Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertamina Sang Elang yang Terbang Tinggi

28 Desember 2015   14:04 Diperbarui: 28 Desember 2015   14:18 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PIEP saat ini telah memiliki 11 lapangan miyak pada enam kontak kerjasama migas (PSC) di Serawak dan Sabah Malaysia. Selain Malaysia , PIEP juga memiliki satu lapangan minyak di negara 1001 malam Irak yakni TSC West Qurna dengan kepemilikan saham sebesar 10 persen. Aljazair adalah negara ketiga yang menjadi tempat berinvestasi PIEP . Di negara ini PIEP menguasai tiga lapangan minyak yakni Menzel Lejmat North (MLN) dengan nilai kepemilikan 65 persen dari Conoco Phillips Algeria Limited (COPAL) yang ditandatangani pada tahun 2013 , di lapangan minyak EMK nilai kepemilikan PIEP sebesar 6,9 persen sedang di lapangan minyak OHD sebesar 3,73 persen.

Pertamina melalui anak usahanya PIEP juga berencana akan menambah investasi di Aljazair pada tahun depan. Rencana ini disampaikan Direktur Hulu Migas Pertamina Syamsu Alam di Jakarta (10/12) “Banyaknya aset dan perusahaan yang distress sehingga kesulitan keuangan” akibat ajloknya harga minyak dunia banyak perusahaan minyak yang gulung tikar. Peluang ini tentu harus dimanfaatkan dengan melakukan investasi di lapangan minyak yang potensial. Pertamina sudah menyiapkan dana besar untuk melakukan penambahan investasi di Aljazair. Restu sudah dimiliki Pertamina dari para pemegang saham. Lampu hijau juga sudah diberikan Komisari Utama Pertamina Tanri Abeng . Bahkan pada rencana kunjungan Presiden Jokowi tahun depan ke Aljazair diprediksi dalam rangka meresmikan ladang minyak yang berhasil diakuisisi Pertamina.

Presiden Direktur PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) Slamet Riadhy memaparkan pada hari selasa (22/12) di Jakarta hingga November 2015 realisasi produksi lapangan minyak luar negeri mencapai 113.500 BOEPD. Jumlah sebesar itu didapat dari hasil net share lapangan minyak di Malaysia sebesar 38.400 BOEPD ,Aljazair 38.800 BOEPD dan dari Irak sebesar 36.300 BOEPD . Walau jumlah minyak dari lapangan luar negeri masih terlihat kecil dibanding kebutuhan konsumsi dalam negeri . Ada nilai positif bagi perkembangan bisnis dan upaya kemandirian energi nasional.

Jumlah pencapaian lapangan minyak luar negeri tahun 2015 sebesar 113.500 BOEPD melampaui target yang telah dipatok sebesar 94.800 BOEPD. Untuk tahun 2016 target pencapaian di patok pada angka 104.000 BOEPD. Hasil ini tentu cukup menggembirakan dan menambah kepercayaan diri Pertamina untuk terus melebarkan sayapnya.

Hasil lapangan minyak luar negeri sebanyak 80 persen dikirim ke Kilang minyak Cilacap dan Kilang minyak Balikpapan. Walau ada sebagian juga yang dijual di pasar internasional dikarenakan jadwal pengapalan yang tidak pas atau karena jenis spesifikasi minyak tidak sesuai.

Slamet Riadhy juga mengatakan optimismenya dalam rentang sepuluh tahun yang akan datang lapangan minyak luar negeri akan bertambah dan tumbuh sepuluh kali lipat hingga 600.000 bph dari pencapaian tahun ini. “Kami berharap (produksi minyak dari luar negeri ) dapat menekan impor “ Ujar Slamet Riadhy dengan nada percaya diri.

Nilai investasi PIEP tahun ini di Malaysia dan Aljazair mencapai angka US$ 300 juta sedang untuk ladang minyak di Irak PIEP hanya menggelontorkan biaya operasional .

[caption caption="Perbandingan nilai investasi yang sangat besar pada kegiatan Migas | sumber : Katadata "]

[/caption]

Mengambil Alih Kemudi Blok Mahakam untuk Kejayaan Nasional

Isu Blok Mahakam tahun 2015 ini memang seksi. Ladang migas yang terletak didelta sungai mahakam ini memang menggiurkan semua pihak. Saat ini blok migas yang telah beroperasi sejak tahun 1967 masih menghasilkan 1,6 milyar kaki kubik gas plus kondensat sebesar 67 kilo barel setara minyak. Wilayah kerja blok mahakam saat ini dikelola secara patungan antara perusahaan migas asal Prancis Total E&P Indonesie dan perusahaan migas asal Jepang Inpex Corporation.

Blok Mahakam akan berakhir pada tahun 2017. Itu berarti dua tahun menjelang blok penghasil gas terbesar di tanah air berganti pengelolaan kontrak kerja. Pemerintah melalui Kementrian ESDM memutuskan untuk memberikan pengelolaan wilayah kerja Blok Mahakam kepada Pertamina. Keputusan ini tentu membawa implikasi positif bagi kepentingan dan kemandirian nasional. Hanya saja keputusan ini membuat pihak pihak lain bereaksi. Mulai isu partisipasi daerah sebesar 10 persen hingga keinginan pihak Total E&P untuk tetap mengelola ladang minyak blok mahakam sebesar 35%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun