PIEP sebesar 6,9 persen sedang di lapangan minyak OHD sebesar 3,73 persen.

Pertamina melalui anak usahanya PIEP juga berencana akan menambah investasi di Aljazair pada tahun depan. Rencana ini disampaikan Direktur Hulu Migas Pertamina Syamsu Alam di Jakarta (10/12) “Banyaknya aset dan perusahaan yang distress sehingga kesulitan keuangan” akibat ajloknya harga minyak dunia banyak perusahaan minyak yang gulung tikar. Peluang ini tentu harus dimanfaatkan dengan melakukan investasi di lapangan minyak yang potensial. Pertamina sudah menyiapkan dana besar untuk melakukan penambahan investasi di Aljazair. Restu sudah dimiliki Pertamina dari para pemegang saham. Lampu hijau juga sudah diberikan Komisari Utama Pertamina Tanri Abeng . Bahkan pada rencana kunjungan Presiden Jokowi tahun depan ke Aljazair diprediksi dalam rangka meresmikan ladang minyak yang berhasil diakuisisi Pertamina.

Presiden Direktur PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) Slamet Riadhy memaparkan pada hari selasa (22/12) di Jakarta hingga November 2015 realisasi produksi lapangan minyak luar negeri mencapai 113.500 BOEPD. Jumlah sebesar itu didapat dari hasil net share lapangan minyak di Malaysia sebesar 38.400 BOEPD ,Aljazair 38.800 BOEPD dan dari Irak sebesar 36.300 BOEPD . Walau jumlah minyak dari lapangan luar negeri masih terlihat kecil dibanding kebutuhan konsumsi dalam negeri . Ada nilai positif bagi perkembangan bisnis dan upaya kemandirian energi nasional.

Jumlah pencapaian lapangan minyak luar negeri tahun 2015 sebesar 113.500 BOEPD melampaui target yang telah dipatok sebesar 94.800 BOEPD. Untuk tahun 2016 target pencapaian di patok pada angka 104.000 BOEPD. Hasil ini tentu cukup menggembirakan dan menambah kepercayaan diri Pertamina untuk terus melebarkan sayapnya.

Hasil lapangan minyak luar negeri sebanyak 80 persen dikirim ke Kilang minyak Cilacap dan Kilang minyak Balikpapan. Walau ada sebagian juga yang dijual di pasar internasional dikarenakan jadwal pengapalan yang tidak pas atau karena jenis spesifikasi minyak tidak sesuai.

Slamet Riadhy juga mengatakan optimismenya dalam rentang sepuluh tahun yang akan datang lapangan minyak luar negeri akan bertambah dan tumbuh sepuluh kali lipat hingga 600.000 bph dari pencapaian tahun ini. “Kami berharap (produksi minyak dari luar negeri ) dapat menekan impor “ Ujar Slamet Riadhy dengan nada percaya diri.

Nilai investasi PIEP tahun ini di Malaysia dan Aljazair mencapai angka US$ 300 juta sedang untuk ladang minyak di Irak PIEP hanya menggelontorkan biaya operasional .

[caption caption="Perbandingan nilai investasi yang sangat besar pada kegiatan Migas | sumber : Katadata "]

[/caption]

Mengambil Alih Kemudi Blok Mahakam untuk Kejayaan Nasional

Isu Blok Mahakam tahun 2015 ini memang seksi. Ladang migas yang terletak didelta sungai mahakam ini memang menggiurkan semua pihak. Saat ini blok migas yang telah beroperasi sejak tahun 1967 masih menghasilkan 1,6 milyar kaki kubik gas plus kondensat sebesar 67 kilo barel setara minyak. Wilayah kerja blok mahakam saat ini dikelola secara patungan antara perusahaan migas asal Prancis Total E&P Indonesie dan perusahaan migas asal Jepang Inpex Corporation.

Blok Mahakam akan berakhir pada tahun 2017. Itu berarti dua tahun menjelang blok penghasil gas terbesar di tanah air berganti pengelolaan kontrak kerja. Pemerintah melalui Kementrian ESDM memutuskan untuk memberikan pengelolaan wilayah kerja Blok Mahakam kepada Pertamina. Keputusan ini tentu membawa implikasi positif bagi kepentingan dan kemandirian nasional. Hanya saja keputusan ini membuat pihak pihak lain bereaksi. Mulai isu partisipasi daerah sebesar 10 persen hingga keinginan pihak Total E&P untuk tetap mengelola ladang minyak blok mahakam sebesar 35%.

Sebagai informasi, Blok Mahakam memiliki cadangan gas terbukti sebesar 29,85 Trilyun kaki kubik dan cadangan minyak terbukti sebesar 2,46 miliar barel. Dengan cadangan yang menggiurkan ini tentu nilai blok mahakam masih potensial. Apalagi bila jumlah sebesar ini dipergunakan untuk kepentingan nasional . Pertamina sendiri yakin mampu mengelola Blok mahakam sebagai operator karena punya pengalaman di lapangan migas Sanga Sanga di kalimantan seperti yang dituturkan Syamsu Alam direktur hulu Pertamina mengibaskan kekhawatiran beberapa pihak tentang kemampuan Pertamina.

Pemerintah dan PT Pertamina (persero) akhirnya telah memutuskan skema bagi hasil wilayah kerja blok mahakam pasca pengambil alihan pada 31 Desember 2017. Skema bagi hasil ini dimuat dalam notulensi rapat tertanggal 16 Desember 2015. Skema range dynamic split revenue contractor over cost (R/C) . Rasio bagi hasil ini bersifat dinamis karena mengacu pada penerimaan dan biaya produksi . Bila angka rasio penerimaan lebih besar dari angka biaya produksi maka pemerintah akan menerima lebih besar namun sebaliknya rasio kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yaitu Pertamina akan mengecil.

[caption caption="Skema Bagi hasil | Sumber : Notulen Rapat Pembahasan Kontrak Kerjasama Blok Mahakam"]

[/caption]Pada rasio 0 hingga 1 bagian yang diterima pemerintah adalan 80 persen untuk gas dan 65 persen untuk minyak sedang bila rasio mencapai 1,6 pemerintah akan menerima hingga 90 persen gas dan 75 persen minyak. Skema bagi hasil ini sudah disepakati bersama dan diawasi secara ketat oleh pelaksana tugas SKK Migas.

Selain itu Pertamina dalam masa peralihan sudah menandatangani kesepakatan induk atau Head of Agreement (HoA) antara Total E&P dan Inpex Corporation. HoA yang disepakati memuat dua poin utama yakni transfer agreement dan commercial agreement. Penandatangan HoA ini merujuk surat menteri ESDM No.2793/13/MEM.M/2015 Tertanggal 14 April 2015. Isi surat yang berisi tentang tidak diperpanjangnya lagi kontrak kerja sama Total E&P di wilayah kerja blok mahakam setelah 31 Desember 2017.

Namun untuk menjaga angka produksi blok mahakam ,Pertamina tetap diizinkan bermitra dengan kontraktor saat ini Total E&P dan Inpex Corporation maksimal 30 persen. Selain itu pemerintah memberikan saham partisipasi untuk pemerintah daerah provinsi Kalimantan timur maksimal 10 persen.Khusus mengenai hal ini tertera pada surat menteri ESDM Nomor 7407/13/MEM.M/2015 tertanggal 5 Oktober 2015.

Tranfer agreement mengatur masa peralihan dari Total ke pihak Pertamina termasuk proses pengalihan status karyawan , penyiapan anggaran kerja pasca 31 Desember 2015 hingga izin terkait yang dibutuhkan. Sedang pada commercial agreement dibentuk kesepakatan komersial yang berisi komposisi kemitraan pada kontrak kerjasama yang baru dibentuk. Joint operation agreement telah disepati antara pihak dalam kontraktor kerjasama yang baru.

Dengan telah dicapainya bentuk bagi hasil antara Pertamina dan Pemerintah termasuk telah disepati HoA antara Pertamina dan mitra operasionalnya maka diharapkan ladang migas blok mahakam bisa menjadi aset nasional dalam menambah jumlah pasokan kebutuhan migas dalam negeri . Maka langkah kemandirian energi nasional semakin kuat.

[caption caption="Sumber Gambar : KATADATA"]

[/caption]

Langkah Efisiensi Pertamina dan Pembekuan Petral

Sebagai perusahan plat merah alias BUMN Pertamina sudah berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957. Diusianya yang ke-58 Pertamina telah tumbuh menjadi perusahaan raksasa. Ditandai dengan masuknya Pertamina dalam urutan ke-122 dalam Fortune Global 500.

Pada kuartal ketiga Pendapatan Pertamina mencapai angka US$ 10,21 milyar dengan pendapatan bersih sebesar US$ 914 juta .

Pertamina berhasil menaikkan produksi minyak 282.140 barel per hari dan angka produksi gas meningkat sebesar 1,98 BCFD pada tahun ini. Sayangnya capaian Pertamina terkena imbas dari penurunan harga jual minyak dunia yang anjlok sepanjang tahun 2015. Termasuk pengaruh dari nilai kurs rupiah yang terdepresiasi . Pertamina memang mengalami penurunan laba bila dibanding dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.

Meski secara hitungan laba menurun Pertamina mampu melakukan efisiensi selama sembilan bulan pada tahun 2015. Efisiensi ini ditandai dengan naiknya angka margin EBITDA dari 8,75 % ke angka 11,09 %. Efisiensi ini berhasil menghemat pengeluaran hingga US$ 430,77 juta . Jumlah ini melampaui target efisiensi yang dipatok pada angka US$ 361,62 juta. Efisiensi ini diperoleh dari proses pengadaan barang dan jasa dengan metode satu pintu di Kantor pusat Pertamina. Selain itu Pertamina berhasil melakukan efisiensi pembelian BBM dari luar negeri dengan revitalisasi Integrated Supply Chain (ISC) .

Integrated Supply Chain (ISC) sendiri pernah mendapat tugas besar untuk menjalankan kegiatan jual beli minyak dan produk minyak pada September 2009 ketika Pertamina di nakhodai Ari H Soemarno. Sayangnya tugas itu baru sebentar dijalankan ISC di ‘bonsai’ dengan hanya menjalankan fungsi perencanaan ketika Karen Agustiawan memimpin Pertamina.

Peran besar kembali diemban ISC menjelang Petral dilikuidasi pada 13 Mei 2015. Sebagai anak perusahan Pertamina Petral memang dinilai banyak pihak melakukan kerugian dalam usaha bisnisnya. Termasuk rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas bumi yang dipimpin Faisal Basri, agar tender penjualan tidak lagi dilakukan Petral tapi dilakukan oleh ISC yang bermarkas di Jakarta.

Efisiensi juga akan terus dilakukan dengan menyeleksi perjalanan dinas dan tidak melakukan pembelian kendaraan dinas baru begitu yang dituturkan Direktur utama Pertamina Dwi Soetjipto. “ Kemarin kami evaluasi soal harga untuk LPG , Insya Allah bisa hemat elpiji sampai US$ 100 juta “ Ujar Dwi Soetjipto menambahkan.

Pertamina sebagai Ujung Tombak

Pertamina saat ini memiliki usaha hulu migas yang bertugas dalam eksplorasi dan produksi minyak, gas dan panas bumi. Pertamina Hulu telah melakukan pengolahan lapangan migas dalam negeri dan juga lapangan luar negri dengan melakukan kerjasama dengan mitra strategis. Untuk lebih mempertajam sisi bisnis Pertamina Hulu juga memiliki usaha dibidang pemboran minyak dan gas.

Memenuhi amanat UU Migas No.22 tahun 2001 maka pada tanggal 13 September 2005 dibentuklah anak perusahaan Pertamina di bidang hulu dengan nama PT Pertamina EP . Tugas anak perusahaan Pertamina ini mengelola Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) Pertamina kecuali Blok Cepu dan Blok Randu Gunting.

Untuk penguasaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di tujuh daerah operasi hulu (DOH) . Berikut tujuh daerah operasi hulu :

• DOH Aceh Sumatra bagian utara bermarkas di Rantau
• DOH Sumatra bagian tengah yang berpusat di Jambi
• DOH Sumatra bagian selatan yang berposisi di Prabumulih
• DOH jawa barat yang berpusat di Cirebon
• DOH Jawa bagian Timur yang ditempatkan di Cepu
• DOH Kalimantan yang dipusatkan di Balikpapan.
• DOH Papua yang dipusatkan di Sorong.

Selain penguasaan sendiri, Pertamina juga menggandeng konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang migas dapat berupa :

Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery (JOB-EOR)
Joint Operating Body for Productin Sharing Contract (JOB-PSC)
• Technical Assistance Contract (TAC)
• Badan Operasi Bersama (BOB)
• Penyertaan berupa IP (Indonesian Participation)
Pertamina Participating Interest (PPI)
• Joint Operating Contract (JOC) khusus untuk pengelolaan panas bumi.

Dalam mengembangkan sisi bisnis, Pertamina melakukan banyak kegiatan usaha didalam kegiatan migas dan juga non migas. Melalui anak usaha Pertamina Drilling (PDSI) yang melakukan usaha pengeboran minyak dan gas saat ini telah memiliki 42 unit rig pemboran darat.

Begitu juga dengan anak perusahaan PT Usayana yang juga memiliki 7 rig pemboran darat. Pertamina juga memiliki jaringan pipa gas yang diperkirakan mencapai total panjang sejauh 3.800 Km dan 64 stasiun kompressor.

Kiprah Pertamina Hilir

Selain memiliki kegiatan usaha hulu Pertamina juga memiliki kegiatan usaha di hilir . Kegiatan ini meliputi kegiatan pengolahan, pemasaran dan niaga , perkapalan dan juga distribusi produk hilir baik didalam maupun keluar negeri.

Di bidang pengolahan Pertamina juga memiliki tujuh unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 ribu barrel. Diantara tujuh kilang beberapa kilang terintegrasi dengan kilang petrokimia dan memproduksi NBBM.

Berikut tujuh kilang minyak Pertamina (satu kilang ditutup pada januari 2007)

• Unit Pengelolaan I di Pangkalan Brandan (Sumut) ditutup pada Januari 2007 dan bergabung ke unit pengolahan II di Dumai –Riau
• Unit pengolahan II di Dumai- Riau
• Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang-Sumatera Selatan
• Unit pengolahan IV di Cilacap – Jawa Tengah
• Unit Pengolahan V di Balikpapan Kalimantan Timur
• Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu- Jawa barat
• Unit pengolahan VII di Sorong- Papua

Selain kilang minyak , Pertamina juga memiliki kilang LNG di Arun yang memiliki 6 train. Selain di Arun Pertamina juga memiliki kilang LNG Badak di Bontang yang memiliki 8 train. Kapasitas terpasang di Arun mencapai 12,5 juta ton pertahun sedang LNG Badak memiliki kapasitas 22,5 juta ton per tahun. Hebatnya, beberapa kilang LNG bisa menghasilkan LPG untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Bahkan kilang Cilacap bisa menghasilkan luse base oil dengan grade sesuai standar internasional . Luse base oil ini lalu diolah lebih lanjut menjadi produk pelumas berkualitas untuk kendaraan bermotor. Oli produk Pertamina membanjiri pasar dalam negeri dan juga diekspor ke beberapa negara di luar negeri. Beberapa merk seperti Fastron, Prima XP, Mesran, Enviro dan Enduro adalah produk oli Pertamina.

Anak Perusahaan Pertamina Sebagai Wujud kemandirian dan Ketahanan Energi

• PT Pertamina EP, anak perusahaan ini bergerak dibidang hulu migas meliputi: eksplorasi, eksploitasi serta penjualan hasil dari produksi eksporasi .
• PT Pertamina Internasional Eksplorasi Produksi , perusahan hulu migas yang berfokus dalam investasi di ladang migas diluar negeri.
• PT Pertamina Geothermal Energy, anak perusahan yang bergerak di bidang panas bumi
• PT Pertagas, anak perusahaan yang bergerak dibidang gas alam baik pengolahan , transportasi, distribusi hingga pemrosesan produk turunannya
• PT Pertamina EP Cepu, anak perusahan yang khusus mengurusi blok cepu
• PT Pertamina Drilling Services Indonesia, Anak perusahaan yang bergerak dibidang jasa drilling melalui eksplorasi, eksploitasi migas dan panas bumi
• PT Nusantara Regas, anak perusahan yang mengelola fasiltas storage and regassification Terminal (FSRT)
• PT Pertamina Patra Niaga , anak perusahaan yang bergerak dibidang jasa teknologi, jasa perdagangan Non BBM .
• PT Pertamina Trans Kontinental, adalah anak perusahaan yang bergerak dibidang perkapalan meliputi supply vessels, tug boat, cargo vessel, keagenan dan pengelolaan dermaga KABIL di pulau Batam
• PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) , anak perusahan yang berkedudukan di Singapura dan bergerak dibidang niaga minyak mentah dan produk kilang di bekukan pada 13 Mei 2015.
• PT Pertamina Retail , anak usaha yang bergerak dibidang retail SPBU, perdagangan BBM dan jasa angkutan BBM
• PT Tugu Pratama Indonesia, anak perusahaan yang bergerak dibidang jasa asuransi migas.
• PT Pertamina Dana Ventura , bergerak pada bidang modal ventura
• PT Patra jasa . Bergerak dibidang real property, hotel, perkantoran dan penyewaan
• PT Usayana, bergeral dibidang drilling, work over, well service, Teknik bawah air, perdagangan , properti, SPBU, perbengkelan dan konsultan
• PT Pertamina Training & Consulting, Bergerak di bidang training dan konsultasi manajemen

Rencana Terbang Lebih Tinggi

Tahun 2016 adalah tahun kerja keras . Tahun dimana prediksi harga minyak dunia masih melemah dan nilai tukar rupiah belum pulih. Pertamina sudah mengambil ancang ancang untuk berlari . Nilai investasi akan digenjot hingga angka US$ 5,13 milyar atau naik sebesar Rp 71 Trilyun atau setara 20,7 persen. Kenaikan ini tentu telah di'amini' para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) hari senin (21/12)

Menurut Direktur Utama Pertamina, Dwi Sutjipto investasi terbesar di sektor hulu migas dengan porsi 72 persen. Sektor hulu memang menyedot angka yang fantastis. Pertamina seperti yang ditulis di awal terus menambah pasokan minyak dari lapangan luar negeri dan investasi di ladang minyak yang kini dioperatori Pertamina. Sisanya sebanyak 28 persen di bagi keberbagai bisnis. 6,9 persen untuk bisnis gas,  6,7 untuk pengolahan, untuk pemasaran dan niaga 9,7 persen dan untuk bisnis hilir lainnya mendapat jatah 4,7 persen.

Ditengah suasana harga minyak dunia yang masih lemah Pertamina menargetkan pendapatan tahun depan dipatok pada angka US$ 42,26 milyar dengan asumsi 30 persen pendapatan akan disumbang sektor hulu.

Untuk mengejar target pendapatan sebesar itu Pertamina harus memutar otak dengan memaksimalkan produksi agar merambat naik pada angka 10 persen. Itu berarti total produksi minyak harus menembus angka 327.000 barel per hari dan gas menyentuh angka 1.962 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Termasuk menaikan produksi panas bumi sebesar 8 persen menjadi 3,2 Gigawatt (GW).

Pada bisnis hilir Pertamina menaruh harapan besar pada yield valuable product yang diperoleh dari unit kilang baru RFCC Cilacap dan TPPI . Selain itu Pertamina punya ekspektasi pada BBM Non subsidi Pertalite yang diluncurkan pertengahan tahun 2015. Pertalite diharapkan menjadi substitusi pemakai Pertamax yang keberatan dengan harga. Karena teknologi mesin kendaraan roda dua terutama sepeda motor matic yang kurang cocok dengan Premium. Pertamina juga menggenjot penjualan pelumas di pasar domestik yang cukup cerah dan menembus pasar bebas MEA yang akan berlaku tahun 2016.

Beberapa proyek bisnis gas perusahaan juga akan merambat naik  pada tahun depan karena beberapa insfrastruktur selesai pada tahun ini dan mulai berproduksi pada tahun 2016. seperti Pipa Pertamina Semarang-Gresik,Porong-Grati, Belawan- Kim Kek . Gas yang dikonsumsi industri akan melaju cukup baik pada tahun 2016.

Dengan semua daya dan upaya Pertamina akan melakukan pengetatan biaya dalam rangka efisiensi . Maka laba bersih yang ditargetkan pada angka US$ 1,61 milyar diharapkan akan tembus . Margin laba sebelum pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar 12,8 persen akan melampaui angka tahun kemarin sebesar 11 persen.

Tentu hal itu butuh kerja keras, kerjasama dan kejelian melihat peluang bisnis. Karena Pertamina akan menghadapi persaingan yang lebih ketat karena terbukanya pasar bebas ASEAN.

Pertamina sendiri melihat peluang untuk masuk ke pasar selat malaka dimana sektor hilir seperti penjualan BBM permintaannya sangat tinggi. Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan akan membentuk satu anak perusahaan berbadan hukum asing. Ini dilakukan untuk menghindari biaya pajak bila masih berbendera Pertamina yang notabene berbadan hukum Indonesia. Tentang dimana anak perusahaan Pertamina ini berbadan hukum ada tiga pilihan Singapura, Johor atau Tanjung Plepah.

Pertamina sedang merencanakan  berdirinya Pertamina Internasional Downstream (PIDS). Direksi Pertamina sudah memberikan kata setuju tinggal didiskusikan dengan komisaris utama, Menteri ESDM dan  Menteri BUMN. Secara khusus Ahmad Bambang menyatakan PIDS berbeda dengan Petral. Dimana PIDS tidak melakukan kegiatan trading dan hanya melakukan kegiatan marketing.

Selain itu Pertamina tertarik untuk masuk pasar Myanmar dengan mengincar 49 persen saham Myanmar Oil and Gas Enterprise (MOGE) . Pertamina ikut serta pada tender yang digelar BUMN Myanmar tersebut. Saat ini BBM yang diproduksi di dalam negeri Myanmar hanya beroktan 80 sedangkan tuntutan masyarakat Myanmar adalah BBM beroktan tinggi 90 hingga 92.

Pertamina juga berharap mendapatkan kemudahan regulasi dari pemerintah. Karena payung hukum dibutuhkan Pertamina untuk mengembangkan sayap sayapnya. Apalagi Pertamina akan terbang lebih tinggi menembus pasar internasional. Menjadi perusahaan dunia yang diperhitungkan. Agar kesejahteraan dan kemandirian bangsa ini semakin tinggi.

Lalu sejauh mana Pertamina akan terbang menembus lapangan internasional ? Kita tunggu gebrakan selanjutnya.

 

Sumber bacaan:

www.katadata.co.id

Majalah Tempo (edisi 6-12 April 2015) dan (edisi 25-31 Mei 2015)

Majalah Gatra (edisi 27 Nov-3 Des 2014)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun